pilihanku

Dua hari berlalu, semenjak pertemuan antara dirinya, Azka dan juga Rauf pengacara Azka. Indah terus memikirkan pilihan apa yang tepat yang ia harus ambil kedepannya. Yang tidak akan ia sesali jika ia mengambil pilihan tersebut.

Dan selama dua hari ini pula Azka terus di desak oleh sang Bunda tetang pernikahan yang akan segerah Bunda nya lakukan, namun Azka tetap menolak perihal pernikahan, perjodohan tersebut dengan alasan bahwa ia akan menikah dengan seseorang yang ia pilih sendiri, buka dengan pilihan Bundanya.

"Bunda tidak mau tahu lagi alasan apapun! Kalau kau memang sudah memiliki kekasih yang siap di ajak menikah maka minggu ini bawa dia kehadapan Bunda, kenalkan dia pada Bunda." Ucap sang Bunda dengan tegas agar Azka mau mengikuti apa yang ia ucapkan.

"Tapi Bunda-,

"Bunda akan membatalkan perjodohan mu jika kau membawa kekasihmu ke rumah ini." Potongnya membuat Azka terdiam.

Membawa kekasih? Mana mungkin bisa, sedangkan yang ingin dia ajak kontrak belum ada kabar dan jawaban sama sekali.

"Kenapa hanya diam saja?" Tanya Bunda sambil memperhatikan raut wajah Azka yanh saat ini sedang berada di hadapannya. "Baiklah jika kau tidak bisa maka minggu ini Bunda akan menikah kan mu dengan anak dari sahabat Bunda." Bunda Desi meraih ponselnya berpura-pura untuk menghubungi sahabatnya.

Azka yang melihat Bunda nya meraih ponsel di atas meja, langsung panik. Dan berucap. "Baiklah minggu ini, akan aku ajak kekasihku dan kuperkenalkan pada Bunda."

Bunda Desi tersenyum dalam hati. Setidaknya ia berhasil membuat Azka untuk memperkenalkan dirinya pada kekasih Azka. Bunda Desi kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Ia menatap wajah Azka dan juga wajah suaminya secara bergantian sambil tersenyum.

"Baiklah Bunda tunggu minggu ini. Dan jika Bunda sudah berkenalan dengannya, maka minggu depan kalian akan menikah." Ucapnya lalu berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Azka dan juga sang suami yang masih setia duduk di sofa di ruang keluarga.

"Tapi Bunda-, .." teriak Azka sambil berdiri dari duduknya namun Bunda nya sudah berlalu. Membuat Azka hanya bisa bernafas pasrah karna Bunda nya berhasil mendesak dirinya.

"Apa pacarmu sudah siap di ajak menikah?" Tanya sang ayah yang berada di samping Azka.

Azka kembali duduk. Ia mengusap wajahnya "Ia ayah." Jawab Azka berbohong. Padahal yang sebenarnya Grace tidak siap sama sekali. Melainkan Azka justru ingin menyewah seorang gadis yang bernama Indah untuk menjadi istri kontraknya selama setahun.

"Lalu? Kenapa kau terlihat seperti sangat memiliki beban yang banyak? Bukan kah pacarmu sudah setuju. Jadi tidak akan menjadi masalah bukan?" Tanya sang ayah yang memperhatikan raut wajah Azka yang terlihat seperti belum siap sama sekali untuk memperkelankan pacarnya.

Azka hanya bisa menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan. Kali ini Azka berharap penuh agar Indah mau datang minggu ini kerumah nya karna jika tidak? Maka tamat sudah riwayat Azka.

"Ayah aku pamit mau ke kamar dulu." Pamit Azka dan berlalu menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya

Ayah Bayu terus memerhatikan sang anak. Ia hafal betul siapa Azka. Dilihat dari raut wajah Azka, ayah Bayu sudah bisa menebak apa yang terjadi pada sang anak. "Semoga kau bisa menemukan jalan keluarnya Nak." Gumam Ayah Bayu.

________

Bagaikan mimpi di siang bolong Azka mendapat pesan dari Indah bahwa ia setuju dengan pernikahan kontrak yang akan mereka lakukan dengan syarat, mereka berdua harus bertemu sore ini untuk membahas lebih detail tentang kontrak pernikahan mereka. Tanpa pikir panjang Azka langsung setuju dan memberikan alamat pada Indah untuk mereka berdua bertemu sebentar sore.

Indah mengambil pilihan untuk menjadi istri kontrak karna menurutnya ini adalah pilihan yang tepat di antara dua pilihan. Karna jika Indah masuk kedalam penjara dan menjadi tahanan, kelak jika Indah sudah keluar pasti sangat sulit bagi Indah untuk mendapatkan pekerjaan. Indah tahu Dian pasti akan tetap menampungnya untuk tetap bertahan hidup, hanya saja Indah sadar diri, sampai kapan ia akan tetap menyusahkan Dian.

Pikir Indah cuman setahun menjadi istri kontrak bukan hal yang susah. Cukup menikah lalu menunggu hari berganti bulan, lalu bulan berganti menjadi tahun. Tepat setahun maka lepas sudah dirinya menjadi istri kontrak.

"Kau yakin Indah dengan pilihanmu?" Tanya Dian sambil menatap Indah dengan penuh tanda tanya besar di dalam benakknya.

"Aku yakin, sangat yakin." Jawab Indah.

Dian menghampiri Indah lalu memeluk tubuh Indah. "Apapun keputusan mu, aku yakin kau sudah memikirkan nya secara matang-matang, dan aku berharap ini adalah keputusan yang terbaik untukmu. Dan maaf, karna aku tidak bisa membantumu kali ini."

"Hey kenapa harus meminta maaf. Kau sudah sangat membantuku di kehidupan ku ini. Aku berterima kasih pada Tuhan karna memilikmu sebagai sahabat yang selalu ada untukku."

"Kapan pun kau butuh bantuanku, katakanlah! Jika aku bisa maka aku akan membantumu." Pinta Dian.

"Kalian berdua seperti teletubbies saja. Sangat suka berpelukan." Tiba-tiba Ryan, adik Dian datang menghampiri.

"Kau itu selalu saja menggangguku" Sentak Dian sambil menepuk pundak sang adik dengan sangat kerasnya. Membuat Ryan meringis lalu bersembunyi di belakang Indah.

"Kak Dian kau sangat kasar, tidak seperti kak Indah yang sangat baik bagaikan malaikat" kata Ryan sambil menjulurkan lidahnya mengejek Dian.

"Kau! Dasar adik durhakim!" Umpat Dian lalu menghampiri Ryan, hendak memukul namun Ryan terus berputar bersembuyi di belakang tubuh Indah.

Indah tertawa melihat kelakuan kedua kakak beradik itu. Meskipun mereka sering bertengkar namun mereka saling menyayangi. Saling mencari satu sama lainnya jika salah satu dari mereka belum pulang kerumah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***