"Aakkh, bisa pelan gak sih, ngobatinya?" bentak Erlangga saat sudut bibirnya diobati oleh Grael.
"Ya maap," ucap Grael sambil memasang wajah cemberutnya.
Grael tidak berkutik sama sekali saat Rio membacakan sangsi hukum penganiyaan yang sudah dia lakukan terhadap Erlangga di dalam lift, dia merasa keberatan bila Rio melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwajib, karena dia juga termasuk korban pelecehan.
Rio menjelaskan dengan secara detail mengenai bukti rekaman CCTV, bukti itu cukup kuat untuk menunjukan kalau Erlangga tidak bersalah. Mendengar penuturan dari manager Erlangga, Grael hanya menahan emosinya.
"Tanda tangan dan nama lengkap!" pinta Rio selaku manager Erlangga yang sudah diatur oleh sang empu.
Erlangga sudah membuat surat perdamaian sedemikian rupa agar gadis incarannya tidak bisa kabur dari sisinya, dia mengganti semua hukuman Grael dengan cara menjadi asisten pribadi Erlangga selama Pak Beni ditugaskan di luar kota.
Sebelum Grael menandatangi surat perdamaian itu, dia membaca setiap bait demi bait. Betapa terkejutnya dia, melihat isi surat yang sudah dibuat oleh Erlangga. Grael harus on time di jam tujuh pagi sampai jam sembilan malam, harus melayani segala keperluan Erlangga, harus siap dan tidak boleh menolak segala perintah Erlangga dan harus ikut kemana Erlangga pergi syuting.
"Wahh ... keberatan saya!" keluh Grael ketika membaca semua aturan yang sudah ditulis.
"Keberatan ditolak, No comen!" ucap Erlangga.
"Ya, gak bisa gitu dong! Kan gue sekolah." Grael merasa salah sudah datang bertemu dengan manusia saiko menurutnya.
"Ri ... ketik ulang, dan tambahkan dibait terakhir, dilarang keras mengucap kata yang tidak sopan!" Erlangga menyerahkan surat itu ke tangan Rio.
Seusai surat itu diperbarui, Grael pun membaca ulang surat perdamaian itu. Sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menandatangani surat perdamaian yang membuatnya harus terjebak oleh orang yang dia benci.
'Grael Arabella,' ucap batin Erlangga yang membaca tulisan Grael pada kertas yang ditandatangani gadis itu.
Alangkah senangnya hati Erlangga yang melihat Grael sudah menandatangani surat perdamaian itu, sangat terlihat jelas ukiran senyuman pada sudut bibir Erlangga di mata Rio.
"Oke, saya Rio managernya Erlangga. Semoga kedepannya bisa berjalan dengan lancar." Rio mengulurkan tanganya kepada Grael saat gadis itu menyerahkan kertas selembar pada dia.
"Grael," ucap Grael tanpa tersenyum yang ingin membalas uluran tangan dari Rio. Namun dengan cepat Erlangga yang membalas uluran tangan Grael.
"Erlangga Louis!" Erlangga menggenggam erat tangan Grael sembari mengelus tangan gadis itu dengan jari jempolnya.
Rio sungguh tidak percaya, bila Erlangga memiliki perasaan terhadap seorang gadis belia yang masih duduk di bangku sekolah. Dia pun ikut tersenyum ketika artisnya kembali menemukan jati dirinya, setelah sekian lama dunianya begitu suram penuh kepahitan.
"Dah kan? Kalau gitu, gue balik dulu. Eh, maksud gue ... aku, aku balik dulu." Grael melepaskan tanganya dan langsung menggendong tas di atas pundak, dia pun melangkah pergi keluar dari kamar Erlangga.
Erlangga tersenyum melihat tangannya yang baru saja bersentuhan untuk kedua kalinya dengan gadis itu, jemarinya saling menggesek merasakan lembut dan halus saat jemarinya menyentuh tangan Grael.
"Er, Er ... gak nyangka gue, loe bisa suka sama anak sekolah." Rio menepuk bahu Erlangga.
