Pesan Mama Mengubah Hidup Gadis Berkaki Kecil Sebelah

Pesan Mama Mengubah Hidup Gadis Berkaki Kecil Sebelah

Episode 1. Penghinaan menjadi penyemangat

Penghinaan yang dihadapi oleh seorang gadis cantik berkaki kecil sebelah, akibat penyakit folio yang diderita, menjadi penyemangat hidup.

Gadis itu bernama Secilia, nama panggilan Lia. Dia hidup dengan seorang ayah. Ibunya telah meninggal dunia, ketika dia masih duduk di sekolah menengah pertama, akibat lumpuh. Ayah sakit sejak ditinggal istrinya. Maka, Lia harus merawat dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Ketika ayah masih sehat, dia mampu menyekolahkan dia, sampai tamat SMA dan biaya mengikuti pelatihan komputer, manajemen serta biaya pengobatan istrinya. tetapi sekarang, keadaan telah mengubah hidup mereka. Mereka butuh biaya untuk bertahan hidup dan dia belum mendapat pekerjaan.

Modal ijazah dan sertifikat pelatihan kerja, dia

melamar pekerjaan di beberapa perusahaan,

toko, jasa pengiriman, dan sebagainya. Dia melamar lewat email, karena cacat, dia selalu gagal pada saat wawancara. Setiap ada lowongan pekerjaan “sehat jasmani rohani” menjadi persyaratan utama. Dia mendaftar ke kantor penampung pembantu rumah tangga, tetapi dia tidak dipanggil alasan pihak penampung, tidak ada orang yang butuh pembantu rumah tangga yang cacat. Dia merasa tidak ada harapan lagi untuk mendapat pekerjaan.

Sore itu, ketika dia sedang berjalan di sebuah Mal dan lewat tempat bermain anak anak, ada anak gadis kecil berlari lari dengan teman temannya, salah satu diantara mereka mendekati dia.

“Kakak, kakinya kena apa? Habis jatuh ya?”

“Iya, sayang. Maka kamu jangan berlari lari, nanti seperti kakak lo." Teman yang lain ikut mendekati.

“Kaki robot ya, Kakak?” tanya anak itu, sambil menyelidik alat penyangga kaki terbuat dari besi ringan yang dikenakan.

Setelah itu mereka berhamburan pergi.

Kemudian dia berpapasan dengan dua pria salah satu diantara mereka berkata, "Cantik cantik tapi pincang, ” pria yang lain tersenyum. Walaupun pria itu berbicara pelan, tetapi Lia mendengar dan dia idak peduli

Dia menuju ke sudut ruangan tempat orang menjual kue. Dia membeli kue untuk ayah, menunggu penjual mengemas kue yang di beli dan kebetulan antre. Di balik ruang kaca di sebelah tempat duduknya, ada beberapa pria sedang makan bersama dan mereka membicarakan dia. Samar samar terdengar pembicaraan mereka.

“Lihat gadis itu, cantik sekali."

“Rambutnya indah." Mereka memuji kecantikan Lia.

“Lihat saja kalau nanti dia berjalan”, kata yang lain.

“Kakinya kecil sebelah, " lanjutnya.

“Ah. Kaki tidak penting. Justru dia dijamin masih perawan."

“Ha, kamu. Dasar otak mesum."

Selanjutnya, Lia tidak mendengar celoteh mereka. Dia mengambil kue yang dipesan dan pergi. Beberapa dari mereka berdiri, melihat Lia dan tertawa.

Sejak dia masih kecil sampai remaja peristiwa serupa dengan peristiwa sore itu sering dialami. Sekarang, keadaan yang menekan sehingga dia melupakan cacat yang diderita. Dia tidak peduli lagi cercaan, dan penghinaan. Apalagi dia telah tumbuh menjadi gadis remaja maka menyesali cacat yang diderita merupakan masa lalu. Pengalaman hidup memberikan pelajaran untun menepis putus asa, mencintai kekurangan dan bersyukur kelebihan.

Hari itu, dia tinggal di rumah. Sebuah rumah petak kecil sisa dari sebagian besar yang telah dijual.

“Lia." Dia berhenti. Kemudian masuk ke kamar ayahnya.

“Apakah kamu tidak melamar pekerjaan di perusahaan alat kecantikan medis, Chandra Beauty Medical?"

“Nanti kalau ada lowongan, saya akan melamar Ayah, " Lia berbohong pada ayah. Sebenarnya, CBM telah membuka lowongan kerja.

"Karena aku mantan sopir pribadi Nyonya pemilik perusahaan, mudah mudahan kamu akan diterima walaupun kamu cacat.”

“Ya."

Lia hanya pura pura setuju dengan perkataan ayahnya. Walaupun dia sadar bahwa sehat jasmani dan rohani adalah persyaratan utama pada lowongan kerja, Tetapi itidak setuju pada pendapat ayahnya. Dia paling tidak suka menggantungkan diri pada orang lain atau mengandalkan

Seandainya perusahaan peduli dan menghargai jasa ayah, seharusnya perusahaan  memberi kompensasi, tetapi kenyataannya pihak perusahaan menjenguk belum pernah. Pengalaman seperti ini menguatkan dia untuk mandiri dan menerima segala keadaan seperti apa adanya.

