Airin berjalan tergesa-gesa disusul oleh Sisil dan juga Fita menyisuri lorong rumah sakit, setelah mendapat kabar jika kedua orang tuanya mengalami kecelakaan siang tadi. Airin yang mendapat kabar tersebut segera mendatangi rumah sakit dengan perasaan campur aduk berharap tidak terjadi hal terburuk yang menimpa kedua orang tuanya.
Namun naas ibunya Lusi meninggal ditempat kejadian sementara ayahnya Prasetio sedang kritis di ruang ICU.
Airin yang mendapat informasi keberadaan ayahnya segera mencari ruang ICU dan kebetulan dokter yang bertugas menangani ayah Airin keluar dari ruangan tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya? " tanya Airin dengan panik.
Dokter tersebut menatap Airin, "anda keluarga korban? " tanya dokter yang bernama Darius.
"Ia dok! " sahut Airin sudah tidak sabar mengetahui keadaan orang tuanya.
"Ayah anda dalam keadaan kritis sementara ibu anda meninggal ditempat kejadian. " Jelas dokter Darius dengan berat hati namun bagaimana pun juga ia harus menyampaikan berita duka tersebut.
Duar!
Bagaikan tersambar petir disiang bolong, seketika itu juga hidup Airin hancur orang yang ia sayangi pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
"Airin! " Teriak Sisil dan juga Fita bersamaan ketika tubuh Airin bergetar kehilangan tenaga untuk menopang badannya. Airin yang hampir terjatuh segera ditopang oleh kedua temannya itu.
Sisil dan juga Fita membawa Airin duduk dikursi yang tak jauh dari mereka. "Itu tidak benar kan dok? " Airin berharap ia salah dengar dengan apa yang dikatakan oleh dokter Darius barusan.
"Maaf, tapi itulah kenyataan nya, saya dan tim medis lainnya akan berusaha menyelamatkan ayah anda. " Tegas dokter Darius memberi setitik harapan agar Airin tidak putus asa kehilangan orang tuanya dalam waktu yang bersamaan.
Namun Tuhan berkata lain, karna baru saja dokter tersebut memberi sedikit harapan. Harapan itu pun sirna ketika salah satu perawat memanggil dokter Darius dari dalam ruang ICU.
"Dok.. Pasien butuh pertolongan dok! " Ucap perawat itu dengan panik. Dan dokter Darius segera menyusul perawat itu masuk kedalam ruang ICU.
Tangis Airin pecah seketika, ia takut dengan kemungkinan terburuk dalam hidupnya. "Airin tenangkan dirimu! semua akan baik-baik saja. " Ucap Fita mencoba menenangkan Airin.
Sementara Sisil yang melihat Airin menangis tersedu-sedu ikut juga menangis sambil memeluk tubuh Airin dari samping.
"Sisil kau jangan ikut menangis, aku tak bisa jika kalian berdua seperti itu! jika kita berdua ikut menangis lantas siapa yang akan memenangkan Airin? " pinta Fita.
Tak lama kemudian dokter Darius keluar dari ruangan ICU membawa kabar buruk. Dokter Darius terpaksa memberikan kabar tersebut.
"Bagaimana dok? " Airin berusaha berdiri dari duduknya dibantu oleh kedua temannya itu. "Maaf kami harus menyampaikan hal ini. " Dokter Darius menjeda sebentar ucapannya sebelum kembali melanjutkan ucapannya yang akan membuat kondisi Airin semakin memburuk.
"Kami sudah berusaha semampu kami namun Tuhan berkehendak lain. Ayah anda sudah tidak ada lagi. " Terang dokter Darius terpaksa mengatakan hal memilukan itu.
"Tidak, tidak mungkin! anda berbohong kan dok? baru saja anda mengatakan akan berusaha menyelamatkan ayah ku tapi apa ini? " Airin histeris tidak terima dengan apa yang didengarnya dari dokter Darius.
Dan detik berikut nya penglihatan Airin gelap dan tidak sadarkan diri. Untung Sisil dan Fita dengan sigap menahan tubuh Airin yang kini pingsan setelah apa yang didengarnya.
