Pembuktian

*©®

“Mau kerja kemana lagi An?”

Tante Anna menyapanya saat melihat Anna tengah menyiapkan sesuatu untuk dimasaknya. Yah, sudah menjadi kebiasaan Anna untuk membawa makanan sendiri. Karena sulitnya mencari makanan halal diluar negri. Oleh karenanyalah Anna lebih memilih memasak makanan tahan lama untuk persiapannya selama bekerja di negara minoritas muslim atau sulit mencari makanan halal.

“Jepang tan.”

“Mau dibuatkan bekal?” tanya tante ramah padanya dan tersenyum. Ya Anna melihat sang tante tersenyum padanya karena hanya ada mereka didapur. Kemudian tantenya beranjak meninggalkannya menuju kulkas.

Anna menoleh. Melihat tantenya yang sudah mulai memasak sesuatu untuknya. Anna tau pasti bahwa sebenarnya sang tante menyayanginya tulus. Tapi tetap saja dia akan lebih menyayangi anaknya bukan?

“Bekal apa tante?” tanya Anna dan mulai membantu sang tante mengambil bahan dari kulkas dan menaruhnya di meja untuk dipotong dan dicuci.

“Kau suka rendang?”

“Memangnya tante bisa buat rendang?” Anna bertanya bukan karena meragukan kemampuan memasak sang tante, hanya saja Anna memang tau sang tante tidak lihai memasak rendang dan aneka masakan Padang lainnya.

“Bisa dong, kemarin tante udah kursus satu harian sama temen tante. Lagian rendang kan tahan lama An, sekalian tante bekalin kering tempe dan teri yah?” Anna tersenyum dan mengangguk, ia kemudian mengambil sisa bahan yang diperlukan untuk dimasak, ada santan teri kentang dan juga tempe.

“Kalau gitu Anna siapkan bahan dulu ya tan.”

Anna tersenyum sumringah. Dia melupakan sejenak kekesalannya. Tantenya memang aneh. Terkadang dia membuat Anna menangis sesunggukan akibat ketidak adilannya. Namun disisi lain. Sosok keibuannya tidak pernah hilang. Dia tetap memberikan perhatiannya kepada Anna. Tentu hal itu terjadi jika tidak ada sang anak disekitarnya seperti sekarang ini. Biarlah, biarkan Anna menikmati momen ini sekarang.

Anna adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Dari kecil ia sudah tinggal bersama sang tante dirumah neneknya di Jakarta. Orang tua dan abang sulungnya tinggal di Banjarmasin. Anna kecil memang sangat lengket dengan sang tante. Hingga akhirnya saat Anna beranjak SMP orang tuanya merelakannya untuk tinggal bersama sang tante di Jakarta. Dulu tantenya adalah orang yang adil. Tidak membedakan kasih sayang untuknya dan anaknya.

Namun semua berubah. Anna baru sadar bahwa sepupunya tidak menyukainya pada Anna saat ia menginjak remaja. Usia mereka terpaut 7 tahun. Disaat itulah ketidakadilan itu begitu terasa.

Jangan kira hanya Anna yang merasakan ketidak adilan itu. Adik sepupunya pun turut merasakannya. Anna tidak tau apa yang terjadi dengan Reina. Ia hanya berharap suatu saat Reina akan berubah. Karena itulah, Anna tidak berfikir panjang untuk menerima pekerjaan sebagai sport photographer. Selain memang menyukainya, ia juga akan jauh dari rumahnya. Dan ia bisa membantu adik sepupu tersayangnya.

*©®*

Fukuoka Jepang Semifinal Jepang Open.

Turnamen Jepang open sudah dimulai. Perjalanan Joon  dan Sang Woo bisa dibilang mulus. Mereka berhasil menuju semifinal dengan hasil yang dapat dikatakan sempurna.

Yah, didalam setiap turnamen pemain akan melewati beberapa babak untuk mencapai partai puncak. Dimulai dari kualifikasi 1 dan 2, biasanya kualifikasi ini akan dilalui dalam satu hari saja. Selanjutnya menuju babak utama. R1 32 besar, dan R2 16 besar.

Setelah didapat 8 besar pemain di quarterfinal, biasanya pertandingan kali ini akan memakai dua lapangan saja. Quarterfinal sendiri akan mencari empat terbaik menuju semifinal. 4 terbaik itulah yang akan memperebutkan dua tiket di final keesokan harinya.

“Ingat pesanku dulu Sang Woo-ah.”

Joon  mengingatkan Sang Woo akan targetnya untuk menjadi juara disini. Dan Sang Woo mengangguk dengan pasti. Mereka sudah sampai semifinal. Hanya selangkah lagi untuk menjadi juara, dan Sang Woo menginginkan gelar itu.

“Nde hyung. aku tidak akan mengecewakanmu.”

Joon  mengangguk. Saat ini mereka tengah berjalan menuju lapangan. Pertandingan semifinal akan dimulai sebentar lagi. Dimana Sang Woo dan Joon  akan berhadapan dengan pemain tuan rumah Keigo Sonoda / Takeshi Kamura.

Semifinal kali ini dimulai pasangan Joon  dan Sang Woo dengan inisiatif menyerang terlebih dahulu. Penempatan bola yang apik didepan net, pancingan bola tipis milik Joon , dan diakhiri smash tajam oleh Sang Woo. Permainan menyerang yang ditunjukkan pasangan Joon  dan Sang Woo mampu membuat pasangan Jepang frustasi hingga harus menyerah straight game. 21-16 21-18. Joon  benar-benar membuktikan ucapannya. Final besok akan menjadi puncaknya.

Joon  berjalan santai keluar lapangan. Permainan hari ini tidak terlalu sulit. Ia sudah memprediksi hal ini, karena pasangan Jepang yang menjadi lawannya tadi akan takluk saat diserang secara terus menerus. Joon  sudah mempelajarinya.

Joon  tidak pernah setengah setengah. Seperti yang sudah dibilangnya, ia tidak akan membuang waktu berharganya tanpa ada hasil. Joon  menoleh kesamping kiri dan kanan. Mata sipitnya mencoba mencari keberadaan seseorang yang sangat ingin dijumpainya. Diliriknya setiap fotografer yang ada disana. semua lelaki, tidak ada wanita aneh itu.

Apa dia berbohong tentang pekerjaannya padaku?

*©®*

“Anna-ya”

Anna menoleh mencari sumber suara. Apa ada yang mengenaliku?. Saat dia berbalik dia melihat Hyun Ki berlari kearahnya. Anna tertegun, sekali lagi ia terpesona akan ketampanan Hyun Ki.

“Ah, Hyun Ki-si. Annyeong” Sapa Anna dengan senyum sumringah menghiasi wajahnya.

“Assalamualaikum Anna.” Hyun Ki mengucap salam setelah berhasil menetralkan deru nafasnya akibat berlari menyusul Anna

“Nde.” Anna membalas salam Hyun Ki dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya.

“Kau tidak memotret?” tanya Hyun Ki saat tak dilihatnya Anna memegang kamera, Anna hanya memakai satu tas dengan hoodie yang menutup kepalanya, hampir saja Hyun Ki salah mengenalinya tadi.

 “Tidak Hyun Ki. Aku bertukar tugas dengan seniorku. Di jam sholat seperti ini biasanya dia yang akan bertugas sendiri. Sebagai gantinya aku akan menuliskan artikel miliknya.” terang Anna dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya diakhir kalimat penjelasan yang ia berikan pada Hyun Ki.

“Apa seniormu tidak ikut sholat?”

“Anyio. Dia seorang Hindu.”

 Hyun Ki tersenyum manis kepada Anna. “Kalau begitu sekarang kau mau kemana?”

 “Aku ingin berkeliling sebentar. Menikmati indahnya Sakura di Jepang. Karena sepertinya besok akan menjadi hari yang sangat sibuk. Aku takut tidak bisa menikmatinya.”

“Boleh aku ikut? jika kau butuh bantuan aku bisa memotretmu," tawar Hyun Ki.

“Tentu saja, dengan senang hati Hyun Ki-si.”

 Mereka berjalan bersama di sebuah taman yang ada di Fukuoka Jepang. Menikmati indahnya bunga sakura yang satu per satu gugur memenuhi jalan setapak yang mereka lalui. Sesekali Anna akan memotret pohon sakura yang ada didepannya.

“Hyun Ki-si, kemarilah.” Anna tersenyum melambai kearah Hyun Ki.

Indah. Bukan... Hyun Ki bukan berbicara tentang keindahan bunga sakura yang ada didepannya. Hyun Ki hanya terpesona dengan senyuman Anna yang bahkan lebih indah dari sakura yang ada didepannya. Berkali kali ia terpesona akan senyuman Anna, bahkan suara dan gelak tawa gadis itu yang seolah menjadi candu baginya,

Gombal? Tentu saja tidak. senyum Anna memang indah sekali. Coba saja kalian yang berada diposisi Hyun Ki, kalian akan setuju dengan pemikirannya bahwa senyum Anna jauh lebih indah dibanding bunga sakura yang ada disana.

Tak ingin membuang momentHyun Ki mengangkat kameranya. Mengarahkan fokusnya kesebuah objek yang sedang terpesona memandang indahnya pepohonan yang ada didepannya. Ckrek.. ckrek.. dengan lincahnya tangan itu menekan shutter release kameranya.

“Sekarang aku tau apa yang harus kulakukan.” senyum manis terkembang diwajah tampannya.

*©®*

Final Japan Open

Anna sedikit berlari memasuki hall Badminton. Pertandingan final akan dimulai 20 menit lagi. Anna sedikit terlambat karena jadwal sholat yang hampir bersamaan dengan dimulainya partai final hari ini. Oleh karenanya ia harus berlari agar tetap bisa masuk photographer area dan menjalankan tugasnya dengan baik atau ia akan berakhir di omeli oleh Ryan lagi.

Pertandingan sudah hampir dimulai. Kedua pemain sudah memasuki lapangan badminton. Anna terkesiap, matanya memandang lurus kedepan. Ia melihat lelaki pucat dengan wajah datar memandang kearahnya.

Apa dia masih mengingatku?

Anna menggeleng. Berusaha menghilangkan fikiran liarnya. Joon  pasti hanya tidak sengaja melihatku. Yah, mana mungkin dia masih mengingatku? Dia juga tidak mengenalku. Pikir Anna didalam hatinya.

Sementara itu Joon  yang berada dilapangan menampilkan smirk nya. “Jadi dia tidak berbohong soal pekerjaannya?”

“Nde hyung? kau mengatakan sesuatu?”

“Anyio Sang Woo-ah, bermainlah dengan fokus dan ayo jadi juara." dan diangguki oleh Sang Woo.

Final kali ini mempertemukan Min Joon/Park Sang Woo yang akan melawan Zheng Shiwei/ Zhang Nan, kombinasi pemain senior dan junior milik Tiongkok. Rekor pertemuan mereka masih 0-1 dengan kemenangan pasangan Tiongkok. Namun itu dulu, sebelum Joon  berpasangan dengan Sang Woo.

Joon  hanya menargetkan straight set di match kali ini. Ia tidak ingin berlama lama dan mengulur waktu hingga kecolongan seperti pertemuan mereka sebelumnya. Ya, dipertemuan sebelumnya Joon  kecolongan karena mengikuti alur permainan cepat pemain Tiongkok sehingga tidak mengeluarkan permainan sebenarnya.

Dan target itu tercapai. Joon  membuktikan kata-katanya. Diturnamen keduanya bersama Sang Woo ia mampu menaiki podium juara. Membuat pemain Tiongkok menatap kagum padanya.

Winning ceremony dilaksanakan. Anna mengambil tempat didepan podium juara dan mulai memotret beberapa foto sang juara dan runner up. Matanya menatap Joon  bangga. Ia bangga? tentu saja. Sudah dibilang bukan bahwa Joon  termasuk salah satu pemain favoritnya?

Satu lagi, lelaki itu berhasil membuktikan ucapannya kepada Anna dulu. Meski sampai sekarang Anna masih merasa bersalah padanya.

Puas mengambil beberapa foto, Anna menyusun kembali semua peralatannya. Dengan santai Anna berjalan keluar hall badminton. Tugasnya sudah selesai hari ini. Ia hanya tinggal menerbitkan beberapa artikel, setelah itu Anna akan beristirahat dan bersiap untuk keberangkatannya ke Korea besok pagi. Langkah Anna terhenti saat melihat seorang lelaki berdiri didepannya. Lelaki itu menatapnya dingin. Membuat Anna mendadak gugup, namun sekuat tenaga disembunyikannya.

“Caltha-si. Kau masih mengingatku?”

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Ayo... si ganteng menyapa

2022-04-19

0

catdoll_11

catdoll_11

mboh ra eleng aku..

2022-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!