Beberapa tahun yang lalu……
Chika hari ini begitu bersemangat untuk menjemput sang kekasih hati yang sudah begitu lama ia nantikan. Chika kini sedang dalam perjalanan menuju bandara. Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu Zidni, kekasihnya. Sudah dua tahun mereka menjalani hubungan jarak jauh dan kini Zidni telah kembali untuknya. Sesampainya di bandara, Chika melihat sosok pria bertubuh jangkung dengan sorot mata yang tajam tersenyum kearahnya. Chika berlari dan menghambur ke pelukan Zidni.
“Aku sangat merindukanmu, Zidni.”
“Aku juga sangat merindukanmu Chika. Bahkan terasa berat sekali menahan rindu ini.” Keduanya saling berpelukan cukup lama.
“Aku pikir, kamu akan melupakan aku. Karena kamu tiba-tiba menghilang.”
“Maafkan aku. Aku kehilangan ponselku. Aku saat itu tidak bisa memberimu kabar. Apalagi aku sedang mengejar kuliahku yang tertinggal. Maafkan aku ya.”
“Iya tidak apa-apa. Melihatmu di hadapanku sudah lebih dari segalanya. Apakah kuliahmu sudah selesai?”
“Iya, semuanya sudah selesai. Aku tidak akan lupa pada janjiku untuk kembali setelah kuliahku selesai. Baiklah, sekarang bawa aku kerumahmu.” Kata Zidni.
“Iya. Aku sekarang sudah bisa membeli rumah sendiri.”
“Wah, kamu hebat ya. Sepertinya kamu benar-benar bekerja keras.”
“Iya, aku bekerja keras untuk melupakanmu juga. Tapi aku tidak bisa.”
“Kamu jahat sekali. Teganya melupakan aku.”
“Karena kamu menghilang. Kamu pikir aku tidak menderita apa?”
“Iya, maafkan aku.”
“Jangan-jangan kamu disana juga punya kekasih ya? Apalagi bule disana cantik-cantik dan juga seksi.”
“Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan dan pesonamu, Chika. Si gadis super berisik. Suaramu yang berisik selalu terngiang ditelingaku.” Mereka berdua bergandengan tangan meninggalkan bandara. Selama perjalanan menuju rumah, tangan mereka tak terpisahkan. Mereka saling menggenggam satu sama lain.
“Menahan rindu ternyata sangat menyikatkan.” Ucap Chika.
“Akupun juga sama. Tapi keadaan mengharuskan aku untuk bertahan, Chika. Apa kamu sempat selingkuh selama aku tidak ada disini?”
“Enak saja. Jangan asal menuduh ya. Aku ini setia.” Kesal Chika.
“Terima kasih ya sudah menjaga cintaku.”
“Sudah menjadi tugasku untuk menjaganya.”
Tiga puluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai juga dirumah Chika. Sebuah rumah yang sederhana dan jauh dari kata mewah.
“Ini rumahmu?”
“Iya. Pasti tidak semewah rumahmu.”
“Aku bangga padamu. Kamu bekerja keras dan membeli rumah ini. Sedangkan aku mempunyai segalanya dari orang tuaku.”
“Ya sudah, kita masuk!” Ajak Chika.
“Disini ada tiga kamar. Terserah kamu mau tidur dimana.”
“Aku ingin tidur denganmu.”
“Apa? De-denganku?” Chika mendadak menjadi gugup.
“Kenapa? Aku ingin melepas rindu denganmu. Dimana kamarmu?” Zidni menyelonong begitu saja mencari kamar Chika. Sampai akhirnya Zidni menemukan kamar Chika yang terletak paling ujung.
“Warna biru langitnya menghangatkan.” Ucap Zidni seraya menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur.
“Zidni, tidak bisakah kamu pindah di kamar sebelah. Nanti kalau tiba-tiba orang tuaku datang kemari bagaimana? Terus kalau kita digrebek bagaimana?”
“Kenapa kamu khawatir sekali? Kalau itu terjadi, aku akan menikahmu saat itu juga.”
“Ah, sudahlah, sebaiknya kamu pindah.” Chika lalu menarik paksa Zidni yang sudah berbaring diatas tempat tidurnya. Bukan tubuh Zidni yang terangkat tapi justru tubuh Chika yang jatuh diatas tubuh Zidni.
“Zidni, lepaskan aku!” Chika berusaha meronta.
“Sssttt jangan berisik! Nanti ada yang mendengar kita.” Ucap Zidni sambil menempelkan telunjuknya pada bibir Chika.
“Chika, saat itu waktu yang kita miliki sangat sedikit. Kita bahkan hanya berciuman sekali. Tidakkah kamu merindukan sentuhan bibirku?” goda Zidni. Chika menjadi salah tingkah, jantungnya berdebar tidak karuan.
“Sebaiknya kamu mandi dan aku akan menyiapkan makan untukmu. Atau kamu bisa istirahat dulu, nanti aku bangunkan. Kamu tahu, aku sengaja mengambil cuti selama beberapa hari demi kamu. Jadi sekarang lepaskan aku.” Cerocos Chika dengan suaranya yang cempreng. Zidni hanya tersenyum sambil menatap Chika. Mendengar celotehan Chika adalah obat rindu baginya.
“Bicaralah yang banyak, aku merindukan suaramu itu. Suaramu yang unik dan super berisik.”
“Terus saja meledekku.” Kesal Chika.
“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu memberiku sebuah ciuman.”
“Ciuman?”
“Iya.” Singkat Zidni. Chika dengan malu-malu memberikan kecupan di pipi Zidni.
“Sudah.”
“Kurang, masa cuma satu.” Goda Zidni. Chika lalu mencium pipi kanan Zidni.
“Sudah ah.” Kesal Chika.
“Masih kurang. Baiklah, aku akan memberimu contoh.” Ucap Zidni. Zidni kemudian memberikan kecupan di kening Chika, kedua mata indahnya, kedua pipi dan terakhir adalah kecupan di bibir.
“Lakukanlah seperti itu,” pinta Zidni dengan tatapan yang tidak bisa ditolak oleh Chika. Chika mengangguk dan melakukan apa yang dilakukan oleh Zidni padanya.
“Sudah kan?”
“Terima kasih ya.” Ucap Zidni. Keduanya lalu saling tersenyum.
“Sekarang, buatkan aku masakan yang paling lezat.” Kata Zidni.
“Baiklah.” Jawab Chika. Zidni lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Chika. Chika pun segera berlalu menuju dapur. Sebenarnya Chika merasa sangat bahagia mendapat dan memberikan kecupan untuk Zidni. Namun Chika kembali merasa canggung karena sudah dua tahun mereka tidak bertemu.
Dengan penuh semangat dan penuh cinta, Chika memasak untuk Zidni. Semua makanan kesukaan Zidni sudah tersaji diatas meja. Selesai memasak, Chika memanggil Zidni dikamarnya.
“Zidni, masakannya sudah siap.”
“Iya, sebentar lagi ya.” Kata Zidni yang tampak sibuk dengan laptopnya.
“Kamu sedang apa? Sepertinya sangat sibuk.”
“Kamu tahu sendiri, aku kuliah tapi juga mengurus perusahaan.” Jawab Zidni.
“Baiklah, aku akan menunggumu di meja makan.”
“Iya. Lima menit lagi.” Ucap Zidni.
“Oke.” Chika berlalu dan menuju ruang makan. Setelah menunggu lima menit, Zidni keluar dari kamar.
Senyumnya merekah, melihat makanan diatas meja begitu banyak. Zidni semakin senang karena Chika masih mengingat semua makanan kesukaannya.
“Wah, ini pasti enak. Aku akan memamakn semua masakanmu.”
“Semoga kamu suka ya.”
“Aku pasti menyukainya.” Jawab Zidni. Chika lalu menuangkan nasi beserta sayur dan lauk ke dalam piring Zidni. Keduanya lalu makan siang bersama sembari mengobrol untuk mengisi waktu yang hilang.
“Oh ya, kamu berapa lama disini?”
“Aku hanya satu minggu disini.”
“Hanya satu minggu?” Chika mendadk menjadi sedih.
“Iya. Aku harus ke kantor dulu. Nanti bulan depan aku akan pulang lagi. Aku akan membawamu menemui Mama ku.”
“Benar ya kamu akan kembali bulan depan?”
Zidni tersenyum. Ia kemudian menggenggam tangan Chika. “Iya Chika. Aku saja sudah menepati janjiku untuk kembali. Sebenarnya aku ingin lebih lama tinggal disini tapi perusahaan membutuhkanku. Semenjak Papa meninggal, belum ada yang menggantikan posisi Papa. Aku juga berencana membuka kantor cabang disini dan aku pastikan akan menetap disini bersamamu. Aku akan menikahimu dan kita hidup bahagia disini. Itulah rencanaku kedepan, aku harap kamu bersabar ya.”
“Baiklah, aku akan bersabar. Aku juga tidak akan menghalangimu. Karena aku tahu, kamu satu-satunya tumpuan di perusahaanmu.”
“Terima kasih ya, kamu memang paling mengerti aku. Percayalah satu hal kalau aku tidak pernah mendua. Pintu hatiku sudah aku kunci rapat-rapat hanya untukmu. Dan kamu berjanjilah kepadaku, kalau kamu akan selalu setia dan akan sabar menungguku.”
“Iya aku janji.”
“Dan awas saja ya, kalau sampai aku mendengar kamu selingkuh, aku akan membunuh pria itu.”
“Kejam sekali kamu!”
“Karena kamu hanya milikku.”
“Tapi kamu yakin, aku adalah pilihan terkahirmu? Apa telingamu tidak sakit mendengar suaraku yang berisik ini?”
Zidni tertawa kecil. “Justru suaramu itu yang membuatku jatuh cinta.”
“Kamu ini meledek atau merayu?”
“Ummmm dua-duanya,” seloroh Zidni dengan tawanya. Chika ikut teryawa sambil mencubit perut Zidni. Zidni hanya bisa merintih geli dan sakit.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sutrajilah SPd
siip
2023-10-05
0
Neneng cinta
kalian....manis bgt seeeh♥️♥️♥️😍
2022-08-04
0
Siti fatimah Sifa
berarti zidni cuma ingat sama amora aja yg ada dimasa lalunya..sabar chika
2022-04-10
1