Seminggu sudah Airin tidak pergi ke kampus seminggu juga sudah ia hanya menghabiskan waktunya didalam kamar tidurnya. Sepanjang hari yang ia lakukan hanya termenung dan menatap kedua foto orang tuanya yang telah tiada.
Air mata Airin bahkan sudah kering tak mampu lagi meneteskan air matanya. Sering kali Airin melewatkan jam makannya walaupun perutnya terasa lapar namun kesedihan yang berlarut-larut membuatnya tak lagi menghiraukan dirinya senduri.
Bi Sulis sampai khawatir akan kesehatan Airin yang tidak menyentuh makanannya setiap kali ia masuk kedalam kamar Airin untuk memastikan jika Airin telah menghabiskan makanannya namun Airin sepertinya tidak bisa menikmati makanannya karena perasaan sedih dan kehilangan yang amat mendalam.
"Non Airin harus makan! jika tidak Non Airin bisa sakit. " Bujuk bi Sulis agar Airin mau makan.
"Aku tidak lapar bi! " Sahut Airin tanpa melihat lawan bicaranya yang berdiri didekat tempat tidurnya.
"Tapi non..." Bi Sulis berusaha membujuk kembali Airin.
"Bibi keluarlah! aku tidak lapar. " Ucap Airin masih tetap bersikeras dengan kemauannya.
"Sebenarnya ada yang ingin bibi sampaikan Non. " Terang bi Sulis mengutarakan apa yang sedari kemarin ingin ia dan pak Danu bicarakan.
"Ada apa bi? " Airin meletakkan bingkai foto kedua orang tuanya yang sedari tadi ia pandangi keatas nakas.
"Pak Danu sebenarnya ingin berbicara juga non Airin, apa tidak sebaiknya kita bicara dibawah saja? " pinta Bi Sulis dengan hati-hati takut jika Airin tidak mau mendengarkan perkataan darinya.
Airin menghela nafasnya. "Ada apa lagi ini? " gumamnya dalam hati. "Baiklah bibi duluan saja aku akan turun sebentar lagi! " suruh Airin kepada bi Sulis.
Setelah bi Sulis keluar dari kamarnya barulah Airin turun dari atas tempat tidurnya kemudian berjalan kearah cermin yang ada didalam kamarnya. Menatap pantulan dirinya yang sangat terlihat tidak terawat, tampangnya yang acak-acakan tidak seperti dirinya yang biasa.
Airin yang dulu sangat memperhatikan penampilannya kini malah berubah tidak lagi memperdulikan itu semua. "Aku harus mandi dulu! bagaimana pun juga aku tidak bisa seperti ini terus menerus. " Seru Airin menyemangati dirinya sendiri.
Setelah selesai mandi dan memoles wajahnya barulah Airin keluar dari dalam kamar. Berjalan menuruni tangga dan diruang tengah sudah ada pak Danu dan juga bi Sulis menunggu dirinya.
"Ada apa pak, bi yang ingin kalian bicarakan dengan ku? " tanya Airin sebelum itu ia duduk terlebih dahulu.
Pak Danu menatap wajah bi Sulis sebelum ia berbicara dan yang ditatap pun menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas tatapan itu.
"Begini non, saya hanya ingin mengatakan jika saya sebaiknya pulang kampung saja, karna mungkin disini saya tidak dibutuhkan lagi. " Terang pak Danu takut-takut dengan ucapannya akan salah diartikan oleh Airin.
Sebenarnya Airin sudah menebak apa yang ingin dibicarakan keduanya. Selain memang yang dikatakan pak Danu ada benarnya namun Airin juga mulai memikirkan keuangannya jika terus memperkerjakan pak Danu dan Bi Sulis semantara Airin juga tidak ada pekerjaan.
Airin kini beralih menatap ke bi Sulis. "Kalau bibi bagaimana? " Selidik Airin sengaja Bingin mendengar apa yang hendak dikatakan oleh bibi Sulis kepadanya.
Bi Sulis menundukkan kepalanya tak dapat berkata apapun, disisi lain ia merasa tidak tega meninggalkan Airin namun disisi lain ia juga mempunyai keluarga yang harus ia cukupi kebutuhannya.