Keadaan, mengajarkan tentang hidup mandiri, apalagi setelah menginjak remaja dan ayahnya sebagai penyangga hidup, tidak berdaya lagi. Dia mau tidak mau, suka tidak suka harus berjuang untuk mempertahankan hidup.

“Usaha cucianmu bagaimana?”

“Ya, masih jalan ayah, " dia berbohong lagi.

Usaha cucian mereka diri hari ke hari berkurang pelanggan, kalah dengan yang lain. Pengusaha cucian menggunakan alat yang lebih baik, lebih canggih, hasilnya lebih bersih, pengerjaan lebih cepat. Sedangkan peralatan dia sederhana dan kuno, peralatan ini pun diperoleh dari pinjaman koperasi perusahaan ketika ayahnya masih bekerja.

“Silakan, ayah istirahat, " ucapnya sambil membenahi selimut ayahnya yang turun.

Dia berbohong kepada ayahnya, agar dia tidak terbebani masalah yang akan menambah sakit.

Merenungi dan menyesali takdir itu suatu tindakan yang sia sia dan sudah berlalu. Sekian lama, dia telah berbenah diri untuk bangkit menyambut masa depan dan mengubah hidup.

“Lia." Tiba tiba, Shinta datang.

“Hai. Kamu bawa apa?"

“Berkas untuk melamar pekerjaan di CBM, punya kamu mana? aku fotocopi sekalian."

“Ah. Tidak. Kamu tahu, bukan? CBM adalah perusahaan terbesar di kota ini, cabang perusahaan ada di berbagai kota. Saya kira seleksi sangat ketat."

“Tetapi tidak rugi kita mencoba."

“Kamu tahu, bukan? Berulang kali saya melamar tetapi hasilnya nol."

“Ya. Belum beruntung. Tapi, siapa tahu kamu untung di CBM."

“Coba kamu baca lagi brosur”, Lia menunjukkan brosur lowongan kerja kepada Shinta.

“Nomor yang ke empat, sehat jasmani dan rohani. Ini sama dengan kalah dulu sebelum perang, seperti yang sudah sudah.”

“Ayo. Jangan menyerah, spekulasi, boleh kan?”

“Bukan coba coba, tapi bunuh diri namanya."

“Jangan pesimis, kita harus optimis pasti bisa."

“Tetapi, aral itu jelas melintang di depan mata, aku cacat, jasmani tidak sehat. Oh,...apakah orang cacat semacam aku tidak ada tempat untuk bekerja?” Lia terbawa oleh perasaan.

Sejenak Shinta berpikir untuk memberi semangat agar dia tidak terlalu terbawa oleh

perasaan.

Shinta gadis cantik, ibunya telah meninggal dunia ketika melahirkan dia dan ditinggal pergi ayahnya sebelum dia lahir. Dia hidup dengan nenek. Neneknya berjualan bubur untuk menyambung hidup mereka. Lia dan Shinta rumahnya bersebelahan. Sehingga setiap hari mereka sering bersama dalam suka maupun duka. Mereka berdua hidup kekurangan. Tetapi dengan hidup sederhana ini, menjadi tumpuan mereka meraih sukses.

Shinta sebagai sahabat memberi dorongan semangat kepada Lia dengan caranya. Walaupun dia sendiri hidup susah.

“Kamu menyandang cacat, siapa yang

memberi?”

“Yang memberi ku hidup, Tuhan."

“Bagus. Kamu mengenakan pakaian yang tidak mengenakan, Tuhan juga yang memilih, bukan?”

“Ya,...kalau aku boleh memilih tentu saja tidak seperti ini."

“Nah, kalau Tuhan telah memilih kamu, pasti Tuhan mempunyai rencana yang indah pada waktunya. Hanya waktu yang tahu. Maka percayalah, berusaha, berdoa dan selalu bersyukur."

“Bersyukur atas kekurangan?"

"Bukan, tetapi bersyukur atas kelebihanmu dan mencintai kekuranganmu."

”Shinta,....melakukan itu tak semudah yang kau katakan."

“Maka, bertumpu di tempat yang lapang, agar kamu dapat memandang lebih luas, melihat kelebihanmu. Kau berwajah cantik, berkulit putih bersih, tinggi semampai, rambutmu, indah dan kau cerdas, kamu harus bersyukur. Masih banyak orang-orang di luar sana yang kekurangan melebihi kamu."

Lia diam, dia merenungkan kata kata Shinta. Dia menyadari kesalahan cara pandang terhadap dirinya sendiri.

“Sebagai sahabat, aku ingin kita selalu bersama dan berbenah diri untuk menyambut masa depan yang lebih baik."

Lia merenungkan perkataan itu. Hatinya luluh ketika mengenang persahabatan mereka. Mereka berteman dalam suka maupun duka sejak kecil. Dia tidak ingin mengecewakan. Shinta yang selalu mengingatkan untuk mencintai kekurangan dan bersyukur atas  kelebihan. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengikuti seleksi lowongan pekerjaan itu bersama Shinta.

Ilustrasi Tokoh Lia Secilia

Terpopuler

Comments

Budi Darmasto

Budi Darmasto

Bagus semamgat Thor.

2022-09-09

0

Agus Haryatmo

Agus Haryatmo

Tetima Kasih. Dukungamnya.

2022-05-10

0

Wardah Juri

Wardah Juri

mampir ni thor

2022-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!