Our Destiny
*©®*
"Percepatlah langkahmu... Aku sudah katakan kita tidak punya banyak waktu Anna! Aku akan meninggalkanmu kalau begini."
Dengan tergesa gesa gadis bernama anna itu menyusul seniornya, sulit memang dengan beban berat yang dibawanya. Namun bagaimana lagi, ini sudah pilihannya dan dia sudah memutuskan.
Ia tau banyak sekali rekan seprofesinya yang tidak menyukai dirinya. mengasihaninya dan masih banyak lagi tatapan yang ia tangkap dari mata mata yang ada disekitarnya. bahkan seniornya sendiripun memandang dirinya dengan pandangan yang terkadang membuat hatinya miris.
"Kau potretlah dari view yang ada disebelah sana... Fokuslah memotretsaat dia sedang melakukan jump smash... Kau mengerti?"
Sekali lagi, dengan nada yang memerintah, seniornya itu memberikan tugas kepadanya. dengan patuh gadis itu menuruti senior yang menurutnya baik namun tidak bisa menunjukkannya entah karena apa.
"Sorry ms. you can't enter this area."
Seorang petugas mencegat anna yang hendak masuk kesekitar player area dan memotret pertandingan semifinal Denmark Open kali ini.
"I am a photographer, i have a permission to take a photo."
Masih dengan senyum ramahnya Anna menunjukkan name tag miliknya. petugas itu memperhatikan dengan seksama, meski masih ragu namun ia akhirnya mengizinkan Anna memasuki player area dan memotret pertandingan hari ini.
"Thank you sir, if you scare i will make a trouble, you can watching me from here."
Kesal? Tentu saja. Namun apa lagi yang bisa dilakukan seorang Anna, marah? Itu tidaklah mungkin, marah adalah hal terakhir yang ada difikirannya. Ia hanya akan tersenyum sembari mengelus pelan dadanya dan mengucapkan sabarlah, semua akan baik baik saja.
Anna sudah sangat terbiasa menghadapi semuanya, terlebih dinegara yang dikunjunginya saat ini Denmark, dimana islam masih menjadi agama yang sangat minoritas disana. hanya ada 2 hingga 5 % penduduk saja.
Anna, Caltha Ghaisanna Aryani, seorang sport photographer berusia 22 tahun yang berasal dari Indonesia. Ia baru saja menamatkan perkuliahannya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya saat ini, bagaimana bisa? Entahlah anna berfikir semua sudah diatur jauh sebelum ia dilahirkan kedunia ini, orang orang menyebutnya sebagai takdir.
Apa dia menyukai pekerjaannya ini? Tentu saja... Ia sangat menyukai pekerjaan ini hingga harus berusaha keras mendapat izin dari orangtuanya. Ia menerima pekerjaan ini saat tulisan cerita tentang olahraga miliknya dibaca, dan dia ditawari menjadi fotografer sekaligus jurnalis.
Flashback on
Aku menyukai tulisan dan hasil fotomu, jika kau berminat, datanglah kekantorku... aku ingin menawarkan sebuah pekerjaan untukmu.
Anna membaca komen yang tertera pada salah satu chapter tulisannya, apa katanya? Pembacanya menyukai tulisannya dan ingin memberikan pekerjaan. Apa ini nyata? Ataukah hanya sebatas keisengan? Dilihatnya nama PT yang tertera disana. iSport. Ia seperti pernah mendengar perusahaan ini.
Berbekal pengetahuan dan alamat yang dipunya, Anna mendatangi kantor itu. dengan gugup ia terus menatap handphonenya, mencoba membaca kembali komen itu untuk memastikan undangan dari perusahaan ini. perusahaan ini terlalu besar dan ia rasa ia salah tempat, namun hatinya ingin, ia ingin sekali mendapatkan pekerjaan ini, tidak ada salahnya untuk bertanya bukan? Toh kalau undangan itu salah ia hanya akan pulang dan tak kerugian satu apapun.
"Permisi, aku Anna, Caltha Ghaisanna Aryani, tadi malam aku mendapat telfon untuk interview. Apa undangan ini benar?"
Anna menunjukkan ponselnya dan menanti dengan gugup. Resepsionis itu memperhatikan undangan itu dengan seksama, kemudian mencoba menghubungi atasannya.
"Anda bisa menemui atasan kami dilantai atas."
Masih dengan raut wajah yang ragu, resepsionis itu mempersilahkan anna menemui atasannya.
Deg!
Jantung ana berpompa lebih kencang, tatapan orang yang ada didepannya ini seakan membuatnya malu dan terkucil, bagaimana mungkin mata setajam itu memandangnya seolah mengatakan... apa yang kau lakukan disini. Mata itu menatapnya dari atas hingga kebawah, Anna melihat kembali dirinya, apakah pakaian yang digunakannya salah?
"Kau Anna yang menulis di blog itu?"
"Iya. saya Anna, Caltha Ghaisanna Aryani."
"Apa kau benar benar bisa memotret dan menulis?"
"Kalau begitu cobalah potret sesuatu dan tulislah artikel tentang gambar yang kau ambil."
Anna menerima kamera yang diberikan pria itu, memfokuskan dirinya untuk memotret sebuah poster atlit badminton yang juga menjadi idolanya. dengan sekali jepret Anna memindahkan gambar itu dan mulai mengetik sebuah artikel. Tak sampai satu jam, artikel itu selesai dan anna menunjukkannya kepada pria yang mungkin akan menjadi atasannya ini.
"Hasil artikel dan potretan mu sama, aku menyukainya. tapi, apa kau tidak takut berpakaian seperti itu jika bertugas diluar negeri nanti?"
Anna sudah memperkirakan bahwa jilbabnya mungkin akan menjadi penghalangnya mendapat pekerjaan ini.
"Tidak, pakaian ini adalah yang ternyaman dan paling nyaman untukku."
Dengan mantap Anna menjawab pertanyaan itu, tidak peduli dengan hasil yang akan diraihnya nanti, tidak ada yang salah dengan pakaian ini.
"Baiklah, aku akan menghubungimu nanti."
Setelah itu Anna keluar dan pulang menuju rumahnya, dia sudah pasrah dan yakin tidak akan diterima karena pakaian yang digunakannya. Tapi itu tidak masalah, pakaian ini adalah pakaian yang diperintahkan untuk digunakan wanita muslimah dan tentu saja itu juga kewajiban dirinya yang mengaku sebagai muslimah. Urusan rezeki? Dia yakin Allah sudah mengaturnya dan dia tidak perlu khawatir mengenai itu.
Namun semuanya salah, berkat keahliannya mengambil gambar dan bakatnya menulis, anna berhasil mendapatkan pekerjaan itu pekerjaan sebagai fotografer sekaligus menulis artikel di iSport, dan Anna bahagia. ia meyakinkan keluarganya sekuat tenaga agar mengizinkannya. Dan izin itu diberikan meski dengan berat hati.
Flashback off
*©®*
"Berlatihlah dengan serius. Kejuaraan kali ini bukanlah kejuaraan yang bisa kau remehkan. Denmark Open sudah masuk turnamen super 1000"
"Arayo... aku sudah berlatih hampir 9 jam hari ini, apa itu masih kurang?"
Joon menjawab cuek pertanyaan pelatihnya. Bahkan ia tidak memandang lelaki itu sedikitpun. Seolah tidak ada rasa hormatnya kepada lelaki yang melatihnya itu.
"Aku hanya mengingatkan karena aku tidak ingin bakat yang kau miliki menjadi sia sia.."
Sang pelatih menepuk pelan pundak lelaki itu dan berlalu meninggalkannya, dapat dikatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan perlakuan Joon kepadanya.
"Cih, sudah kukatakan aku tidak suka profesi ini.."
Joon berjalan kedepan hotel, menunggu Beom Soo yang kebetulan sedang melaksanakan konser di Denmark dan berjanji akan menjemputnya.Sembari menunggu Beom Soo, Joon teringat akan masa masa kelamnya bertahan pada olahraga ini.
Flashback On
"Joon -ah, apa kau tidak kembali keasrama hari ini.?"
"Ani eomma, aku lelah sekali... aku akan berlatih sore ini untuk konser nanti malam."
Joon menjawab dengan malas tanpa berniat memandang wajah eommanya. kembali bergelung dan memeluk guling kesayangannya.
"Sudah kukatakan aku tidak ingin kau bermain musik ataupun basket! Apa kau masih tidak mengerti? Lagi pula karirmu sudah sangat bagus dibadminton. Kembalilah Joon -ah"
"Tapi aku menyukai musik dan basket eomma, aku tidak suka badminton... biarkan aku menjalani apa yang kusukai. Nde?"
Kali ini Joon bangkit dari tidurnya dan memandang sang eomma dengan tatapan memohon. Berharap dengan begini eommanya akan luluh dan mau menuruti keinginannya.
"Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya Joon , turun dan bersiaplah untuk latihanmu."
Eomma Joon tidak menjawab permohonan putra semata wayangnya itu, ia berjalan keluar dari kamar Joon yang menghela nafasnya kasar.
Flashback Off
"****!, aku benar benar benci keadaan ini."
Umpatan kembali keluar dari bibir tipis Joon. Saat ini ia sedang berada didalam mobil Beom Soo yang akan membawanya menuju hotel tempat lelaki itu menginap.
"Kau ingin menginap ditempatku lagi malam ini?"
"Kalau tidak untuk apa aku menyuruhmu menjemputku Beom Sooie."
Ucapan Joon datar. Bahkan ia sama sekali tidak memandang Beom Soo yang sedang menyetir disebelahnya.
"Hyung! Kali ini apa lagi yang membuat mood mu jelek?"
"Apapun yang berhubungan dengan olahraga ini membuat mood ku jelek Beom Soo-ah."
"Apa dia juga ikut ke Denmark kali ini?"
"Aku ingin tidur Beom Soo-ah, tapi sebelum itu bisakah kau mengantarkanku kembali ke hotel besok sebelum jam 6 pagi?”
Beom Soo mengangguk “Cobalah menerima keadaan hyung, hal ini tidak seburuk yang kau fikirkan bukan?”
Joon menghiraukan pertanyaan Beom Soo dan memejamkan matanya. Tidak ingin pertanyaan itu berlanjut karena Joon malas untuk menjelaskannya. Beom Soo tersenyum mengerti dan kembali fokus kepada jalan yang ada didepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Anni Zakiyani
awalan yang bagus
2022-04-27
0
Shen月呀
Mampir kak.
salam dari my crush
2022-04-24
1
Rindy Agustin
namany baca ny pabelit
2022-04-19
0