Airin yang sudah mengerti kini angkat bicara karena bi Sulis hanya diam saja. "Sebelumnya aku minta maaf kepada kalian berdua. Aku tau maksud dari ucapan pak Danu barusan. Selain itu juga aku tidak akan bisa membayar kalian berdua jika terus berada disini. " Terang Airin langsung kepada intinya.
Bi Sulis dan pak Danu saling menoleh entah apa yang dipikirkan oleh keduanya saat itu hanya mereka berdualah yang tau.
"Non Airin maaf sekali kami berdua tidak bermaksud untuk meninggalkan non Airin sendiri diwaktu yang sulit seperti ini. Tapi kami juga punya keluarga yang harus kami pikirkan kehidupannya. " Lirih bi Sulis merasa tidak enak hati sekali gus sedih meninggalkan Airin sendirian.
"Tidak apa bi, pak tapi maaf aku tidak bisa memberikan pesangon untuk kalian hanya saja aku pasti akan memberikan sedikit uang untuk kalian gunakan sebelum mendapatkan pekerjaan. " Airin mengeluarkan dua amplop yang sudah ia siapkan tadi sebelum ia turun dari kamarnya.
"Tidak perlu non!" tolak pak Danu dan bi Sulis secara bersamaan.
Airin memaksakan dirinya untuk tersenyum agar keduanya tidak mengkhawatirkan dirinya secara berlebihan. "Kalian terimalah ini! " Airin memberikan amplop tersebut kepada bi Sulis dan pak Danu.
"Aku tidak mau kalian menolak ini. Karna ini tidak seberapa. Ini hanya sebagai bentuk rasa tanggung jawab ku dan terima kasih ku kepada kalian berdua yang sudah berada bersama ku melewati semua yang sudah terjadi. " Ucap Airin dengan tulus dari lubuk hatinya.
"Apakah non Airin tidak apa-apa sendirian disini? " Selidik bi Sulis tidak tega meninggalkan Airin.
"Tidak apa bi, mungkin awalnya aku akan kesepian tapi nanti lama-lama juga akan terbiasa dengan situasi seperti ini. " Tegas Airin meyakinkan bi Sulis.
"Kapan rencana kalian akan pergi? " tanya Airin lagi. Jujur di hatinya sangat merasakan kesedihan, kini ia benar-benar merasakan sendiri yang sesungguhnya.
"Mungkin besok pagi non. " Tutur bi Sulis.
"Baiklah jika begitu aku naik dulu kekamar ku! " Pamit Airin yang diikuti anggukan kepala oleh keduanya.
Airin berdiri di balkon kamarnya menatap jauh kedepan. Memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk melanjutkan kembali hidupnya. Uang tabungannya dari hasil pemberian orang tuanya setiap bulan tidak bisa menjamin hidupnya untuk jangka waktu yang cukup lama.
Walaupun Airin anak yang egos tapi ia tidak pernah menghabiskan uang bulananya. Ia pasti akan menyisihkan sebagian untuk ia simpan. Dan sekarang hanya itu lah yang ia andalkan dalam hidupnya untuk beberapa bulan kedepan.
Airin mulai kebingungan apa yang harus ia lakukan sementara ia tidak pernah bekerja sebelumnya dan bahkan kuliah saja ia belum selesai. Selain itu ia juga tidak mempunyai skil dan kemampuan dalam bekerja.
~
~
Keesokan harinya setelah pak Danu dan bi Sulis pergi dari rumahnya, kini Airin benar-benar merasakan kesepian. Tidak ada hal yang ia lakukan, mau berangkat kekampus pun ia tidak bersemangat untuk sekarang ini. Belum lagi ia bingung jika terus kuliah uang dari mana ia dapatkan untuk membayar uang kuliah nya nanti.
Karena itu ia memutuskan cuti untuk sementara waktu ini sampai jangka waktu yang tidak bisa ia tentukan kapan akan kembali meneruskan kuliahnya. Sekarang yang ia pikirkan adalah cara untuk mendapatkan pekerjaan agar mendapatkan uang.
Bersambung!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments