Lia menjadi di bagian pemasaran di Perusahaan Chandra Beauty Medical. Hari demi hari telah dia bekerja satu tim dengan Shinta. Mereka menikmati pekerjaan itu. mereka berkeliling memasarkan kepada dokter spesial kulit, salon dan perorangan. Selain itu dia juga membangun hubungan melalui media sosial. Dia termasuk penggiat media sosial. Karenanya, dalam waktu yang singkat mereka dapat mendapat pelanggan paling banyak dibanding dengan tim yang lain. Akhirnya, dalam pekerjaan, dia mampu membujuk konsumen untuk menggunakan produk perusahaan dan membujuk teman-temannya sesama penjual. Selain itu, Lia belajar dari kisah nyata orang orang cacat yang berhasil, sehingga Lia terlepas dari pengaruh mental dan psikologis yang menghambat perkembangan jiwa.
Saatnya Lia memetik buah penderitaan. Karena keadaan, hari lepas hari dia bergaul dengan penghinaan dan segala macam yang menyakitkan hati kapan pun dan di mana pun, sehingga akrab dengan pergaulan itu, dia telah memahami penderitaan sebagai sahabat yang setia menemani dia sejak kecil hidup kekurangan secara fisik adalah penyemangat dalam perjuangan hidup. Persepsi yang dia bangun membentuk pola pikir yang dilakukan tidak mudah. Dia didorong oleh sahabat yang simpati kepada dia.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan sebuah ungkapan yang sering dipakai kebanyakan orang untuk membandingkan dengan penyelesaian masalah yang sulit. Demikian juga yang dialami Lia. Dia tidak semudah membalikkan telapak tangan menerima keadaan. Dia sering mengumpat, menyalahkan orang tua, kecewa dengan hidup bahkan menyalahkan keadilan Tuhan, putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Namun Tuhan berkehendak lain. Tuhan menggunakan Shinta sebagai berkat dalam hidup dia. Shinta mendampingi, menyemangati dan mengasihi sepanjang hari. Sehingga, pelan pelan, Lia memahami tentang hidup, Dia mengelola kekurangan sebagai kekuatan untuk menggali potensi diri. Dia membaca, mendengarkan dan melihat ungkapan bijak dunia melalui, media sosial, dia tertarik oleh kata kata bijak yang masuk akal dan logis, serta bisa dilakukannya, lalu dia menerapkan dalam kehidupa se hari-hari.
Lia menjadi ketua tim dan ketua sebelumnya pindah ke cabang perusahaan di kota lain.
Pagi itu dia mengadakan pertemuan tim dengan Shinta dan Ika serta karyawan yang lain melanjutkan pekerjaan kemarin.
Pada saat yang sama Ratih mendapat panggilan telepon dari Nyonya Ana. Kemudian Ratih membenahi pakaian sebentar, lalu melangkah menuju ke ruang direksi memenuhi panggilan. “Pasti aku akan dijadikan asisten pribadinya, karena Nyonya butuh seseorang pembantu untuk pekerjaan pribadi. ” Pikir Ratih.
"Maaf Nyonya, ada tugas?” dia berkata dengan sopan dan bersemangat.
“Tolong panggil Lia, sebelum dia berangkat menemui klien."
“Baik Nyonya, permisi."
Ratih, Manajer Penjualan di perusahaaan Chandra Beauty Medical, meninggalkan ruang
direksi dengan kecewa, kemudian dia telepon Lia.
Tidak lama kemudian.
“Nona Ratih me...”
“Oh ya...ayo ke atas ikut saya." Ratih memenggal bicara Lia yang belum selesai.
Lia mengikuti Ratih naik ke lantai dua menuju ke ruang Direksi dan dia bertanya dalam hati “Ada apa ya, saya dihadapkan kepada Nyonya Direksi padahal tidak setiap orang dapat bertemu dan selama saya bekerja di perusahaan ini, saya belum pernah bertemu dengan Nyonya Direksi atau pemilik perusahaan. Paling berpapasan atau melihat ketika Nyonya keluar dan masuk mobil."
“Permisi, Nyonya."
“Ya. Silakan duduk Lia. Ratih, tolong tinggalkan kami berdua."
“Baik, Nyonya."
Lia bergulat dengan berbagai pertanyaan dalam pikiran, sedangkan Ratih semakin kecewa, dia kembali ke tempatnya dan memikirkan. “Jangan jangan Lia yang dipromosikan,.....tapi tidak mungkin..... siapa dia? ...Nyonya tidak mengenal dia. Dia hanya seorang gadis kelas bawah dan berpendidikan rendah...cacat pula...ah...tidak mungkin."
Sejenak Nyonya Ana menatap mata Lia dan secara bersamaan Lia melakukan hal yang sama, sehingga mereka beradu pandang, seketika itu juga Lia menundukkan wajah dan Nyonya Ana juga mengalihkan pandang. Se sekali dia melirik, Nyonya Ana masih memandang dia dengan pandangan yang lembut seolah olah ada sebuah harapan yang dipikirkan. Sedangkan Lia masih menundukkan wajah takut, salah tingkah dan tidak sabar. Lalu dia tidak dapat menguasai perasaan, dia memberanikan diri membuka percakapan.
“Maaf...Nyonya. Apakah ada yang salah dengan pekerjaan saya?”
Lia menghilangkan rasa takut, dan dia berusaha berkata dengan tenang. Nyonya Ana tidak segera menjawab pertanyaan Lia. Dia memandang Lia dengan penuh selidik. Lia semakin gusar dan tidak berani menatap mata Nyonya Ana. Kemudian dia berdiri mendekati Lia dan mengangkat kedua lengannya. Dia membantu berdiri.
“Mari kita duduk di kursi panjang saja, biar lebih santai." Lia merasa tidak enak, penasaran, gusar, senang bercampur aduk dalam hati.
“Maaf, terima kasih Nyonya, saya bisa sendiri."
Lia segera beranjak dari tempat dudu.
Nyonya Ana duduk di samping dia.
“Dari data laporan per hari, pekerjaanmu bagus sekali, tim pemasaran kamu selalu melebihi target."
Nyonya Ana mengelus bahu Lia. Dia menanggalkan status, naluri seorang ibu tiba tiba lahir dan mengalir dari dalam dirinya, seolah olah dia sedang memberi nasihat kepada anak perempuan dengan penuh kasih sayang. Perasaan Lia semakin tidak enak, Dia menghela napas pelan, "Ah...elusan...belaian ini adalah milik ibuku ketika dia masih hidup, " ucap Lia dalam hati. Dia berusaha menahan air mata yang akan menetes.
“Aku butuh teman yang dapat menyatu dengan hati dan pikiran, menyayangi saya dan memiliki semangat berjuang yang tinggi, sebagai penerus dan saya menilai kamu cocok untuk itu. Maka, mulai besok, kamu bekerja di ruang ini, sebagai Sekretaris pribadi saya."
“Ha." Lia sangat terkejut. “Ini tidak mungkin...saya itu siapa?" Pikir dia.
Lia membayangkan keadaan dirinya, pekerjaan, dan beban tanggung jawab pekerjaan yang lebih berat dibanding dengan pekerjaan sekarang. Lia merasakan seperti mulutnya terkunci.
“Mungkin berita ini mengejutkan kamu, dan tidak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiranmu. Perlu kamu tahu bahwa saya melakukan, karena pertama, saya sudah tua, saya butuh pendamping pribadi yang menemani saya baik dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Terkait dengan pekerjaan, setelah saya mempelajari laporan data pekerjaanmu dan tentang kamu di media sosial serta informasi dari klien dan sesama penjual dan di luar pekerjaan, dalam hati saya berkata bahwa kamu akan sukses dalam bimbingan saya."
“Terima kasih Nyonya. Ini suatu kehormatan bagi saya. Tetapi saya takut kalau promosi jabatan ini, Nyonya lebih mendasarkan pada rasa kasihan terhadap keadaan saya yang cacat ini. Apa kata karyawan senior nanti dan apa yang dapat saya lakukan untuk Nyonya? Dengan kakiku ini hanya akan membebani
Nyonya. Tolong Nyonya pertimbangkan sekali lagi. Maaf Nyonya, bukan berarti saya menolak kebaikan ini." Pernyataan Lia ini bukan basa basi tetapi secara spontan, sungguh keluar dari hatinya yang paling dalam."
Lia merapatkan genggaman kedua telapak tangan di atas pangkuannya menahan gejolak perasaan. Nyonya Ana menarik salah satu telapak tangan Lia, merapatkan duduknya dan menggenggam telapak tangan Lia dengan kedua telapak tangannya, kemudian meletakkan di atas pangkuannya. Luluh perasaan Lia terbayang lagi kenangan dengan ibunya dan genggaman seperti ini yang telah memberi kekuatan dia untuk bangkit.
“Kamu salah menilai. Justru saya melihat kamu memiliki mental yang kuat, mampu mengelola kekurangan kamu secara fisik menjadi semangat untuk mencapai sukses."
“Tetapi..."
Nyonya Ana memenggal ucapan Lia.
“Kamu mampu meyakinkan klien terhadap produk perusahaan ini, tetapi mengapa kamu
kurang percaya terhadap dirimu sendiri?”
Lia diam. Ucapan Nyonya Ana meyakinkan dia bahwa dia mampu dan layak mendapatkan kedudukan ini.
“Saya lebih memilih karakter, dan menurut saya yang lain nanti akan mengikuti dengan sendirinya. Dan karakter itu engkau miliki."
“Terima kasih, nyonya."
“Baik. Itu meja kerjamu. Sekarang buka arsip terkait dengan perusahaan dan pelajari semua
data serta buat jadwal kegiatan saya."
“Baik." Nyonya Ana melepas tangan Lia dan keluar dari ruangan
Lia berjalan ke meja kerja lengkap dengan peralatan pekerjaan yang telah disiapkan Nyonya Ana sebelumnya. Lia tertarik untuk melakukan sesuatu yang terbaik agar Nyonya Ana tidak kecewa. Selain itu, informasi dan teknologi bukan sesuatu yang baru bagi Lia. Dia telah memperoleh pelatihan pelatihan IT dan Manajemen serta akuntansi dari sebuah Lembaga Pelatihan kerja setelah dia tamat dari SMA. Sehingga Lia tidak gagap teknologi dan tanpa ragu ragu melakukan pekerjaan itu.
Menjelang jam istirahat, dia melihat lihat ruang kantor Nyonya Ana. Ruang kerja yang dirancang sangat indah dan nyaman. Dia membuka pintu sebuah ruangan bagian belakang dari ruang kerja, ruang istirahat untuk istirahat Nyonya Ana dilengkapi kamar mandi. Pada dinding yang menghadap ke arah tempat tidur terpasang lukisan seorang nenek yang wajahnya mirip Nyonya Ana. Lia sangat kagum dengan tata ruang dan isinya yang mewah dan elegan. “Aku tidak menyangka bisa berada di tempat seperti ini dan bertemu dengan seorang ibu yang sukses dan baik hati kepadaku.
"Semua terjadi sangat cepat. Rasanya aku seperti di alam mimpi” Lia termenung, sehingga dia hampir lupa makan siang.
“Permisi, Nona sudah ditunggu Nyonya di ruang makan." Kedatangan karyawan kantin
mengejutkan.
“Baik,Terima kasih. Maaf ruang makan sebelah mana ya?“
“Di sebelah kanan ruang ini Nona”
“Ya, terima kasih. Saya akan segera ke sana”
Lia terkejut ketika masuk ke ruang makan. “ini kantor, apa hotel, apa apartemen,
apa restoran, apa...?”
“Ayo,kita makan."
Lia masih tertegun di depan Pintu
“Hai...ayo. Kok malah diam di situ."
“Ya,...terima kasih."
Pada saat Lia sedang makan, pikiran dia jauh melayang dalam keheranan, kekaguman, dan kegembiraan, tiba tiba terbayang ingatan dia pada ayah, sehingga dia kehilangan selera makan.
“Lho kok tidak dihabiskan? Ayo ambil lagi."
“Maaf Nyonya, saya mengambil terlalu banyak, tidak habis.” Lia malu, berdiri dan mengangkat piring sendiri, kemudian mengambil piring Nyonya Ana.
“Biarkan saja. Nanti bagian kantin yang membersihkan, ayo, kita duduk di sebelah sana."
Mereka berdua duduk di kursi santai pada sudut ruang.
“Perjalanan hidupmu masih panjang. Tetap semangat ya."
“Baik Nyonya."
“Ayah kamu mengabdi di perusahaan ini cukup lama. Sejak dia masih remaja sampai dia
beristri dan punya anak kamu. Jadi saya mengenal betul keluargamu. Tapi maaf,
karena kesibukan, sehingga saya lupa memikirkan keadaan keluargamu. Pertemuan
kita ini, semoga menjadi buah dari benih yang ditaburkan ayahmu?"
“Maksud Nyonya?”
“Kejujuran, ketulusan dan kerja keras ayah kamu pada perusahaan ini, semoga nanti kamu yang memetik buahnya. Untuk itu mari kita kembangkan perusahaan ini agar menjadi semakin besar."
“Tetapi Nyonya, apa saya mampu? Saya cacat, saya berpendidikan rendah, belum pengalaman bekerja, apalagi di perusahaan sebesar ini Nyonya?"
“Lia,.... pernahkah kamu membaca atau mendengar kisah Thomas Edison?”
“Thomas Edison, siswa yang paling bodoh di kelas dan gurunya tidak sanggup mengajar kemudian dikembalikan kepada ibunya. Ibunya
menyembunyikan kekurangan itu dari Thomas dan mengajar sendiri di rumah, akhirnya kita
kenal dia sebagai penemu bola lampu."
“Bagus, bagaimana dengan Issac Newton?”
“Anak cacat mental dan pemarah tidak punya teman bermain yang akhirnya karya dia sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan alam.”
“Nah, petik kisah mereka. Lia, tidak banyak orang yang tahu tentang kisah saya, karena saya tidak pernah cerita kepada siapa pun dan kalau pun mereka tahu hanya sebagian dari kisah saya seutuhnya."
“Mengapa Nyonya?"
“Karena aku baru saja menemukan orang yang tepat untuk menerima kisah ini.” Lia mengangguk angguk.” Siapa ya?” ucapnya dalam hati tetapi tidak berani mengutarakan.
“Tinggal menunggu waktu yang tepat. Lia, .....silakan selesaikan pekerjaanmu, aku akan keluar sebentar."
“Terima kasih. Maaf Nyonya."
Sejak dia bekerja di CBM, dia ingin menyampaikan temuan yaitu, bedak perawatan kulit kepada CBM, tetapi belum ada kesempatan. Maka dia menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan
langsung kepada pemilik perusahaan. Lia menjelaskan kepada Nyonya Ana sebelum dia pergi, bahwa dia telah mencoba bereksperimen membuat fermentasi perawatan kulit produk CBM dengan tumbuh tumbuhan.
Temuan dia dan hasilnya lebih baik. Nyonya Ana menyuruh Lia untuk mempersiapkan semua dan akan diuji coba di laboratorium.
Seberkas cahaya menerangi kehidupan Lia. Nyonya Ana membawa terang untuk Lia. Cahaya itu memancar secara alami lahir dari ketulusan hati seorang Mama. Mama yang telah petualang dalam dunia usaha dan mama yang telah menggapai bintang di langit. Nyonya Ana bukan keturunan konglomerat atau berdarah ningrat, dia hanya seorang gadis desa anak seorang janda miskin, berpendidikan rendah yang mengadu nasib menjadi penjual alat kecantikan. Pada masa remaja Nyonya Ana, dipandang oleh masyarakat bahwa itu identik dengan penjual diri berkedok penjual barang, penjual kecantikan, cara berdandan dan cara berpakaian memperkuat pandangan negatif mereka.
Keberuntungan terjadi karena adanya pertemuan antara persiapan dan kesempatan tepat pada waktunya. Lia telah mempersiapkan diri dalam bidang penjualan dan manajemen , lalu dia bertemu dengan Nyonya Ana yang memberikan kesempatan dalam bidangnya.
Nyonya Ana akan fokus pada pekerjaan kemanusiaan yang telah didirikan yaitu, panti asuhan dan panti jompo. Kesempatan mengelola perusahaan ini diberikan kepada Lia bukan kepada Ratih, karena Nyonya Ana sudah tahu pekerjaan Ratih dan perbuatannya dan berulang kali Nyonya Ana memperingatkan Ratih akan perbuatannya itu, tetapi dia tidak peduli. Nyonya Ana masih mendidik dia terus agar menjadi baik. Nyonya Ana pernah mengatakannya, “Ratih, kekayaan saya tidak akan habis dengan segala rekayasa dan tipu daya terhadap keuangan perusahaan ini, tetapi kalau ku biarkan nanti kamu akan terjerumus pada keserakahan dan berakibat kehancuran bagi dirimu sendiri dan aku tidak mengeluarkan kamu dari perusahaan karena aku ingin mendidikmu menjadi baik. Perhatikan kata kataku ini dengan baik."
Ilustrasi Tokoh Shinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Tri Widya
bagus semangat Kak.
2022-09-03
0
Lone Wolf
nyadar ma masa lalu, Bagus nyah.
2022-04-20
0