"Dih ... siapa yang suka, sama cewek kampungan kaya dia! Gak level gue! Dia tuh cuman mainan gue, gak lebih!" jawab Erlangga yang menampik tuduhan dari Rio.
Di saat Grael ingin mengambil ponselnya yang tertinggal di meja, dia justru mendengar ucapan yang menyakitkan di telinga, ucapan Erlangga benar-benar menusuk relung hati hingga berkeping-keping. Tanpa terasa, air mata Grael keluar, dia pun segera sadar dari rasa sedihnya dan menghapus air mata sembari mendobrak pintu yang belum sempat terkunci rapat.
"Sorry, hp gue ketinggalan." Grael mengambil ponselnya yang berada didepan Erlangga, lalu segera pergi dari sana sembari meneteskan air matanya.
Selama langkah kaki Grael berjalan menuju ke arah lift, dia menahan suara isak tangisnya agar tidak terdengar oleh siapapun, hingga akhirnya dia masuk ke dalam lift dan menumpahkan segala rasa sesak dan sakitnya ketika pintu lift tertutup dan hanya dia sendiri yang berada di dalam lift tersebut.
Grael berjongkok memeluk lututnya sendiri sembari mengeluarkan rasa sedihnya, dia tidak habis pikir, kenapa dia dulu bisa begitu ngefans dengan sosok artis seperti Erlangga.
Di sisi lain.
Erlangga terdiam sejenak dengan apa yang baru saja dia lihat, dia tidak menyadari bila gadis itu sudah mendengar perkataanya. Rio yang sadar dengan sikap Erlangga terlalu berlebihan, langsung menyuruh untuk menyusul gadis itu untuk meminta maaf.
Harga diri Erlangga yang terlalu tinggi, membuatnya malas untuk mengejar gadis itu. Rio yang kesal dengan sikap sahabatnya itu berdiri dan mengejar Grael.
"Dek, Dek ... tunggu dek!" teriak Rio yang mencoba mengejar Grael, tapi pintu lift sudah tertutup sempurna.
"Duh, siap lagi namanya, udah kenalan ... tapi lupa namanya!" Rio menggaruk belakang kupingnya yang tidak gatal.
***
Setelah sampai di rumah yang cukup terbilang sederhana, Grael masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tubuh dan mental dia sungguh lelah, ingin rasanya dia bisa lari dari kenyataan.
Perlahan matanya mulai terpejam bersamaan dengan air mata yang masih terus mengalir keluar membasahi pelipisnya, deru napasnya perlahan mulai teratur dengan ritme normal.
Belum sempat Grael merasakan nikmat mimpi indah, suara ponsel membuyarkan dunia indahnya dalam mimpi. Dia memaksakan matanya untuk melihat siapa yang meneleponnya, tapi matanya cukup berat sehingga dia hanya bisa langsung mengangkat panggilan itu.
"Hmm?" tanya Grael dengan kondisi masih mengantuk.
"Sorry ganggung, kamu ... sudah tidur?" tanya seorang dari seberang telepon.
"Hmmm—”
"Ya sudah, kalau gitu ... besok aku jemput boleh?" tanya pria tersebut dengan nada yang menahan tawanya.
"Hmmm," jawab Grael kembali dengan singkat.
"Ya sudah, selamat malam, sampai jumpa besok!" orang itu tersenyum mendengar suara Grael yang begitu seksi ketika menahan kantuk.
"Hhmm.” Grael mengubah posisi tidurnya.
"Emuuach," suara ciuman dari seberang telepon begitu pelan. Namun, mampu membuat gadis itu tanpa sadar membalasnya.
"Emmuuacch juga." Grael menempelkan ponsel pada bibirnya. Seorang yang berada diseberang telepon tersenyum sebelum dia mematikan ponselnya.
Ke esokan harinya.
"Mak, El berangkat sekolah dulu." Grael meminum segelas air putih hangat hingga tandas, saat dirinya sudah menghabiskan sepiring nasi goreng buatan sang ibu.
"Ya ... hati-hati dijalan." Sang ibu mencium kening sang anak.
