Hari ini sepulang dari kampus Airin bersama dengan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus mereka. Kegiatan yang hampir setiap hari mereka lakukan sebelum kembali kerumah Masing-masing. Disana Airin melihat sekumpulan anak cowok yang juga berada di cafe tersebut.
Salah satu dari mereka menarik perhatian Airin. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi tegap membuat mata Airin tidak berhenti menatap kepada nya. Rahangnya yang terlihat jelas, gayanya yang cool membuat Airin tertarik pada sosok pria itu.
Semakin ia menatap laki-laki itu semakin ia merasa penasaran dan ingin berkenalan dengannya. Ketika pria itu beranjak dari duduk nya hendak ke toilet, Airin menggunakan kesempatan itu. Ia ikut berdiri dari duduknya dan berjalan kearah pria itu dan menabrakkan dirinya ketubuh pria tampan tersebut yang berjalan terburu-buru.
"Maaf, maaf aku tidak sengaja! " Ucap Airin menatap tak jup akan pria yang begitu dekat dengannya kini.
"Tidak apa! " Sahut Pria yang bernama Evan Hamka.
"Kenalin Aku Airin! " Airin mengulurkan tangannya berharap bisa berkenalan dengan pria yang ada di hadapannya kini. Namun sepertinya Evan tidak tertarik kepadanya.
"Maaf aku buru-buru! " Evan mengabaikan Airin yang sedang mengulurkan tangannya dan pergi begitu saja.
"Sial! dia menolak ku? " Kesal Airin yang merasa malu diabaikan begitu saja.
"Kenapa? " tanya Fita ketika Airin kembali ketempat duduknya. Namun belum sempat Arin berbicara Sisil salah satu dari temannya menimpali lebih dulu. "Tumben sekarang Airin ditolak oleh pria. " Ejek Sisil.
"Pria itu menolak berkenalan dengan ku! " ketus Airin yang sontak membuat kedua temanya itu mentertawakan dirinya.
"Lagian kamu sih!! biasanya juga kamu yang didekati oleh para pria bukan seperti barusan malah kamu yang lebih dulu mendekati pria itu dan ingin berkenalan dengannya. Mana bisa ditebak lagi cara mu itu sudah tidak jaman lagi. " Terang Sisil membuat Airin panas dengan ucapannya.
"Sudahlah! masih banyak yang antri dibelakang. " Ucap Fita mengalihkan pembicaraan diantara mereka.
Sorot mata tajam Airin menatap kepada pria yang baru saja kembali ke kursinya. "Menarik! semoga kita akan bertemu lagi dan pada saat itu aku akan menunjukkan siapa Airin yang sebenarnya. " Gumam Airin dalam hati.
Semntara yang ditatap bersikap biasa saja, cuek tidak ingin terganggu dengan sikap Airin yang terus menatapnya.
Tak lama kemudian Airin dan teman-temannya memutuskan untuk pulang dan masih meninggalkan Evan bersama teman-teman disana.
"Kalian lihat tidak wanita yang baru saja keluar tadi? sepertinya mereka memperhatikan kita sedati tadi. " Terang Adrian salah satu teman Evan.
"Ia juga sih! " Sahut Roni membenarkan perkataan dari Adrian.
"Mungkin itu hanya perasaan kalian saja! " Tegas Evan tidak ingin membahas tentang wanita yang dimaksud oleh teman-temannya.
Airin mengemudikan mobilnya menuju rumah dengan kecepatan sedang, entah kenapa pikirannya terus memikirkan pria yang berada di cafe tadi. Ketertarikan Airin kepada pria yang belum nian ketahui namanya itu membuat ia penasaran siapa sebenarnya pria tersebut.
Tak lama kemudian Airin pun tiba dirumah dan ketika ia baru memasuki gerbang pekarangan rumahnya, mobil milik ayah Prasetio keluar dari garasi dan sepertinya si pengemudi sedang terburu-buru sampai tidak memperdulikan Airin yang baru tiba.
Airin memarkirkan mobilnya di garasi dan kebetulan ibu Lusi yang baru keluar dari dalam rumah. Airin mendekati ibunya. Ibu tadi ayah kenapa? sepertinya dia sedang terburu-buru? " Selidik Airin menatap ibunya.
"Ayah mu ingin menemui pak Paris. Katanya ada yang penting. " Jelas ibu Lusi.
"Airin menatap jam tangan di pergelangan tangannya. Ini kan sudah hampir malam bu dan bukan kah ayah sudah selesai dengan jam kerjanya? " Terang Airin.
"Sayang... Ayah mu tidak sama dengan karyawan lainnya, jika pak Paris membutuhkan ayah mu maka tidak perduli jam berapa pun ayah mu akan datang memenuhi panggilan dari pak Paris orang yang sudah berjasa besar untuk keluarga kita." Jelas ibu Lusi agar Airin bisa mengerti keadaan ayahnya.
"Ummm! " Airin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas penjelasan yang baru saja diberikan oleh ibu Lusi kepadanya.
Jam makan malam sudah hampir lewat namun ayah Airin belum juga kembali dari tadi. Airin dan ibu Lusi yang sudah menunggu memutuskan untuk menelpon Prasetio namun setelah beberapa kali Lusi mencoba menghubungi suaminya itu tetap tidak ada jawaban dari Prasetio.
"Tidak diangkat." Terang Lusi meletakkan ponselnya. "Mungkin ayah masih bersama dengan pak Paris." Sahut Airin agar ibunya itu tidak cemas.
"Sepertinya memang begitu. " Ibu Lusi membenarkan ucapan Airin.
"Kalau begitu kita makan lebih dulu atau menunggu ayah pulang? " Tanya Airin menatap makanan yang sudah dihidangkan oleh bi Sulis di meja makan.
"Kau makan lah lebih dulu jika sudah lapar! ibu sebaiknya menunggu ayah mu saja dan jika ayah ku sudah pulang kami akan bersama saja nanti." Terang ibu Lusi.
"Ya sudah kalau begitu, aku makan malam sendiri hari ini. " Pekik Airin mulai mengambil hidangan makan malam untuknya.
Pukul Sepuluh malam barulah Prasetio tiba dirumah. "Ayah sudah pulang? " tanya Lusi begitu suaminya itu membuka pintu. Karna ternyata Lusi memutuskan menunggu suaminya diruang tamu sambil menonton acara televisi. Sementara Airin sudah sedari tadi masuk kedalam kamarnya.
"Ayah kenapa? " selidik Lusi yang menyadari jika suaminya itu sedang tidak dalam keadaan baik.
"Paris dan istrinya sudah tiada bu. " Lirih Prasetio mengejutkan Lusi. "Maksud ayah? " Lusi tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"Mereka berdua meninggal dalam keadaan tragis. Dan lebih buruk lagi mereka meningal karena dibunuh didalam rumahnya sendiri bahkan semua pelayan mereka ikut menjadi korban." Jelas Prasetio menahan rasa sedihnya.
"Tapi siapa pelakunya? " Tanya Lusi lagi ingin mengetahui. "Ayah juga tidak tau pasti bu, tapi tadi ketika ayah tiba disana ayah tidak menemukan siapa pun disana."
"Jadi ayah yang.. " Lusi tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
"Ayah orang yang pertama kalinya mengetahui kejadian ini dan ayah menyesal bu datang terlambat jika saja ayah tiba disana lebih awal mungkin pelakunya akan mengurungkan niatnya." Lirih Prasetio tak dapat membendung air matanya.
"Sudahlah yah, mungkin ini sudah hadir. " Terang Lusi menenangkan suaminya itu.
Dibalik tembok ternyata Airin mendengar semua pembicaraan kedua orang tuanya yang tidak sengaja mendengarkan semuanya secara diam-diam. Awalnya Airin tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan ayahnya dan begitu mendengar suara mobil Prasetio segera Airin keluar dari dalam kamarnya.
Dan akhirnya ia mendengar semua pembicaraan keduanya. Walaupun ia tidak dekat dengan pak Paris, Airin juga bisa merasakan kesedihan dihati ayahnya itu yang kehilangan sahabatnya.
Bersambung!
Jangan lupa dukungannya ya teman-teman. Like, coment dan juga votenya. Oke!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments