Setelah Nyonya Ana memberitahukan kepada Ratih tentang kedudukan Lia. Ratih semakin membenci dia. Dia merasa harapan untuk menjadi asisten Nyonya Ana telah direnggut, sehingga dia mencari celah untuk mengancam kehidupan Lia. Tinggal satu harapan yaitu menjadi menantu nyonya Ana.
Ratih mengadakan pertemuan dengan seluruh ketua tim penjualan dan tim Lia diwakili oleh Shinta.
“Shinta, anda kami undang dalam pertemuan ini, kami promosikan mengganti posisi Lia sebagai ketua tim penjualan. Adapun surat keputusan manajer menyusul."
“Terima kasih atas kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada saya."
“Bagus, kerjakan sesuai dengan tugas pokok dan posisi anda."
“Baiklah. Tetapi,...boleh saya bertanya satu hal”
“Silakan."
“Mengapa Lia tidak dihadirkan dalam pertemuan ini?"
“Bagian kita bukan urusan dia sekarang. Dia akan menanggung lebih banyak beban dan tanggung jawab pekerjaan sebagai asisten puncak pimpinan di perusahaan ini."
“Ada pertanyaan lagi?"
Semua yang hadir diam.
“Baiklah, pertemuan kita akhiri dan selamat bekerja."
Mereka berangkat menjalankan pekerjaan mereka masing masing.
“Shinta, bisa tinggal sebentar?”
“Baik Non."
“Terima kasih, saya mendudukkan kamu sebagai ketua tim, tahu alasannya?
“Tidak Nona."
“Karena kamu memiliki prestasi kerja se banding dengan Lia, bahkan tanpa kamu Lia tidak bisa berbuat banyak pada pekerjaan, dan sebenarnya, tidak layak Nyonya Ana memberi dia jabatan sebagai sekretaris pribadi”
“Terima kasih, atas perhatian dan kepercayaan nona kepada saya dan menurut saya dia layak mendapatkan jabatan itu nona." Shinta memberanikan diri untuk menyangkal pernyataan Ratih demi untuk membela sahabat.
“Mengapa?”
“Prestasi yang dicapainya selama ini, berada di atas penderitaan dan beban hidupnya. Sebab selama ibunya sakit sampai meninggal dunia telah menghabiskan banyak biaya dan sekarang ayah dia sakit, tetapi dia masih dapat memenuhi target penjualan", ucap Shinta untuk menarik simpati Ratih kepada Lia
“Wow.... Kasihan dia...ya...semoga saja dia mampu mengerjakan pekerjaannya yang baru".
"Baik. Selamat bekerja”. Ucap Ratih menutupi rasa iri dan kekecewaannya, agar mereka tidak mengetahui niat jahatnya.
“Terima kasih Nona."
Shinta berpikir bahwa pernyataannya dapat menarik simpati dia kepada Lia, tetapi di
luar yang shinta pikir, dia mempromosikan Shinta dengan tujuan mengajak dia agar berada di pihaknya, sehingga dia dapat dijadikan alat untuk menyakiti Lia. Maka, setelah dia mendengar pernyataan Shinta, dia kecewa.
Ratih duduk di ruang kerja. Kecewa, iri hati, kesal memenuhi pikirannya dan dia merasa bahwa harapannya telah direnggut.
“Pak, tolong antar saya bertemu klien." Ratih telepon sopir.
Dalam perjalanan Ratih memerintahkan sopir ke rumah Pak Ranto
“Pak,....Tunggu sebentar."
“Ya, nona."
”Ha...ini rumah Ranto, ayah Lia?" Kata Sopir dalam hati.
Sopir kesulitan memparkir mobil, karena gang sempit. Terpaksa dia menempatkan dekat sekali dengan pintu sebuah rumah sempit yang mereka berkunjung. Setelah Ratih masuk ke rumah dan duduk di kursi, di samping tempat Ranto berbaring.
“Apakah ada sesuatu dengan Lia, sehingga nona Ratih datang?” Ranto bertanya sambil terbatuk batuk.
“Kedatangan saya, diperintah pimpinan menghantar anda ke Rumah Sakit”
“Mengapa yang melakukan?”
“Ya. Setelah Lia menjadi asisten pribadi Nyonya Ana, dia banyak kesibukan sehingga tidak ada waktu untuk mengurus bapak."
“Ya, syukur. Dia tidak pernah bercerita tentang pekerjaan. Maaf Nona kami telah merepotkan."
“Baik. Mari kita berangkat.”
“Ya. Nona, maaf tunggu sebentar ya, saya ganti pakaian dahulu."
Ratih hanya menganggukkan kepala, dan tidak lama kemudian mereka berangkat, kemudian Ratih mendaftarkan dia di kelas paling utama (VVIP) pada Rumah Sakit Swasta yang terkenal yaitu Gloria Hospital. “Kamu akan kebingungan membayar biaya ayahmu, rasakan, " ucap Ratih dalam hati.
Ketika Ratih dan sopir tiba di area parkir perusahaan, dia berpapasan dengan Nyonya Ana. Ratih menganggukkan kepala dan mempercepat langkah menuju ke ruang kerja, dia cemas ditanya oleh Nyonya Ana. Sopir belum turun dari mobil dan Nyonya Ana menghampiri.
“Pak,...sekalian tolong antar saya ke Kantor Pusat."
“Baik, nyonya."
Nyonya Ana jarang sekali minta diantar sopir setelah sopir pribadinya, Ranto, keluar karena dia sakit. Dia sudah biasa ke mana mana mengendarai mobil pribadi. Dia bukan tipe perempuan yang manja dan suka merepotkan orang lain. Tetapi segala macam pekerjaan yang mampu dia lakukan, dia kerjakan sendiri.
Walaupun sudah separuh baya, nyonya Ana masih cantik, badan padat berisi dengan ukuran yang ideal antara tinggi dan berat badan.
“Habis mengantar dari mana, Pak?”
“Dari rumah sakit, nyonya."
“Siapa yang sakit?"
“Bapaknya Lia, Nona Ratih yang menjemput dan mengantarkan dia”
“Baik......sekarang putar balik dan antar saya ke Rumah Sakit itu."
“Baik Nyonya."
Setelah mereka sampai di Rumah Sakit.
“Di mana dia dirawat?”
“Di VVIP Nyonya."
“Ya. Kamu tunggu di sini”
“Baik Nyonya."
Nyonya Ana berjalan menuju ke bagian keuangan.
“Suster, saya bayar uang muka biaya perawatan atas nama Ranto di kelas VVIP."
“Baik. Berapa Nyonya?”
“Nih, Kartu ATM ada saldo kira kira 500 juta rupiah kalau kurang, kirim kabar kepada saya nanti saya transfer, " kata Nyonya Ana sambil menyodorkan kartu ATM
“Terima kasih Nyonya."
Lia menyelesaikan pekerjaan, kemudian dia membersihkan ruangan dan menata segera mungkin, karena agenda pekerjaan Nyonya Ana akan berkunjung ke salah satu proyek perusahaan. Dia persiapan mendampingi.
“Lia, acara kita hari ini, kita tunda. Sekarang sebaiknya kamu pulang lebih awal."
“Kenapa Nyonya?" Dia bertanya dengan heran.
“Kamu kelihatan capek sekali hari ini."
“Terima Kasih, Nyonya memang dia capek dan kantuk, karena semalam ayahnya kambuh batuk nya dan tidak menidurkan.
Setelah dia sampai di rumah. Pintu tertutup. Dia memanggil Ayah tapi tidak ada jawaban.
Dia masuk ke kamar ayah, dan menemukan secarik kertas di atas tempat tidur, ada tulisan
“Bapak kamu di Rumah Sakit Gloria Hospital.” .
Tanpa pikir panjang, lalu dia pergi walaupun dalam keadaan bingung tetapi diabersyukur karena ada orang baik hati yang menghantar ayah ke rumah sakit, rencana dia akan memeriksakan.
“Pasien bernama Ranto alamat Jln. Gatot Subroto, 42, di mana?"
“VVIP, Nona." kata seorang suster sambil melihat layar komputer, " dia terkejut karena ayah di rawat di kamar yang mahal.
“Terima Kasih, Suster."
Lia menengok kamar di mana ayah dirawat untuk memastikan keberadaanya. Dia tidak langsung masuk ke kamar, dia duduk di kursi yang disediakan di sisi pintu masuk. Dia melepaskan kegugupan, menenangkan hati dan pertanyaan di benak “siapa yang melakukan semua ini?” Tiba tiba dia berdiri dan pergi ke bagian keuangan dan pikir dia akan meminta ayah dipindahkan ke kelas 3.
“Suster, berapa uang muka yang harus saya bayar untuk pasien di VVIP 1?”
“Nona, pasien tersebut sudah dibayar oleh Nyonya Ana Chandra dari CBM."
“Apakah dia juga yang membawa ayah saya?”
“Bukan,....tetapi seorang gadis, seumur anda. Pengakuan dia pasien itu ayahnya dan dia karyawan Chandra Beauty Medical, dengan menunjukkan kartu identitas bernama Secilia Putri. Karena perusahaan itu memiliki sebagian saham di Rumah Sakit ini, maka kami berusaha melayani yang terbaik. Ada masalah Nona?"
“Terima kasih informasi anda."
Lia sedikit lega, dan berlalu ke kamar ayah.” Terima kasih, Shinta, ”ucap Lia dalam hati. Dia mengira Shinta membawa ayah ke rumah sakit.
“Sampaikan rasa terima kasih ayah kepada Nona Ratih dan pimpinan perusahaan, atas perhatian dan bantuan dia kepada orang semacam saya."
“Baik. Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Semoga ayah cepat sembuh."
“Amin.”
“Ayah baik baik saja, bukan?" dia melihat wajah ayah agak pucat.
"Terasa agak sesak."
“Sebentar, saya akan bertemu dokter."
Ratih berada di tempat pembayaran ingin memperoleh informasi tentang pembayaran uang muka rawat inap ayah Lia.dan dia melihat Ratih sedang berbicara dengan Suster jaga, dia memperlambat langkah dan menghampiri dia.
“Bagaimana keadaan ayah kamu?”
“Keadaan dia baik baik saja."
“Maaf, saya menghantar ayahmu tidak izin."
“Eh, justru saya berterima kasih sekali kepada kamu, karena telah merepotkan.”
“Sama-sama. Tadi, ketika saya akan bertemu klien, sopir meminta mampir menengok keadaan ayahmu, kemudian saya tidak tega melihat keadaan dia, terus saya bawa dia ke Rumah Sakit."
“Oh ya, sekali lagi terima kasih."
“Ya. Semoga lekas sembuh."
“Amin, terima kasih."
Usaha Ratih kandas, dia gagal lagi mempersulit hidup Lia. Dia berlalu membawa kekecewaan.
Sedangkan Lia tidak tahu niat jahatnya. Dia bersyukur karena Tuhan telah memakai Ratih mengirim ayah ke rumah sakit dan Nyonya Ana yang telah membayar biaya rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments