Lia dan Shinta mengikuti tes wawancara di Perusahaan alat kecantikan medis Chandra Beauty Medical. Selama mereka berdua menunggu panggilan, mereka bergabung dengan peserta lain. Lia menebar senyum penuh pesona memancar dari kecantikan wajahnya. Dia mudah bergaul dengan siapa saja, tidak minder dengan kaki yang kecil sebelah. Walaupun ada sebagian peserta yang berbisik bisik dan memandang sinis, tetapi dia tidak peduli. Dia sering menghadapi hal yang sama.
Shinta antre lebih awal, maka dia dipanggil lebih dahulu. Saat dia masuk ruang tes, Ika, teman sekelas mereka waktu SMA, datang.
“Hai, lama kita tak jumpa, sehat?”
“Sehat, seperti yang kamu lihat."
“Hebat kamu semakin nampak lebih dewasa dan tambah cantik."
“Kamu memang sahabatku yang sejak dahulu selalu memuji dan pujianmu itu sangat berarti bagiku."
“Maksudmu?”
“Aku menjadi semakin percaya diri. Terima kasih."
“Ya, mudah mudahan percaya dirimu tidak berlebihan nanti kamu jadi sombong”
“Enggak lah ya."
Lia dipanggil ke ruang tes wawancara. Dia berdiri dari tempat duduk dibantu oleh Ika. Pada saat Shinta keluar dari ruang tes, dia menghampiri Ika.
Ke sekian kali, Lia menghadapi tes wawancara.
"Secilia Putri, benarkah anda anak Bapak Ranto, sopir yang resign dari perusahaan ini?"
“Anda melamar pekerjaan di sini, atas kemauan sendiri atau kemauan ayah anda?”
“Kemauan saya sendiri.”
“Anda sadar dengan keadaan anda?”
“Sadar."
“Baiklah. Persyaratan utama bagi pelamar adalah sehat jasmani dan rohani dan posisi sales yang dibutuhkan, lalu apa yang dapat anda lakukan?”
“Walaupun kaki saya kecil sebelah, tetapi saya bisa berjalan dan mengendarai motor."
“Bagus perjalanan kerja dapat anda lakukan. Anda lumayan cantik, tetapi harus didukung
penampilan yang lain bukan ?” Lia diam tidak menjawab.
“Kesan pertama pelanggan itu penampilan. Maaf, dengan keadaan anda seperti ini, anda akan memalukan diri anda sendiri dan perusahaan."
Seketika itu, dia merasa seperti dirobek robek hatinya. Ingin menangis tapi air matanya kering sudah, ingin menjerit sudah tidak berdaya. Semua telah terkuras untuk menangisi dan meratapi takdir.
“Saya bisa melakukan penjualan online, Non, " ucap Lia menguatkan hatinya.
“Anda yakin bisa menjaring pelanggan lewat media sosial anda? Lia diam lagi.
“Baiklah.Terpaksa lamaran anda kami tunda dahulu untuk kami pertimbangkan."
“Terima kasih, Non. Permisi."
Ratih mengenal ayahnya Lia, mengetahui kehidupan mereka dan dia telah merampas hak ayah dia. Ratih dipercaya oleh perusahaan mengelola uang pesangon dan kompensasi tiap bulan untuk ayah Lia. Tetapi Ratih telah menyalah gunakan kepercayaan perusahaan. Dia menggunakan kompensasi itu untuk kepentingan pribadi dan pesangon yang diberikan hanya sebagian.
Ratih berbahagia di atas penderitaan ayah Lia. Maka kedatangan Lia di perusahaan alat kecantikan medis CBM sangat mencemaskan dia dan Lia dianggap sebagai batu sandungan.
Selama Ratih menguji wawancara dengan Lia, Nyonya Ana, manajer perusahaan, mendengar dari di balik pintu tidak ketahuan mereka. Ketika Lia keluar dari ruangan berpapasan dengan Nyonya Anna, dia hanya menundukkan wajah kemudian berlalu. Tetapi Nyonya Ana memperhatikan dia yang berjalan dengan kaki agak berat sebelah karena dibebani alat penyangga. Nyonya Ana memandang dia sampai menghilang. Ada sesuatu yang dipikir.
“Ratih." Dia terkejut karena selagi dia sedang benah benah Nyonya Anna datang secara tiba tiba.
“Ya, Nyonya.”
“Bagaimana hasil wawancaranya?"
“Baik Nyonya saya akan segera lapor."
“Sebelum kamu lapor, tolong panggil gadis
yang bernama Secilia, untuk mengikuti tes kepribadian."
“Maaf nyonya, bukankah dia cacat fisik?”
“Ya,...saya tahu itu."
“Baik Nyonya."
Seandainya dia bukan pemilik perusahaan, ingin menyangkal perintah. Karena pertama bertemu dengan Lia, dia tidak suka kepadanya. Selain menyimpan kejahatan yang telah dia dilakukan terhadap keluarganya, dia iri dengan kecantikan dan iri, ketika melihat cara bergaul Lia dengan para pelamar pekerjaan lain. Lia bercakap cakap dengan teman teman, santun dengan wajah ceria dan senyum di bibir, sehingga menarik perhatian mereka. Semua itu dapat menutup kekurangan dia di mata mereka.
Ratih telah dikuasai oleh rasa takut, iri, sehingga pikiran jahat mendorong dia melakukan sesuatu untuk menyakiti Lia.
“Bagaimana hasilnya?” tanya Shinta.
“Perusahaan ini belum membutuhkan aku."
“Maksudmu?”
“Aku gagal. Ya, kamu untung. Yuk kita pulang." Shinta tidak menanggapi.
Setelah tes wawancara, Shinta sengaja tidak berkunjung ke rumah Lia, dia takut merusak suasana hati dia. Selain itu, dia mempersiapkan diri untuk mengikuti tes kepribadian pada tahapan berikut.
Sehari kemudian, Lia dipanggil oleh Perusahaan Chandra Beauty Medical juga melalui WA untuk tes kepribadian. Lia tidak percaya dengan semua itu, maka untuk meyakinkan, dia pergi ke rumah Shinta.
“Aku menerima berita melalui WA dari CBM untuk mengikuti tes kepribadian."
“Benarkah?”
“Ya. Aku kirim ke kamu ya?”
“Tidak usah. Aku sudah punya.“
“Apa rencanamu?”
“Ya, kita persiapkan kesehatan kita, kalau yang lain aku percaya kamu bisa."
“Kamu juga."
“Baiklah, mari kita berjuang berdoa. Karena banyak orang mengatakan bahwa perjuangan itu tidak pernah sia sia dan berdoa untuk menenangkan jiwa."
Pagi itu, mereka berangkat ke Perusahaan CBM mengikuti psikotes. Mereka telah mempersiapkan tes kepribadian dengan baik, maka dapat mengerjakan dengan tepat dan cepat. Hasil mereka sangat memuaskan. Selain cerdas, Lia memiliki kemampuan sosial dan emosional serta komunikasi yang sangat baik. Inilah kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, juga Shinta. Karena hasil tes tidak diberitahukan kepada peserta tes oleh perusahaan, sehingga mereka tidak tahu tingkat kemampuan yang telah dicapai.
Penguji memberitahukan hasil tes kepada Ratih, sebelum lapor kepala personalia melalui email. Setelah membaca laporan itu, Ratih terkejut melihat hasil tes. Lia berhasil sangat memuaskan, menduduki peringkat tertinggi di antara peserta tes yang lain. Kemudian Ratih menghubungi penguji tes kepribadian.
“Maaf pak, saya mohon nilai peserta nama Secilia, kriteria kelulusan dinaikkan."
“Bagaimana dengan peserta yang lain?”
“Tetap seperti kriteria yang telah anda tentukan."
“Maaf. Kami tidak bisa melakukan karena wewenang kami hanya menyalin hasil peserta tes apa adanya dan melaporkan kepada yang berkepentingan."
“Masalahnya, anak tersebut cacat kaki kecil sebelah."
“Sekali lagi maaf. Bukankah semua itu wewenang anda sebagai pengguna lulusan.
“Baiklah, terima kasih. Nanti saya akan datang ke kantor anda."
“Baik. Kami tunggu."
Ratih terbakar oleh ego dan dia merasa terusik harga dirinya, karena dia bermaksud menolak lamaran Lia. Lia merupakan batu sandungan baginya, maka dia melakukan sesuatu yang licik karena perbuatan sebelumnya membuat dia ketakutan. Tanpa disadari, tertanam duri dalam daging Ratih karena perbuatannya. Betapa sakit nanti setiap saat dia bertemu dengan Lia, duri itu akan terasa menusuk. Karena kesakitan, dia akan membalas rasa sakit dengan menyakiti Lia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Lone Wolf
si lia ga tahu dijahatin, kak.
2022-04-20
0