*
*
Airin menangis pilu didepan makam kedua orang tuanya, sedikit pun ia tidak pernah terpikir untuk kehilangan orang tuanya secepat itu. Kehidupan yang begitu indah dan bahagian kini telah tiada menyisakan luka yang mendalam.
Gadis yang selalu saja bersikap manja kepada ayahnya kini tidak ada lagi. Bahkan tempat ia mengadu saja kini sudah tidak ada lagi. Terus menangisi kepergian orang yang disayanginya entah sudah berapa lama ia berada disana bahkan orang ikut memakamkan orang tuanya sudah pulang sedari tadi. Tinggal ia dan bi Sulis yang setia disamping nya.
Sementara Sisil dan Fita memilih menunggu Airin dari kejauhan membiarkan teman mereka itu mencurahkan tangisannya sampai Airin benar-benar sudah puas menangisi kepergian kedua orang tuanya.
"Ayah, ibu.. Kenapa kalian tega meninggalkan aku seorang diri? kenapa kalian pergi tanpa membawa ku juga ikut bersama dengan kalian? " Airin terus terisak di sela-sela perkataannya.
"Ayah, ibu siapa yang akan mengurus ku sekarang? aku tidak bisa hidup tanpa kalian berdua! bagaimana aku menjalani hidup ku tanpa adanya kalian berdua? " Airin semakin menangis pilu mengingat hidupnya akan berubah drastis tanpa kedua orang tuanya.
Bi Sulis memeluk Airin dan mencoba menenangkan nya. "Non Airin jangan berkata seperti itu masih ada bibi yang akan menemani Non Airin." Bi Sulis ikut menangis melihat Airin dalam keadaan terpuruk seperti itu.
Tidak ada lagi Airin yang manja dan suka berbuat semaunya, keras kepala dan ingin menang sendiri. Kini Airin yang dulu telah berubah menjadi gadis yang sangat menyedihkan.
Tanpa kedua orang tau nya tentulah Airin tidak bisa berbuat apa-apa dan sudah bisa dipastikan jika ia akan hidup menderita setelah kepergian kedua orang tuanya.
Tidak ada lagi hidup serba ada seperti dimasa keduanya masih hidup. Sekarang ia harus bisa memikirkan dirinya sendiri dan apa yang harus ia lakukan mulai hari esoknya.
"Non.. Kita pulang sekarang ya? " ajak bi Sulis kepada Airin. Airin yang masih menangis di pusara ayah dan ibunya tidak memperdulikan ajakan bi Sulis.
"Non Airin jangan seperti ini bagaimana pun ini sudah takdir, sekarang Non Airin harus bisa mengikhlaskan kepergian tuan dan nyonya. " Jelas bi Sulis memberi sedikit pengertian kepada Airin.
Airin melap sisa air matanya dengan kedua tangannya. Kemudian ia berdiri pertanda mengikuti perkataan dari bi Sulis untuk pulang. Bi Sulis mengikuti Airin dan tak lupa memegang pergelangan tangan Airin sambil berjalan disamping Airin yang tidak bertenaga karena terus menangisi kepergian orang tuanya itu.
Sulis dan Fita pun ikut berjalan mengikuti Airin dan bibi Sulis dari belakang. Kedua temannya itu setia berada disamping Airin dalam keadaan terpuruk dari teman mereka itu.
Sulis berjalan mendahului yang lainnya dan membukakan pintu mobil untuk Airin dan yang lainnya.
"Jalan pak! " Suruh bi Sulis kepada supir keluarga Airin begitu mereka sudah berada didalam mobil. Pak Danu yang biasa bertugas sebagai supir ayah Prasetio namun pada hari kejadian beliau sedang tidak bertugas karena tidak enak badan.
Prasetio yang merasa kasihan kepada supirnya itu meminta agar pak Danu istirahat dirumah saja pada hari itu dan Prasetio mengemudi mobil miliknya sendiri hingga terjadilah kecelakan yang menimpa Prasetio dan juga istri nya Lusi.
Bersambung!
Tinggalkan jejak kalian ya gaes!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments