Lelah hati dan jiwa belly saat ini, namun ia tepiskan semua itu. Belly selalu mengingat pesan papanya saat ia akan pergi bersama raja ke jakarta.
Nak, pernikahan ini memang bukan yang kalian inginkan namun pernikahanmu dan raja itu sah dimata hukum dan juga agama. Papa berharap kamu bisa menjalankan tugasmu dengan baik sebagai istri, dan papa juga berharap raja dapat bertanggung jawab sepenuhnya akan kewajibannya sebagai seorang suami.
Kata-kata papanya slalu terngiang-ngiang difikirannya. Sehingga ketika belly ingin membalas perlakuan raja terhadapnya, belly lebih memilih mengalah.
Pagi ini, belly menyiapkan sarapan untuk raja dan juga dirinya. Belly menunggu raja di meja makan.
Ia melihat raja sudah menuruni anak tangga menuju dapur.
"Kau sudah bangun? Aku sudah siapkan sarapan pagi, makanlah selagi hangat." Belly memasak nasi goreng dua porsi. Ia berharap raja akan menghargai usahanya.
Namun raja malah membuat kopi sendiri, tanpa menjawab ajakan belly.
"Tuan, apakah setiap pagi kau akan sarapan kopi? Jika begitu biar aku yang menyiapkannya.." Belly hendak bangkit dari duduknya untuk mengambil alih membuat kopi.
"Kau tak perlu mengurusku! Urus saja dirimu sendiri! Dan ingat, jangan pernah menyentuh milikku!" Raja menepis tangan belly, dan ia melanjutkan meminum kopi hangatnya.
Belly hanya terdiam, tak disangka jika pagi-pagi belly mendapat sarapan yang tak mengenakkan dari raja. Sarapan kata-kata kasar yang selalu raja tunjukkan padanya.
Sudahlah belly, jangan menangis... Mungkin hari ini raja belum bisa menerimamu, namun suatu hari nanti raja pasti akan luluh...
Belly bermonolog dalam hati, hingga ia kembali duduk menyantap makan paginya sendirian.
Belly merasa bosan di rumah sendirian, tak ada apapun yang ia kerjakan, untuk membenahi rumah dan mencuci pakaian raja sudah membayar jasa ART, namun tak menginap di rumah. ART itu hanya datang saat jam tujuh pagi dan pergi jam sebelas siang.
"Non belly, saya pamit dulu..." Bu siti wanita paruh baya yang menjadi ART di rumah raja berpamitan pada belly setelah selesai melakukan tugasnya.
"Bu siti pulang nanti saja, aku benar-benar tak ada teman disini. Aku sangat kesepian..." Jawab belly yang mencoba melarang bu siti pergi.
"Lah, non belly jalan-jalan saja keliling kota.. Agar tidak suntuk.."
"Aku belum tahu jalan kota ini bu, ini pertama kalinya aku ke jakarta."
"Wah, sayang sekali... Memangnya tuan raja tidak mengajak non belly keluar sebelumnya?"
"Tidak bu, bagaimana jika bu siti saja yang mengantarku? Aku ingin membeli keperluanku yang sudah hampir habis.."
"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya non. Saya harus menjemput anak ke sekolah.."
"Satu jam saja bu, antar aku ke supermarket dekat sini. Jika aku sudah tahu jalan, suatu saat aku akan pergi sendiri.." Pintaku pada bu sity
"Ayo non... Let's go..." Bu sity pun langaung mengiyakan.
"Wah, bu siti keren pintar bahasa inggris.." Pujiku padanya.
"Cuma sedikit non, itupun diajari oleh anak saya." Bu siti menjawab malu-malu.
Hingga akhirnya bu siti mengantarku pergi ke supermarket terdekat. Kami menaiki taksi yang hanya butuh waktu lima belas menit saja saat jalan kota tidak macet.
Aku membeli berbagai macam kebutuhanku dan juga kebutuhan untuk di rumah. Karena stok makanan dan sayur-mayur di kulkas hampir habis.
Ternyata menyenangkan sekali berbelanja bersama bu siti. Dia amat telaten menemaniku dan mengajarku memilah-milah sayuran yang masih segar. Hingga tak terasa waktu kami pun sudah satu jam lamanya.
Setibanya di parkiran, bu siti mengantarku sampai taksi saja, karena ia harus pulang menjemput anaknya ke sekolah.
"Non, sampai sini saja. Ini nomor telpon bu siti, jika ada apa-apa telpon saja.." Bu siti mengantarku ke parkiran yang sudah banyak taksi berjejer disana.
"Terimakasih bu..." Aku berterimakasih pad bu siti. Bu siti pun pergi setelah berkata pada sopir taksi untuk mengantarku ke alamat yang sudah bu siti sebutkan.
"Bell?" Suara seseorang dibelakangku, suara yang tak asing itu terdengar lirih, suara yang begitu aku rindukan. Aku terkejut melihat ke arah sipemilik suara, haruskah aku bertemu dengannya saat ini?
"Bell? Apakah ini benar dirimu?" Alan mencoba meyakinkan dirinya.
Aku masih terdiam saja, sontak alan memegang tanganku ketika aku hendak masuk kedalam taksi.
"Bell, apa yang kamu lakukan... Kenapa kau terus menghindariku? Bell, jangan seperti ini, please... Beri aku penjelasan..."
"Maaf, aku harus pergi." Aku menepiskan tangan alan, hingga akhirnya aku berhasil masuk ke dalam taksi.
"Bell, please... Aku merindukanmu..." Mata alan terlihat memerah, ia menepuk-nepuk kaca jendela taksi.
"Belll...... Belly....." Hingga suara alan masih terdengar jelas saat bertetiak. Dan perlahan mobil taksi pun berjalan menjauh darinya.
Maafkan aku all, aku mengecewakanmu.. Ini yang terbaik bagi kita.. Ini takdir kita all, kita tak mungkin lagi bersama. Semoga kamu akan segera mendapatkan wanita yang menyayangimu lebih darinrasa sayangku....
Sudut mata belly pun telah menitikkan air mata, belly yang telah menyakiti alan namun ia yang merasakan nyeri dihatinya. Bagaimana dengan perasaan alan saat ini? Mungkin saat ini hati alan telah porak-poranda..
Setelah hari dimana belly menjadi pengantin, belly langsung memberi kabar pada alan, belly mengakhiri hubungannya dengan alan secara sepihak. Jelas terdengar disana jika alan tak ingin berpisah dari belly, namun belly tak menggubrisnya.
Saat itu juga belly langsung memblokir kontak alan di ponselnya.
***
Belly menyambut kedatangan raja malam ini dengan membukakan pintu. Raja pulang sekitar jam tujuh malam, saat belly mencoba mersih tas kerja yang dibawa raja, raja dengan cepat menepis uluran tangan belly. Inikah balasan penyambutan belly terhadapnya? Namun belly masih sabar dan memberikan senyuman padanya.
"Apakah setiap hari kamu akan pulang jam segini?" Tanya belly padanya yang duduk di kursi ruang tamu sembari mengendorkan dasinya. Namun pertanyaan itu tak digubris oleh raja.
"Emm, aku sudah menyiapkan makan malam. Bersihkanlah dirimu dulu, aku tunggu di meja makan.." Belly meninggalkan raja menuju meja makan, ia berupaya menghangatkan dan menyiapkan makanan yang telah ia masak tadi.
Sepuluh menit kemudian....
Raja turun dari kamarnya menuju dapur, ia membuka pintu lemari es dan mengambil sebotol air mineral dingin kemudian meneguknya hingga tandas.
Ia heran, begitu banyak isi lemari es padahal ia merasa belum berbelanja.
"Atyo makan, aku sudah menghangatkan makanannya." Ajak belly pada raja.
Raja menarik kursi diseberang belly dan mendudukkan bokongnya. Ia menatap sekilas ke arah belly kemudian berganti ke arah makanan yang telah dihidangkan dinatas meja.
"Kau ingin makan apa? Biar ku ambilkan.." Belly meraih piring untuk diisi dengan nasi.
"Aku sudah makan di luar!" Raja mengeluarkan kata-katanya setelah sejak tadi bungkam.
