Dian memerhatikan Indah yang sedari tadi berjalan bolak-balik bagai sebuah setrika yang sedang bekerja merapikan pakaiannya. Indah berjalan sambil menggigit ujung kukunya. Terlihat jelas oleh Dian jika saat ini Indah sedang memikirkan sesuatu.
"Masih memikirkan hal yang sama?" Tanya Dian membuat Indah berhenti sejenak berjalan. "Apa kau sudah menemukan pilihan?" Tanya Dian kembali.
"Aku pusing." Jawab Indah, dan kembali melanjutkan jalannya bagai sebuah setrika..
"Stop! Masalahmu tidak akan selesai jika kau seperti ini terus." Tegas Dian menegur Indah..
Indah menghentikan langkahnya lalu membaringkan tubuh nya di atas ranjang.
'Hhuuuffff' Indah menghembuskan nafasnya secara kasar.
"Aku tidak tahu mesti melakukan apa. Aku bingung!" Ucap Indah sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Begini saja. Mending kau datangi pria itu dan meminta maaf padanya. Aku akan trasnfer uang tabungan ku padamu."
"Tapi Di',
"Tak ada tapi, tak ada penolakan."
"Aku hanya berharap dia mau menerima permintaan maafku, dan mau menerima uangku dan juga uang yang kau pinjamkan untukku."
Indah melambungkan tinggi harapannya. Berharap Azka mau memaafkan dirinya dan mau menerima jumlah uang ganti rugi yang belum cukup seperti yang Azka inginkan. Setidaknya menurut Indah ini lebih baik, di bandingkan harus memilih salah satu pilihan yang menurutnya sangat tidak masuk di akal.
🍃🍃🍃🍃
Saat Indah sedang bekerja di cafe Dian. Tiba-tiba ponsel Indah berdering, Indah meraih ponselnya yang berada di laci kasir. Dilihatnya no sang pengacara Rauf tertera di sana. Dengan perasaan gelisah, gemetar Indah menggeser icon hijau di layar hp.
"Halo pak." Sapa Indah.
"Halo sodari Indah, bisa bertemu jam 12 siang ini, di cafe xx yang berada di jalan J."
"Bi-bisa pak." Jawab Indah gugup.
"Baik! Kalau begitu saya tunggu kehadiran sodari Indah. Karna kebetulan Tuan Azka juga berada di sana nanti."
"Aa-zka ju-juga pak?"
"Saya tunggu sodari Indah."
Sambungan terputus, Indah melirik jam yang berada di ponsel miliknya. "Sisa sejam lagi." Gumam Indah lalu meletakkan kembali ponselnya di tempat semula.
"Apa yang harus aku lakukan? Astaga, waktu ku semakin mepet."gumamnya lalu merapikan dirinya.
"Dian, aku pergi dulu. Doakan semoga Azka mau menerima uangku dan juga uangmu."
"Aamiin. Aku pasti berdoa yang terbaik untukmu. Semangat!!"
Butuh waktu setengah jam Indah menempuh cafe tersebut. Dengan bermodalkan sepedah motornya yang tua. Saat Indah telah sampai di parkiran, Indah merapikan dirinya, rambutnya berantakan karena terpaan angin saat berkendara. Indah bahkan belajar berbicara di depan cermin, agar bagaimana ia bisa menyakinkan Azka jika ia mampu melunasi utang nya meski hanya melalui cicilan,
"Kau pasti bisa!" Batin Indah menyemangati dirinya sendiri.
Dan tanpa Indah sadari ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan Indah sejak tadi. Bahkan sang pemilih mata tersenyum melihat tingkah konyol Indah yang berbicara sendiri dengan banyangannya di cermin. Pemilik mata sampai terkagum melihat wajah Indah yang sangat natural. Menurut pemilik mata , Indah cantik tanpa polesan tidak seperti pada wanita lainnya di masa kini, yang cantiknya bermodalkan dempul di wajah.
"Tuan, apa saya harus mencari no gadis tersebut?" Tanya sang asisten yang kini sedang duduk di balik kemudi mobil.
"Tidak usah!"
"Tapi sepertinya-,"
"Ayo kita jalan." Titahnya.
Asistennya pun langsung menyalakan mesin mobil dan langsung melesat menjauh dari cafe tersebut.
"Baru kali ini aku melihat Tuan tersenyum kepada seorang gadis." Batin asisten yang bernama Rey.
.....
"Bismillah."
Dengan bermodal basmalah Indah masuk kedalam cafe, Indah mencari keberadaan pengacara Rauf. Indah melihat Rauf dan juga Azka yang saat ini mereka tengah asik berbincang dan membuka map yang ada di hadapannya. Jantung Indah semakin berdetak tak karuan, bukan karna jatuh cinta, tapi melainkan Indah takut, Indah grogi, Indah tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Mau laripun tidak bisa. Karna Azka sudah tau semua tentang Indah. Pada siapa lagi Indah akan meminta tolong? Indah hanya bisa pasrahkan semuanya pada Sang Khalik, berharap ada jalan keluar.
"Permisi." Sapa Indah saat telah sampai di meja yang di tempati oleh Azka dan juga Rauf.
"Sodari Indah, ayo silahlan duduk." Sapa Rauf sambil berdiri dan mempersilahkan Indah untuk duduk.
Tidak seperti Azka. Ia hanya diam membisu tidak berbicara sepatah kata pun, berbeda tadi pas Indah belum datang. Dan ini lah kembali yang membuat Indah samakin gugup.
"Maaf sudah membuat tuan menungguku."
"Tidak masalah. Ini juga belum jam 12 pas." Jawab Rauf
'Hhhmmmmm' Azka berhadem memberikan kode pada Rauf
Rauf yang sudah mengerti langsung menatap Indah. "Apa sodari Indah sudah membawa uang ganti rugi?"
"Iya pak." Jawab Indah. Membuat Azka membulatkan matanya.
Azka tak percaya jika Indah bisa mengumpulkan uang 250jt tersebut hanya dalam sepuluh hari. Padahal Azka sendiri sudah tau jika Indah tak akan mampu, meski Dian sahabatnya membantunya. Lalu dari manakah Indah mendapatkan uang tersebut. Azka mulai gelisah, rencananya untuk menikah dan warisan orang tuanya akan batal jadi miliknya jika sampai tidak menikah. Dan paling parahnya Azka akan di nikahkan dengan gadis pilihan Bunda nya.
"Sodari Indah boleh transfer uang nya ke rekening Tuan saya." Rauf memberikan selembar kertas yang tertera no rekening Azka di sana.
Dengan malu-malu Indah mengeluarkam buku rekeningnya. Dengan kepala yang mendunduk Indah menyodorkan buku rekeningnya ke hadapan Azka.
"Maaf, hanya ini yang aku punya. Maaf." Ucap Indah.
Azka lalu membuka buku rekening Indah. Sudut bibir Azka naik, membuat seutas senyum yang sulit untuk di artikan.
Lalu Azka memberikan buku rekeing itu pada Rauf, sang pengacara. Rauf melihat nomilah yang ada di sana hanya ada 80jt, dan itu jauh dari kata cukup untuk ganti rugi.
"Maaf sodari Indah. Tapi sudah jelas dikatakan jika waktu sodari hanya sepuluh hari, dan itu harus dibayar dengan full tanpa cicilan." Jelas Rauf.
"Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu. Tapi aku janji akan mengganti seluruh biaya mobil itu, tapi dengan mencicil perbulan. Aku janji aku bisa membayarnya."
"Tapi-,"
"Pak Rauf, saya janji akan menggati uang tersebut, saya janji."
"Tidak ada janji lagi. Sudah jelas aku katakan dahulu, jika waktumu hanya sepuluh hari dan, jika kau tidak mampu maka kau harus memilih salah satu di antara dua pilihan yang kuberikan padamu."
"Tolong beri aku kesempatan." Indah mengatupkan kedua tangannya di depan wajahnya, memohon agar Azka mau memberikan kesempatan padanya.
"Tidak ada kesempatan." Jawab Azka tegas.
"Rauf berikan berkas itu padanya, dan jelaskan semuanya."
"Baik Tuan."
Rauf kemudian memberikan berkas pada Indah, dan menjelaskan tetang pernikahan kontrak yang akan Indah jalani dengan Azka.
Indah terdiam mendegar penjelasan dari Rauf. Tentang dirinya yang hanya akan di nikahi sebagi istri kontrak.
"Mana bisa seperti itu? Emang ini dunia novel, harus nikah kontrak?" Tanya Indah yang merasa lucu pada kedua pria yang ada di hadapannya ini.
Indah merasa dua pria ini sudah tidak waras, pernikahan di anggap mainan oleh mereka.
Nikah kontrak. Sungguh tidak masuk akal untuk Indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
nikah kontrak.... seumur hidup....indah
2022-05-18
0
Endahbm
semangat indah....
2022-05-12
1
@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬
semga ad k.ajaiban indah stelah nnti kamu menikah dengan Azka,,trima ajj
2022-05-09
0