*©®*
“Hyung, apa kau tidak ingin mengganti barang wanita itu?”
“Aku sudah katakan itu bukan urusanku Sang Woo-ah, dia sendiri yang salah, kenapa juga membiarkan aku menginjak barang miliknya.”
“Tapi hyung...”
“Sudahlah Sang Woo, aku lelah dan ingin istirahat, sebaiknya perbanyaklah lagi latihanmu... pertahananmu sangat mudah ditembus. Dan aku tidak mau tau, kita harus naik podium di Jepang Open besok. Aku tidak ingin waktuku yang berharga terbuang sia sia.”
Sang Woo menelan ludahnya, inilah yang paling ditakutinya saat menjadi partner dari seorang Min Joon. Lelaki itu memang tidak menyukai profesinya, namun saat dilapangan, dia tetaplah seorang atlit profesional yang menuntut kesempurnaan dan haus akan gelar.
“Ne hyung.”
“Tidak perlu terlalu kesal seperti itu Joon -ah. Sang Woo juga tidak ingin kalah bukan? Kekuatan pasangan Malaysia memang diatas kalian. Kita hanya harus berlatih lebih banyak dan mengurangi melakukan error sendiri.”
“Bukankah aku juga mengatakan hal itu kepada Sang Woo?”
Joon berlalu meninggalkan sang pelatih dan Sang Woo tanpa sedikitpun memandang mereka berdua. Sang Woo tersenyum meminta maaf kepada sang pelatih dan berlalu menyusul Joon.
“Sampai kapan kau akan seperti ini Joon -ah.”
*©®*
“Permainannya biasa saja. bahkan smash ku jauh lebih tajam daripada dirinya.”
Joon mencibir permainan ganda putra Malaysia yang kemarin mengalahkannya. Saat ini dia duduk di tribun penonton dengan pakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker yang membantu penyamarannya. Dengan seksama diperhatikannya permainan Goh V Sem dan Tan Wie Kieong yang berhasil mengalahkannya kemarin.
“Excuse me, are you Joon ?”
Joon menoleh kesumber suara. Mendapati seorang wanita dengan penampilan unik menatap kepadanya.
“Kau berbicara kepadaku?”
“Ah, kau benar benar Joon ? Kau tidak ingat padaku?”
Joon menautkan kedua alisnya, untuk apa dia mengenal wanita ini? wanita dengan penampilan unik yang sering dijumpainya jika bertanding di Negara mayoritas Islam seperti Malaysia ataupun Indonesia.
Yah. Profesi Joon sebagai seorang atlit badminton mengharuskannya untuk melaksanakan turnamen diberbagai negara. Dalam 1 tahun ia hanya mendapat libur satu hingga dua bulan saja. Selebihnya akan dihabiskannya untuk ikut suatu turnamen. Bahkan didalam satu bulan ia harus mengikuti 2 hingga 3 turnamen dinegara yang berbeda.
“Kau ingat ini?”
Wanita itu tidak menyerah. Ia mengeluarkan benda bulat berwarna hitam yang sudah retak, hampir terbelah dua. ah, jadi dia pemilik benda yang Joon injak kemarin.
“Lalu kau ingin apa? Ingin aku mengganti barangmu? Sudah kukatakan aku tidak peduli... bukankah kau juga salah? Siapa yang menyuruhmu menyerakkan barangmu sampai kuinjak.”
Joon tertegun, bukan... bukan karena ekspresi gadis itu yang kini terdiam mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulutnya. Melainkan ia tertegun pada dirinya sendiri. Baru kali ini ia mengeluarkan kalimat yang begitu panjang kepada seseorang. Terlebih wanita ini baru saja dikenalnya, bahkan mungkin tidak dikenalnya sama sekali.
“Sorry, aku tidak bermaksud seperti itu. aku hanya ingin menyapamu saja... aku Anna, sport photograper dari Indonesia.”
Ah, jadi dia seorang sport photograper, pantas saja memiliki barang seperti itu.
“So, apa yang kau inginkan dariku?”
Anna menatap Joon dengan sedikit kesal. Namun berusaha untuk tidak membuatnya tampak jelas. Dia kembali tersenyum kepada Joon yang masih menunjukkan wajah acuhnya.
“I just wanna greet you... kau adalah salah satu pemain favoritku. Boleh aku meminta tanda tanganmu?”
“Aku bukanlah seorang artis, untuk apa kau meminta tanda tanganku.”
“Ah baiklah, I’m Sorry.”
Anna menyerah. Dia berjanji untuk tidak menanyakan hal apapun lagi kepada atlit disebelahnya ini. Dia benar benar membuat seorang Anna hampir kehilangan kesabarannya. Anna kembali fokus menonton pertandingan Final hari ini, kapan lagi dia bebas menonton tanpa adanya embel embel pekerjaan bukan?
“Permainannya bagus sekali. Pantas saja lelaki itu bisa sampai final diusia sematang ini.”
Anna memandang takjub permainan cepat yang diperagakan Tan hari ini. Hanya dalam waktu 30 menit lelaki itu
mampu menyudahi perlawanan pasangan muda Indonesia Dejan Handoko/Faris Ahmad. Anna mencoret sesuatu dibuku catatannya. Catatan permainan final hari ini, ia sengaja melakukannya karena takut jika sang
senior tiba tiba menyuruhnya menulis sebuah artikel.
“Kau mengagumi permainan seperti itu? Seleramu rendah sekali.”
Anna menoleh. mendapati Joon berbicara dengan menampakkan smirk diwajahnya, apa lelaki itu berbicara kepadanya? Kasar sekali.
“Sorry, Apa kau berbicara kepadaku?”
“Tentu saja. Apa ada orang lagi disebelahmu?”
Anna menatap wajah pria itu dengan kesal, kesabarannya benar benar sudah diambang batas. Cukup Joon. Kau benar benar harus diberi pelajaran! Anna menoleh dan menampilkan senyum manisnya kepada Joon.
“Tapi selera rendah yang kau bilang terbukti mampu mengalahkanmu. Jadi siapa yang rendah disini.”
Entah darimana, entah kenapa dan bagaimana. Anna berani mengucapkan kalimat itu. kalimat yang mungkin sudah termasuk kalimat terkasar yang pernah diucapkan oleh seorang Anna, dan dia menyesalinya.
“Eh, sorry aku tidak bermaksud mengatakannya.”
“Jepang Open. Aku akan buktikan aku bisa membuatmu menarik ucapanmu kembali.”
Joon melirik name tag yang dikalungkan Anna dilehernya. Mencoba membaca nama gadis itu yang membuatnya mengerutkan kening akibat pelafalan nama yang sulit.
“Caltha-si?”
“Ha?”
Anna tercengang sempurna. Bagaimana tidak, Joon menatapnya tajam seolah memberi peringatan agar tak sembarang bicara. Anna sudah berurusan dengan orang yang salah.
“Maksudmu.. hei sudah kukatakan aku...”
Joon berdiri dan merapikan masker serta topi hitam yang digunakannya. Secepat kilat ia meninggalkan Anna tanpa mendengar dulu kata yang ingin diucapkan wanita itu.
“Ah, bagaimana bisa kau mengucapkan hal seperti itu Anna. Kau pasti menyakiti perasaannya.”
Anna bergumam dalam hati. Merasa tidak enak kepada Joon yang baru saja meninggalkannya dan berjalan ke arah player area. Lelaki itu mengambil beberapa barang miliknya kemudian berjalan menuju pintu keluar. Sepertinya ia akan kembali kehotel.
Namun dugaannya salah, Joon duduk disalah satu bangku yang ada didepannya. Bersiap akan melakukan konferensi pers bersama partner barunya Park Sang Woo dan tunggal muda Korea, Jeon Yoo Seop.
Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan beberapa wartawan dan mereka menjawabnya dengan tepat dan senyum yang ramah, semua... kecuali Min Joon. Lelaki itu hanya duduk diam disana dan sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.
“Apa kau akan bermain semaksimal mungkin diturnamen selanjutnya?”
“Tentu saja. Aku akan buktikan di Jepang Open.”
Anna tertegun. Joon menjawab pertanyaan itu sembari menatap tepat dimatanya. lelaki itu masih mengenalinya dan mengingat ucapannya tadi. Mata dinginnya seolah mengatakan Aku akan membuktikannya kepadamu.
Dengan gugup Anna melanjutkan kegiatan memotret dan menulis beberapa jawaban dari timnas Korea. Dalam hati ia menyesali ucapannya kepada Joon tadi. Sekarang lelaki itu pasti amat sangat kesal kepadanya.
Entah apa yang terjadi pada diri Anna hingga ia tidak mampu menahan kekesalannya. Padahal kalau ditelusuri selama ini lebih banyak hal buruk yang diterimanya, namun ia masih bisa sabar. Kenapa sekarang ia tidak bisa menahannya.
“Aku harus meminta maaf kepadanya, harus.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
catdoll_11
pertama baca di sinopsisnya Min Yongi trus langsung berpikir oh mungkin authornya penggemar Bts tapi setelah baca di partnya ternyata Min Joon..padahal jauh loh Min Yongi ama Min Joon
ada apa dengan otakku..hemm
2022-04-17
1