Tanpa terasa dua bulan sudah kedekatan mereka terjalin dengan baik. Saling bertukar pesan lewat aplikasi di handphone tanpa canggung lagi, membuat keduanya semakin dekat.
Sampai pada suatu hari, Arif memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya lewat sebuah puisi menjelang tidur.
Sebelumnya, sudah seharian Arif tidak bertemu dengan Aini di kampus.
Kemana Aini, tidak ada yang tahu. Membuat hati Arif gundah berbalut rindu pada sosok wanita yang telah mengisi hatinya yang kosong itu.
Dengan perasaan dag dig dug, Arif mencoba mengirim satu rangkaian puisi dadakan.
Jika di tanya, siapa yang telah menyentuhnya saat ini.
Siapa yang membuatnya damai bak dalam pelukan hangat
Jawabannya adalah dirimu Aini.
Bayangan senyummu yang tak bisa pudar bahkan sedetikpun di ingatanku.
Tawamu, gerak gerik mu, tutur sapamu, dan yang semua ada padamu, selalu mampu membuat hatiku merindu.
Namun bibir ini kaku, lida ini keluh saat berada di depanmu. Seakan terkunci dengan gembok kekal.
Sempat aku meragu..
Namun hampir di setiap menjelang malam seperti ini,
Aku bermohon pada pemilik semesta
Untuk menyadarkan diriku, apakah rasa ini sungguh.
Dan kini di malam ini, aku tidak bisa lagi membendung rasa ini untukmu.
Maafkan aku
Sebab aku tahu tak layak, Namun harus ku katakan, Bahwa aku merindukanmu.
Aku menginginkanmu.
Aku mencintaimu.
Aini tersenyum tatkala membaca pesan yang bertajuk puisi tersebut.
Dari sekian banyak laki-laki yang mendekatinya, baru kali ini Aini mendapatkan kiriman puisi.
Dan itu dari Arif, lelaki yang dia sukai di kampusnya.
Sementara di seberang sana, Arif gelisah menunggu jawaban dari Aini. Meski dia tidak yakin akan ada balasan, namun dia tetap saja berharap ketika tahu Aini sedang Online.
Arif melihat pesan nya sudah tercentang biru, bertanda telah di baca. Namun semenit kemudian Aini justru offline.
Ingatan Arif sejenak menerawang jauh kebelakang. Mengingat kembali dimana Aini yang tak sekali pun mau setiap di ajak makan di luar ataupun sekedar untuk nonton.
Entah apa alasannya, Arif pun tak tahu kala itu. Namun melihat apa yang terjadi hari ini, Arif menyimpulkan sendiri bahwa Aini tidak sekali pun menyukainya.
Arif menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar. Arif merutuki kebodohannya sudah berani menyatakan cinta pada gadis yang jelas sangat jauh kasta dan tahta dengannya.
Dia pun akhirnya memilih untuk tidur. Meski dia terus saja merasa gelisah sehingga sulit untuk memejamkan mata.
Sementara itu, di kamar Aini, Aini diam memandangi ponselnya.
"Entah apakah ini sudah benar. Yang jelas, aku merasa kamu harus menghindari mu demi kebaikanmu juga. Aku takut membebani mu.." Gumam Aini dalam hati.
" Ada banyak mata yang tidak suka melihat kedekatan kita.. Aku gak ingin orang-orang menghujatmu di belakang seperti yang sering ku dengar. Mendekatiku karena sesuatu, meski aku tahu kamu tulus. maafkan aku Arif.." Gumamnya begitu lirih.
***
"Sayang.. Kenapa duduk di luar..? Angin malam gak baik untuk kamu sayang.." Tutur bu Ineke menghampiri Aini yang saat ini duduk di balkon kamarnya.
Sudah beberapa hari Aini mengalami keluhan sakit. Awalnya yang hanya lemas, kini bertambah dengan sering mengalami demam secara tiba tiba.
Meski sudah sempat berobat, namun Aini belum juga tahu pasti apa sebenarnya sakit yang menyerang tubuhnya.
Dan beberapa saat yang lalu pun Aini tiba tiba mengalami mimisan. Meski hanya sebentar, namun jujur saja hal tersebut membuat dia dan orang tuanya sangat khawatir.
"Aini gak kenapa napa mama.." Sanggah Aini tersenyum kecil.
"Tapi nak, tetap aja.. Ayo ah masuk.. Ini minum dulu susunya.." Ujar bu Ineke menarik lembut tangan sang putri dan menutup pintu balkon dengan segera.
Bu Ineke menuntun sang anak duduk di tepian tempat tidur. Dengan menyodorkan segelas susu hangat yang di terima oleh Aini, ibunya mengelus pipinya dengan penuh kasih.
"Besok kita berobat lagi ya..? Sekarang kamu istirahat dulu.." Ucap bu Ineke mencium pipi sang anak penuh sayang.
Aini menatap wajah sang Ibu dengan diam. Jujur saja, dia takut kali ini. Namun sesaat kemudian, Aini pun menganggukkan kepalanya.
"Mama keluar ya? Habisin susunya dan langsung istirahat." Ucap sang Ibu mengelus pipi pucat Aini kemudian berlalu meninggalkan kamarnya.
Pagi menjelang. Ibu Ineke menghampiri kamar Aini berniat membangunkan anak gadis kesayangannya itu, di kejutkan dengan kondisi Aini yang terkulai lemas di pintu balkon kamarnya.
Dengan panik Ibunya menangis histeris memanggil manggil sang suami untuk segera ke kamar sang anak.