Grael berangkat ke sekolah, dia berjalan ke arah halte bus. Namun, sebuah mobil BWM sudah datang lebih dulu menghampiri Grael. Suara klakson pun terdengar di telinga gadis tersebut.
"Astaga, Rangga! Aku kira siapa? Kamu lewat sini juga?" tanya Grael yang bingung dengan Rangga yang bisa berada di daerahnya.
"Aah, i-iya! Ha, ya ... mau bareng?" Rangga bingung harus menjawab apa kepada Grael untuk memberi alasan yang tepat.
"Ah ... ya," ucap Grael.
Rangga pun turun dari dalam mobilnya dan membukakan pintu untuk Grael, dia juga memasangkan safety belt pada Grael, sehingga gadis itu bisa mencium aroma yang selalu dia rindukan.
Beberapa saat kedua mata mereka saling bertemu, Grael yang mempunyai perasaan suka terhadap Rangga, sangat gugup dan menjadi salah tingkah.
Pipi Grael kini berubah menjadi merah merona, debaran jantungnya begitu kencang, dia menunduk untuk mengalihkan rasa malunya, saat Rangga terus menatap wajahnya.
"Ehem, ma-makasih ya." Grael berdeham untuk menetralisirkan rasa gugupnya.
Rangga hanya tersenyum sembari mengacak-acak lembut rambut gadis yang ada di depannya, dia pun berlari untuk masuk ke kursi pengemudi.
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju sekolah, selama perjalanan itu pula hati Grael begitu gugup, entah apa yang dia mimpikan semalam sehingga dia bisa berada di dalam satu mobil bersama Rangga.
Rasa senang di hati Grael terlukis disudut bibirnya, dia tidak percaya apa yang dia alami, rasanya seperti mimpi. Dia tidak pernah membayangkan bisa berangkat sekolah bersama dengan orang yang dia suka.
"Kenapa? Terlalu dingin ya ... AC nya?" Rangga mencoba mengecilkan mesin pendingin udara pada mobilnya.
"Ah, gak kok!" ucap Grael dengan tersenyum.
"Mau sambil dengerin lagu?" tanya Rangga.
"Hmmm, boleh." Grael menganguk tanda setuju. Seketika dia mengingat sendiri dengan ucapannya, seperti pernah dia ucapkan dalam mimpinya, tapi dia langsung menepis kembali.
Rangga menyetel musik romantis selama perjalanan, dan pada saat mobilnya disalip oleh pengendara motor. Rangga langsung mengerem mendadak, tidak lupa tangan kirinya melindungi Grael agar gadis itu tidak membentur dashboard yang ada di depannya.
"Astaga! Kamu gak apa-apa kan? Ada yang luka gak?" tanya Rangga yang begitu panik.
"Rangga ... aku gak apa-apa," ucap Grael dengan lembut sembari tersenyum, saat melihat raut wajah Rangga yang begitu panik.
Rangga begitu terpukau saat melihat senyuman Grael kepada dirinya, untuk meyakinkan dia agar bisa tenang. Rangga pun membalas senyuman Grael dan tanpa sadar, Rangga justru mencium kening gadis itu, melampiaskan rasa leganya.
"Syukur kalau gitu." Rangga melepas ciumannya dan melihat ke arah Grael yang sudah tercengang akibat ulahnya.
"Aahh ... kita jalan lagi, biar gak telat," ucap Rangga yang kini menjadi salah tingkah.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
weeeehhhh mulut mu harimau mu Erlangga... suatu saat kau akan menyesal telah berkata seperti itu, kasihan banget harus mendengar langsung sabar ya Grael,
2022-11-07
1
📴🍀⃟🐍ᶜʰᶦ🥜⃫⃟⃤
мυℓυт мυ ιтυ ℓσн єя... мιηтα ∂ ℓαквαη вιαя gα вι¢αяα ѕєєηαк ηуα gтυ.. нιℓιн..
2022-11-02
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
wahh ada yg bakal ngejilat ludah nya sendiri ni kaya nya 😌
2022-11-01
0