"Oh, begitu.. Apakah kau tak ingin mencicipi masakanku? Ini enak, kau akan sangat menyukainya." Belly masih saja mengambilkan nasi dan lauk-pauk yang ia masak. Belly meletakkan piring itu dihadapan raja, namun raja malah menepisnya hingga piring terjatuh dilantai.
"Berhentilah mengusikku! Dan jangan pernah memaksaku...." Raja berlalu pergi keatas menuju kamarnya.
Belly hanya bisa menangis mendapati perlakuan raja. Belly mencoba membersihkan pecahan piring di lantai namun tangannya terluka hingga mengeluarkan darah akibat pecahan piring tersebut.
"Aw..." Pekik belly..
Ia masih melanjutkan tangisnya. Sungguh ia takkan kuat jika diperlakukan terus-menerus seperti ini oleh raja.
Sampai kapan aku akan terus begini? Sampai kapan rasa sabarku ini Tuhan? Apakah dia akan terus sedingin dan sekasar itu padaku? Aku sungguh tidak kuat... Apakah ini balaan untukku karena telah menyakiti alan?
Alan.... Maafkan aku... Hikss... hikss....
***
Malam telah berlalu, hingga pagi pun datang...
Masih sama dengan hari kemarin, belly mempersiapkan sarapan di meja makan. Kali ini belly hanya menghidangkan roti panggang dengan kopi panas di meja. Ia berharap raja akan luluh dan menghargai usahanya hari ini.
Biasanya jam tujuh pagi raja sudah turun dari kamarnya untuk ke kantor, namun belly belum juga mendapati sosok raja.
"Apakah raja sudah pergi kke kantor? Tapi kapan? Aku tak melihatnya.." Ia berkata lirih masih memutuskan untuk menunggu raja, namun raja masih juga tak terlihat.
"Apakah dia belum bangun? Bagaiman jika raja terlambat? Apakah aku harus menengoknya ke atas?" Lagi-lagi belly seperti sedang bermain tebak-tebakan. Ia terus menerka-nerka keberadaan raja saat ini.
Hingga belly memutuskan untuk naik menuju kamar raja. Ia menaiki anak tangga dengan pelan tanpa suara.
Belly melihat sekeliling lantai dua yang sangat rapi. Ada ruang televisi, tempat gym, serta roof top yang menyediakan kursi dan tempat santai. Belly takjub melihat sekeliling yang begitu bersih. Rupanya raja sangat menyukai kebersihan. Kali ini belly sangat hati-hati, ia menuju kearah pintu kamar namun ia bingung, pasalnya disini ada dua kamar.
Belly memutuskan untuk mengetuk ruangan pertama, namun tak ada jawaban hingga ia memberanikan diri membuka pintunya. Ternyata ruangan ini adalah ruang kerja raja.
Belly kembali ke kamar yang satunya, ia mengetuk pelan pintu kamar sembari memanggil raja.
Tok...tok...
"Apakah kamu belum bangun? Hari ini tak pergi ke kantor?" Ucap belly hati-hati.
Tak ada jawaban dari dalam kamar raja, hingga belly memutuskan untuk membuka knop pintu.
Menatap sekeliling kamar raja yang rapi dan wangi, belly tertegun. Tak menyangka jika pria seperti raja sangat rajin dan bersih.
Dilihatnya ke arah ranjang, raja masih tertidur disana hingga ia berniat membangunkan raja.
Belly duduk dipinggiran ranjang sembari menatap dalam raja. Namun wajah raja terlihat begitu pucat.
"Kau tak ke kantor?" Lirih belly hati-hati.
"Ini sudah siang, kau akan terlambat.." Sambung belly lagi. Namun raja tak kunjung bangun hingga belly memutuskan menyentuh kening raja. Ternyata raja demam dan itu sangatlah panas.
"Kau demam?" Belly menyentuh kening raja lagi, hingga raja menyentuh tangan belly dan seketika membuka matanya.
"Apa yang kau lakukan! Pergi dari sini..." Timpal raja.
"Kau demam, aku akan mengambilkan kompress.." Hingga belly berlari menuju lantai bawah untuk mengambil es batu yang dibungkus handuk kecil untuk mengompres raja.
Belly kembali lagi ke kamar raja, membawa kompresan, roti panggang, serta air minum dan obat penurun panas dengan nampan. Belly meletakkan obat di nakas sebelah tempat tidur raja, dilihatnya raja masih memejamkan matanya.
Belly menempelkan kompres pada kening raja.
"Apa yang kau lakukan? Aku bilang pergi dari sini..." Raja masih memperlakukan belly sama dengan kemarin.
"Sikapmu persis seperti es batu ini, sangat dingin..." Timpal belly yang masih terus mengompres raja.
"Pergi dari sini! Sebelum aku bertindak lebih jauh..." Raja masih berkata kasar, meskipun ia tahu tubuhnya kini sangat lemah.
"Biarkanlah aku mengompresmu dulu, kau harus sembuh.." Timpal belly.
"Kau bisa pergi sekarang..." Jujur, saat ini raja sebenarnya menerima perlakuan belly padanya. Namun ia masih menunjukkan sikap kasarnya.
"Baiklah, aku akan pergi. Makanlah roti ini selagi masih hangat, kemudian minum obat dan beristirahatlah.." Belly tak ingin memancing kemarahan raja lagi, ia segera pergi meninggalkan raja.
Raja menoleh kearah belly yang hendak meninggalkannya. Ia terus menatap punggung itpu yang berangsur menghilang dari pandangannya. Raja terus memegangi kepalanya. Ia merasa tubuhnya sudah sedikit membaik. Sejak semalam raja mengalami demam yang tak kunjung turun.
Raja menoleh ke arah nakas, ada roti bakar disana. Raja meraih roti dan memakannya. Setelah itu raja meminum obat penurun panas yang telah disiapkan oleh belly.
Apakah aku bersikap terlalu kejam padanya? Roti ini bahkan rasanya tak terlalu buruk.
Raja bergumam dalam hati, setelah itu ia membaringkan tubuhnya kembali hingga ia tertidur karena efek obat demam yang ia minum.
***
Siang ini, raja merasa tubuhnya sangat lengket karena berkeringat. Demamnya pun sudah turun, kepala yang sebelumnya terasa sangat pusing kini sudah terasa membaik.
Selesai mandi, raja turun dari lantai dua. Ia menuju ke dapur yang terasa sepi. Biasanya ia selalu menemukan keberadaan belly disini, namun kali ini tak ada belly dari pandangannya.
Raja pergi menuju ruang tamu, disana pun sepi tak ada siapapun yang ia lihat. Bu siti mungkin sudah pulang fikirnya karena sekarang sudah jam sebelas.
Kali ini raja menatap arah kamar belly, mungkin belly sedang dikamarnya.
Apa yang aku fikirkan? Aku tak pernah peduli dia ada dimana. Hmmmm....
Ia menatap keluar dari jendela ruang tamu, ditemukan sosok seorang wanita yang tengah bermain dengan tanah juga selang air ditangannya.
Wanita itu terlihat begitu bahagia, ia menanam berbagai bunga di tanah samping rumah raja yang kosong.
Pandangannya tak berkedip sekalipun, ia menatap wajah ceria yang ditunjukkan belly. Seperti wajah tanpa beban, dan tanpa masalah apapun.
Dengan rambut yang diikat kebelakang dan terdapat juntaian rambut yang tersisa disisi pipi kanan dan kirinya. Membuat belly memperlihatkan leher jenjangnya.
Raja pun segera menepiskan pandangannya, ia tak ingin berlarut memandangi belly. Menurutnya semua wanita itu sama saja, mereka akan mendekati pria kemudian meninggalkannya. Seperti yang terjadi padanya, ketika maura yang begitu ia cintai kini meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Raja beralih dari jendela, kemudian ia memilih keluar rumah. Raja menyalakan mobilnya dan pergi entah kemana.
Kepergian raja pun tak luput dari penglihatan belly. Ia hanya bisa menghela nafas panjang.
Dia akan terus seperti es, bahkan dia tak memperdulikan keberadaanmu disini sabar belly.... Tahan emosimu..
Belly melanjutkan aktifitasnya menanam berbagai macam bunga. Ini akan menghilangkan kejenuhannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dya Linn
nanti giliran ada yang lain deketin kelabakan pasti itu😁😁
2022-04-12
1