Mendengar teriakan sang istri, pak Samsul yang saat itu baru saja keluar dari kamarnya hendak ke meja makan, bergegas menemui sang istri di kamar Aini.
Dengan sigap pak Samsul menggendong tubuh Aini menuju mobil dan melarikannya ke rumah sakit Kasih setia.
"Gimana dok keadaan anak saya..?" Tanya bu Ineke dengan cemas setelah melihat dokter muncul dari balik pintu.
Terlihat jelas sang dokter yang sudah begitu akrab dengan mereka itu tengah menarik napasnya sebelum menjawab.
"Begini bu, anak Ibu kondisinya sangat lemah.. Kami harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit serius dalam tubuh Aini.."
"Kita sudah mengambil sampel darahnya. Semoga apa yang kita khawatirkan tidak terjadi. Namun jika diagnosa saya benar, maka kita akan segera melakukan tindakan lanjutan." Jelas sang dokter panjang lebar.
Ibu Ineke maupun pak Samsul seketika menjadi lemas saat mendengar penjelasan dokter. Mereka tidak menyangka, anaknya yang selama ini sering mengeluh kecapean dan lemas ternyata bisa sampai sakit seserius ini.
" Tapi dok, bukankah hasil pemeriksaan kemarin Aini hanya mengalami demam biasa karena faktor kecapean..?" Tanya pak Samsul merasa bingung.
" Iya benar. Dan ini sudah berapa kali Aini mengalami demam dan pingsan tiba tiba. Apalagi sempat mengalami mimisan serta lemas.." Jelas dokter.
"Lakukan saja yang terbaik dok untuk anak kami.." Ucap pak Samsul meminta.
"Kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk pasien.. Kalau begitu, saya permisi dulu.." Ujar dokter pada bu Ineke dan pak Samsul.
***
Seminggu sudah Aini terbaring sakit di RS karena kanker darah yang ia derita.
Kabar penyakit Aini sangat membuat Keluarganya terutama bu Ineke dan pak Samsul, sangat terpukul.
***
Selama sakit dan di rawat di rumah sakit, Aini tidak pernah sekali pun memberi kabar pada Arif.
Hal itu tentu membuat Arif beranggapan bahwa Aini sengaja menghindarinya karena pernyataan cintanya malam itu.
Arif bahkan kecewa dengan sikap Aini yang menurutnya sangat ke kanak kanak kan. Hal itu dia simpulkan sendiri karena Arif tidak mengetahui perihal Aini yang saat ini sedang sakit sehingga tidak pernah terlihat berada di kampus.
Hingga sampai pada minggu kedua, Arif menghampiri Naya teman sekelas Aini untuk sekedar bertanya dimana Aini berada.
Meski mempunya kesimpulan sendiri, bahkan merasakan kekecewaan yang amat, Arif memutuskan untuk menemui Aini bagaimana pun caranya.
Arif ingin menjelaskan pada Aini agar tak perlu menghindarinya seperti itu jika memang dirinya tidak pantas berada di sisinya.
Dan saat dirinya mencari sosok sahabat sahabat Aini, tanpa sengaja matanya menangkap bayangan Naya di ujung lapangan basket.
"Naya.." Arif berlari kecil menghampiri Naya yang baru saja akan beranjak dari tempatnya.
Naya menolehkan pandanganya ke arah suara yang memanggil namanya.
"Saya mau nanya. Aini kemana ya..? Kok gak pernah saya liat dia di kampus.." Tanya Arif langsung pada tujuannya.
"Emang kamu beneran gak tau..?" Selidik Naya menatap manik mata Arif.
"Kalau tau, saya gak akan nanya Naya." Jawab Arif greget.
Naya yang tahu perihal kedekatan keduanya dari Aini sendiri, akhirnya mengatakan dimana Aini berada sekarang.
Jujur saja Naya pun baru mengetahuinya semalam dari pembantu di rumah Aini saat Naya berkunjung disana seperti biasanya.
Dan bak petir di siang hari rasanya, saat Arif mendengar orang yang ia cintai kini terbaring di rumah sakit dengan vonis penyakit yang mematikan.
Tanpa Pikir panjang, Arif langsung berlari menuju parkiran mengambil motornya dan beranjak menuju ke Rumah Sakit tempat Aini di rawat.
Setibanya di rumah sakit, Arif tak sanggup membendung perasaannya. Ingin rasanya ia berontak tapi entah pada siapa.
Ketika melihat Aini terbaring lemah di hadapannya, tetes air matanya tak mampu ia tahan. Entah mengapa dirinya begitu cengeng di hadapkan dengan realita di depan matanya itu.
Ibu Ineke yang baru saja masuk setelah dari ruangan dokter, terkejut saat melihat seorang lelaki tengah berdiri di samping ranjang Aini.
"Mmm, anda siapa ya..? Kenapa bisa berada di kamar anak saya..?" Tanya bu Ineke mengerutkan keningnya.
Pasalnya dia tidak pernah melihat Arif sebelumnya.
Arif terlonjak kaget mendengar suara bu Ineke tepat di belakangnya berdiri.
"Ehh maaf.. Maaf saya lancang masuk tanpa permisi.. Saya Arif nyoya, teman kampusnya Aini.." Tutur Arif santun sembari menunduk.
Ibu Ineke diam memperhatikan Arif dari kepala hingga kaki. Dia memastikan apakah teman anaknya itu orang baik atau kurang baik seperti anak muda di luar sana.
Sementara itu, Arif merasa tak nyaman melihat Ibu Ineke memandangnya seperti maling yang kedapatan sedang mencuri.
.
.
...BERSAMBUNG.....
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments