Pembunuhan keluarga Paris Hamka dan istrinya ternyata dijalankan rapi oleh si pembunuh. Tidak ada jejak dan barang bukti yang mengarah kepada seseorang sehingga menyudutkan kepolisian dalam mengungkap siap dalang dari semua itu.
Sepertinya pembunuh nya sangat teliti dan tentunya itu semua sudah terencana dilihat dari rapinya pelaku melakukan aksinya. Hanya Prasetio lah bisa dimintai keterangan. Namun itu juga tidak membuahkan hasil karena Prasetio tiba di tempat kejadian setelah peristiwa itu sudah terjadi.
Namun Seseorang mempengaruhi Evan atas meninggalnya kedua orang tuanya. Tuan Ricat rekan bisnis sekali gus teman dari Paris Hamka mengatakan kepada Evan jika kemungkinan besar pelaku dibalik pembunuhan orang tuanya adalah Prasetio.
Ricat mengatakan jika Prasetio ingin menguasai semua harta dari Paris Hamka. Sontak apa yang didengar oleh Evan membuat ia marah dan hendak menemui Prasetio pada waktu itu juga namun Ricat mencegah Evan melakukan tindakan tanpa bukti yang kuat.
Ricat mencuci otak Evan dengan semua tuduhan kepada Prasetio karena memang Ricat tidak menyukai kedekatan antara Paris dan juga Prasetio yang selalu berada dibelakang Paris.
Evan yang dalam keadaan berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya dengan gampang dipengaruhi oleh Ricat. Karena menurut Evan ada benarnya jika Prasetio terlibat karena hanya dialah satu-satunya orang yang pertama kali di tempat kejadian dan mengetahui peristiwa tragis itu.
Setelah beberapa hari dari kejadian dan kedua jenajah orang tua Evan sudah dikebumikan, Evan tidak bisa lagi tinggal diam. Ia menemui Prasetio yang sedang bekerja di perusahaan yang kini jatuh ke tangannya karena ia merupakan anak satu-satunya dari Paris dan istrinya Melani.
Evan masuk kedalam keruangan Prasetio tanpa mengetuk pintu.
"Nak Evan? " Prasetio terkejut dengan kedatangan Evan yang begitu tiba-tiba. "Kenapa? kau terkejut bukan?" Pekik Evan sinis.
"Ah, aku hanya tidak mengira jika nak Evan secepat ini akan datang kembali bekerja setelah kepergian kedua orang tua mu. " Sahut Prasetio belum mengetahui tujuan kedatangan Evan ke ruangannya.
"Apa kau menikmati jabatan direktur yang diberikan orang tua ku Paris Hamka kepada mu? " Evan mulai berkata ketus kepada Prasetio.
"Apa maksud dari ucapan nak Evan? " tanya Prasetio yang bukan orang tidak mengerti ada jika ada sesuatu yang tidak biasa kepada Evan dan cara berbicaranya yang tiba-tiba bukan seperti dirinya.
"Kau tidak perlu bersandiwara lagi! " Evan menatap tajam kepada Prasetio seperti ingin menghabisi orabg6 yang berada dihadapannya kini, yang ia anggap sebagain orang yang berada dibalik meninggalnya kedua orang tuanya.
"Aku sungguh tidak mengerti dengan ucapan mu! " Sahut Prasetio mulai menerka-nerka arah pembicaraan Evan.
"Apa yang kau inginkan sehingga kau tega menghabisi orang yang sudah menolong mu? " Desak Evan agar Prasetio mengakui perbuatannya.
"Maksud mu aku lah orang yang harus bertanggung jawab atas kematian orang tua mu? " Sahut Prasetio.
"Tentu saja. Karena memang kau lah pelakunya! " Tegas Evan dengan berteriak. Secara terang-terangan menuduh Prasetio terlibat dalam pembunuhan orang tuanya. Namun dengan tenang Prasetio yang tidak merasa bersalah menyangkal semua tuduhan yang diarahkan kepadanya.
"Mama mungkin aku melakukan perbuatan tercela seperti itu nak Evan! kau tau betul bagaimana hubungan ku dan Paris orang tua mu. " Tegas Prasetio.
"Kita lihat saja nanti. Saat ini memang kepolisian tidak ada bukti untuk menangkap mu tapi aku tidak akan tinggal diam! Aku sendiri yang akan menjebloskan mu kedalam penjara. Dan sebelum itu terjadi kau keluar dari perusahaan ku sekarang juga! tidak ada tempat bagi orang seperti mu disini. " Tegas Evan dengan rahang mengeras menahan semua amarah yang sudah menguasai dirinya.
"Tapi nak Evan... "
"Tidak ada tapi tapian sekarang juga buat surat pengunduran diri mu atau kau lebih memilih surat pemecatan dari ku? " Ancam Evan tidak mau tau Prasetio harus secepatnya keluar dari perusahaan nya.
"Baiklah nak Evan saya akan keluar sekarang juga tapi aku harap nak Evan jangan berpikir jika aku terlibat dalam kasus pembunuhan orang tua mu. " Pasrah Prasetio karena kemarahan Evan.
"Tidak perlu banyak bicara sekarang kau bereskan barang-barang mu! " Usir Evan kepada Prasetio dan pergi keluar dari ruangan Prasetio begitu saja.
Prasetio menarik nafasnya dalam kemudian mendudukkan badanya di kursi kerjanya. "Ada apa lagi ini? kenapa Evan menuduh ku seperti itu? dan atas dasar apa dia menuduh ku? " Serentetan pertanyaan itu berputar dikepala Prasetio.
Diwaktu yang bersamaan Lusi datang kekantor Prasetio untuk mengantarkan bekal makan siang kepada suaminya itu, karena semenjak meninggalnya Paris dan istrinya, Prasetio sibuk dengan pekerjaannya dan sering melewatkan jam makan siangnya. Lusi yang mengetahui itu tidak ingin melihat siaminya itu jatuh sakit karena kesibukan suaminya didalam bekerja.
"Ayah kenapa? " Tanya Lusi menatap Prasetio yang sedang murung di meja kerjanya. "Ibu datang membawakan ku makan siang namun sebaiknya kita pulang dan makan siang bersama saja dirumah. " Sahut Prasetio.
"Loh kenapa? " tanya Lusi kebingungan dan akhirnya Prasetio pun menceritakan semua yang terjadi tadi sebelum istrinya itu tiba.
Lusi menguatkan suaminya itu dengan berkata jika Evan tidak serius dengan ucapannya, mungkin Evan akan berubah pikiran setelah merasa tenang dan menerima kepergian orang tuanya.
Dan Prasetio pun merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Lusi ada benarnya dan memutuskan untuk pulang bersama dengan istrinya itu untuk makan siang dirumah saja.
Disepanjang perjalan Prasetio dan Lusi hanya diam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Lusi diam-diam juga memikirkan tuduhan Evan kepada suaminya demikian juga Prasetio yang tak berhenti memikirkan tuduhan Evan kepadanya yang menurutnya tidak berdasar sama sekali.
Prasetio yang sedang banyak pikiran sambil mengemudi tidak memperhatikan sebuah kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
Ia tak menyadari jika bahaya sedang mengintai mereka dan ketika jarak kendaraan nya sudah begitu dekat dengan kendaraan yang ada di depannya, Lusi berteriak menyadarkan suaminya itu.
"Ayah awas!!! " Namun peringatan Lusi tersebut sudah terlambat.
Brak
Kecelakan itu pun tidak terelakkan lagi, mobil yang dikemudikan oleh Prasetio menabrak mobil yang di depannya. Mobil yang ditumpangi oleh Prasetio dan juga Lusi mengalami rusak parah dibagian depan.
Keduanya tak sadarkan diri setelah menghantam kendaraan didepannya dari arah yang berlawanan.
Sementara di tempat lain, Airin yang sedang berada di kantin kampus tak sengaja menjatuhkan gelas minumannya.
Prang
Semua orang yang berada dikantin tersebut menatap kearahnya termasuk Sisil dan juga Fita yang duduk satu meja bersama dengan Airin. "Kau tidak apa-apa? " tanya Sisil yang berada didepan tempat duduk nya.
"Tidak apa-apa! " Sahut Airin namun entah kenapa perasannya tidak enak.
Bersambung!
Jangan lupa tinggal kan jejak kalian ya gaes!!!
Like, coment dan votenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments