Suara kicauan burrung begitu merdu, ketika mengusik telinga Erlangga yang sedang tertidur lelap sembari memeluk tubuh wanita yang ada di sampingnya. Perlahan dia merentangkan tubuh dan membuka matanya ke arah samping.
Tanpa dia sadari, bibirnya tersenyum lebar, perasaannya menjadi tenang saat memandang wanita yang ada di samping kini mulai membaik. Dia segera bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi.
Beberapa menit usai Erlangga masuk ke dalam kamar mandi, suara amukan dari seorang wanita cantik membangunkan Grael dari tidurnya. "Er ... langga!"
"Dasar perempuan, jjalang!" wanita itu memukul tubuh Grael dan menarik rambutnya dengan kencang.
Rasa sakit luar biasa yang Grael rasakan, ketika dirinya menjadi amukan seorang wanita yang tidak dikenal, dia menjerit kesakitan saat rambutnya ditarik kuat oleh wanita seksi itu yang dia kenal sebagai Angelina Joya, penyanyi yang sedang naik daun.
"Astaga ... Angel! Lepasin gak?" teriak Erlangga yang melepaskan tangan wanita cantik itu dari rambut Grael.
"Gak! Perempuan jjalang kaya dia harus dikasih pelajaran." Angelina terus menarik rambut Grael dengan kencang.
"Aaakkhh ... sakit!" teriak Grael yang tidak mau mengalah dengan Angelina.
"Aaaakkh! Berani kamu jambak rambut saya!" ucap Angelina yang sudah naik pitam.
"Angelina!" pekik Erlangga yang menampar pipi Angelina.
Suara tamparan di pipi Angelina membuat ketiganya terdiam, hanya deru napas Grael dan wanita seksi itu yang masih menggebu-gebu usai perkelahian sengit di antara mereka.
"Ka-kamu, berani menampar aku?" tanya Angelina dengan sorot mata yang menahan tangis.
"Keluar!" pinta Erlangga dengan nada pelan tapi tegas.
"Er? Aku ini pa—”
"Keluar!" teriak Erlangga dengan kasar dan itu berhasil membuat Grael dan Angelina terkejut.
Diam-diam Grael merangkak pelan turun dari tempat tidur untuk menjauh dari mereka berdua, tetapi Erlangga mencegahnya dengan memegang tangan dia. Sorot mata Angelina begitu panas saat melihat Erlangga memegang tangan wanita lain dihadapannya.
Rasa panas yang Angelina rasakan bukan hanya di pipi aja, melainkan juga pada hatinya. Dia segera pergi dari kamar Erlangga dan menatap sinis ke arah gadis tersebut sembari memegangi pipinya yang terasa perih.
Setelah Angelina keluar dan membanting pintu dengan keras, Grael menatap Erlangga yang masih mematung memegang tanganya. Dia mencoba untuk melepaskan cengkraman dari tangan pria tersebut tapi kini dia justru mendapat tatapan yang menakutkan.
"Lepasin, gak?" pinta Grael yang membalas tatapan sinis ke Erlangga.
Erlangga nampak tidak percaya dengan keberanian yang ada pada gadis itu, di saat wanita lain kagum, dan sangat mengidolakan dia. Gadis itu justru berbeda dari wanita lainnya.
Sorot mata yang tidak kenal takut, sorot mata yang membuat Erlangga semakin menyukai cara pandang unik pada gadis tersebut. Erlangga menyunggingkan senyum tipisnya lalu perlahan mendekat ke wajah Grael.
Semakin dekat, semakin membuat Grael menjadi gugup. Debaran jantung Grael semakin berdegup kencang saat Erlangga melihat ke arah bibirnya, Grael yang kehilangan keseimbangannya akibat memundurkan tubuhnya kebelakang, menarik tengkuk leher Erlangga agar tidak terjatuh. Namun, perkiraan Grael salah.
Tubuh mereka pun terjatuh di atas kasur, kini kedua bola mata mereka saling bertemu. Erlangga yang ingin melihat reaksi wajah dari gadis itu terus memancing agar sang wanita masuk ke dalam perangkapnya.
"Permisi, Tuan muda," ucap Pak Ben sebagai asisten pribadinya Erlangga.
”Aakkhh!" teriak Grael mendorong tubuh Erlangga hingga terpelanting.
"Maaf, tuan!" Pak Ben langsung membalikan tubuhnya kebelakang.
"Shitt, tunggu diluar," ucap Erlangga dengan santai.
"Eh ... tunggu, tunggu, biar saya yang keluar." Grael turun dari atas kasurnya dan segera berlari dari sana saat Erlangga hendak memakai baju.
Senyuman Erlangga mengembang, saat melihat tingkah Grael berlari sambil menutupi wajahnya agar tidak melihat dirinya yang ingin memakai baju. Pak Beni senang melihat Tuan mudanya bisa tersenyum kembali setelah sekian lama Erlangga sulit untuk tersenyum.
***
"Wah, gila ... kenapa gue bisa ada di sana?" ucap Grael pada dirinya sendiri saat sudah berada di ruang loker sang kakak.
Grael mengambil baju salin sang Kaka, lalu membuka bajunya. Namun dia baru sadar, saat mau membuka baju yang dia pakai sekarang, berbeda dengan baju yang kemarin.
"Aaaakkkhhh!" teriak Grael dengan kencang, dia langsung menangis ketika pikirannya berargumen tentang kejadian semalam yang dia lalui bersama Erlangga.
Suasana pada loker tersebut bisa dibilang cukup sepi, karena semua staf karyawan hotel berada pada jam kerja, sehingga Grael bisa melampiaskan rasa sedihnya tanpa ada yang mengetahui.
"Gak, gak mungkin! Tenang Grael, loe harus rileks, tarik napas ... buang ... tarik lagi ... aaaakkkhhh! Emak ... maafin Grael, Mak." Grael memukul kepalanya sendiri sembari menangis.
Tidak lama kemudian, Grael keluar dengan baju seragam cadangan sang kakak, dia tidak mau ibunya sampai curiga bila dia pulang dengan pakaian yang berbeda.
Grael melangkahkan kakinya keluar menuju lobby utama, rasa lapar yang dia rasakan terus melanda ketika dia mengingat bahwasannya dia belum makan dari semalam. Grael pun memutuskan untuk membeli makanan yang berada diluar hotel.
Nasi uduk menjadi salah satu menu sarapan yang dia suka, Grael mengantri demi satu bungkus nasi dengan satu teh manis panas. Pada saat dia sedang menunggu antrian, sepasang mata telah mengawasinya dari kejauhan. Orang itu terus memperhatikan Grael yang berpenampilan staf karyawan hotel, sampai akhirnya orang tersebut mengetahui bahwa gadis itu bernama Gracia Anabella.
"Gracia, nama kampungan! Pak Ben, kita balik ke hotel," ucap orang tersebut yang tersenyum melihat wajah Grael.
"Baik, Tuan muda." Pak Ben menjalankan laju mobilnya.
Perasaaan yang tidak sabar ketika ingin mengerjai gadis tersebut menjadi kesenangan tersendiri buat Erlangga, entah mengapa rasanya dia ingin terus sang gadis berada didekatnya dan membuat wanita itu marah sekaligus kesal.
Mobil pun kembali ke hotel, Pak Ben yang selalu sabar untuk menghadapi sikap Tuan mudanya yang berubah-ubah, hanya bisa menjalankan tugasnya.
"Pak Ben? Suruh manager hotel untuk memanggil Gracia menemui saya! Saya ingin dia melayani keperluan saya, selama di hotel ini." Erlangga turun dari mobilnya ketika Pak Ben membukakan pintu mobil.
"Baik, Tuan muda." Pria paru baya tersebut mengangguk dengan senyuman dan menyerahkan kunci mobil pada Valet parking.
"Jam berapa Rio sampai?" tanya Erlangga kepada Pak Ben mengenai sahabatnya sekaligus manager dia.
"Dua jam lagi dia akan tiba, Tuan muda." Pak Ben menekan tombol lift ketika mereka sudah berada di depan lift.
***
Ketukan pintu terdengar oleh telinga Erlangga, senyumnya langsung berkembang ketika dia menebak dibalik pintu tersebut adalah gadis yang sudah dia tunggu.
Erlangga berdiri menghadap jendela besar yang ada di samping tempat tidur, dia sudah tidak sabar ingin melihat reaksi gadis tersebut ketika wanita itu diminta untuk melayaninya segala keperluan dia selama di hotel.
"Permisi, Pak. Saya Gracia Anabella, ada yang bisa saya bantu?" tanya Gracia dengan ramah saat dirinya sudah memasuki kamar Erlangga.
Erlangga berbalik menghadap suara yang sangat berbeda dengan apa yang dia harapkan, ada sedikit rasa kecewa di hatinya ketika dia melihat sosok wanita yang jauh berbeda dengan ekspektasi-nya.
"Pak Ben!" panggil Erlangga kepada asisten pribadi dan langsung dimengerti oleh pria paru baya itu.
To be continued...
Terima kasih sudah membaca karya keduaku ... semoga suka ya ... Jangan lupa tinggalkan jejak komen, like, hadiah, dan votenya ya.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
neni onet
hadeuh salah paham pula, jangan sampe kakaknya baper trus jadi masalah nantinya 😏
2022-12-17
0
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
hais kau salah orang bambang🤣🤣🤣kecewa kan kau
2022-11-07
1
🥀ᴅᴡɪ_ɪᴍᴏᴇᴛ🌿
kadung senyum senyum ternyata salah orang .ngakak aku😂😂
2022-11-01
0