Alarm pada ponsel Grael berbunyi, dia mematikan suara tersebut dan bergegas untuk pergi ke kamar mandi. Pagi ini Grael sangat tidak bersemangat untuk memulai harinya dengan senyuman, rasanya enggan untuk berangkat ke sekolah saat mengingat dirinya pernah tidur di hotel bersama Erlangga.
Semua isi kamar Grael yang terdapat poster, stiker dan segala jenis barang yang terdapat gambar Erlangga Louise dipindahkan dalam satu kotak box ukuran besar dan disimpan dalam kolong tempat tidurnya.
"Astaga! Kenapa masih ada sih?" Grael menggosok stiker di kaca wastafel.
Perasaan Grael benar-benar berubah 180° celsius dari ngefans sampai akhirnya berubah menjadi benci, rasanya ingin sekali menusuk orangnya seperti dia menggosok striker wajah Erlangga dengan sikat gigi yang sudah tidak terpakai.
Grael mencoba mengingat-ingat kembali kejadian kemarin malam, apakah dirinya benar-benar melakukan hal seperti itu dengan Erlangga atau tidak. Untungnya saat Grael tidak pulang semalaman, Ernata dan Veby mau bekerja sama dengan dia, sehingga sang ibu tidak terlalu curiga dengan dirinya.
"El, udah bangun belum? Hayo bangun, sekolah!" teriak sang ibu yang menggedor pintu kamar Grael.
"Iya, Bu! Grael udah bangun, bentar lagi turun." Grael langsung bergegas mandi dan meninggalkan stiker yang susah untuk dihilangkan.
Beberapa menit kemudian, saat dirinya sudah siap untuk berangkat ke sekolah, dia memilih untuk sarapan terlebih dahulu bersama ibunya. Sangat jarang Grael bisa makan bersama dengan sang kakak karena Gracia memilih untuk ngekos bersama teman satu kerjanya.
"Bu, Grael berangkat Sekolah dulu ya," ucap Grael sehabis sarapan.
"Iya, hati-hati di jalan," ucap sang ibu yang bernama Larisa dan dijawab oleh Grael. "Iya, Bu."
Grael pun naik angkutan umum untuk sampai di tempat sekolahnya, saat dia sedang menunggu di halte bus sekolah. Mata Grael tertuju pada sosok laki-laki yang sudah dia kenal selama ini, yang sudah membuatnya merasakan debaran cinta untuk pertama kalinya.
Dia adalah Rangga Louis, cinta pertama Grael. Seorang laki-laki yang memiliki paras rupawan dan memiliki jiwa sosial, berteman tanpa memandang status. Sosok laki-laki yang menjadi incaran setiap wanita.
"Lebak halus, lebak halus, lebak halus, ayo, ayo ... berangkat!" teriak supir kenek untuk memanggil para penumpang ketika sudah tidak ada yang ingin naik.
"Eeehhh ... bang, tunggu!" Grael tersadar dari lamunannya ketika suara teriakan kenek begitu nyaring di telinga.
Grael yang mencoba mengejar bus tersebut, hanya bisa pasrah saat bus sudah semakin menjauh.
"Aakhh, gara-gara ayang beb nih!" umpat Grael pada dirinya sendiri hanya karena melihat orang yang mirip dengan Rangga.
***
SMK Pemersatu Bangsa.
Suara bel masuk sekolah terdengar jelas di telinga para murid yang sudah berada di dalam area sekolah, semua murid langsung pada masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Terdapat pula siswa yang terlambat datang sekolah, termasuk Grael dan juga beberapa anak murid lainnya.
"Bew, liat noh ... si Grael telat lagi." Veby melempar kertas ke arah Ernata.
"Udah biasa, gak heran gue! Kalau gak telat, bukan Grael namanya," sahut Ernata.
"Iya, bener juga loe." Veby tertawa mendengar ucapan sahabatnya.
Ungkapan kata Bew adalah kata panggilan mereka sebagai bestie, persahabatan mereka terjalin ketika mereka baru mengenal satu sama lain saat masa-masa MOS di sekolah tersebut.
Di sisi lain.
Semua anak-anak yang terlambat datang ke sekolah, dikumpulkan di lapangan. Mereka disuruh berbaris dan membuat penyataan untuk tidak datang terlambat lagi ke sekolah dengan mengucapkan secara keras dan lantang.
'Astaga, mana gue doang cewek sendiri! Malu ... njir!' ucap batin Grael yang berdiri baris urutan ke dua.
Pak guru langsung menyuruh anak murid yang paling pinggir untuk memulai terlebih dahulu, kemudian dilanjut berikutnya. Sebelum hukuman jatuh ke urutan Grael, Pak kepala sekolah datang terlebih dahulu untuk memanggil anak baru agar tidak dihukum karena hari pertama dia masuk ke sekolah.
"Pak gak adil, Pak! Huuu!" protes semua anak murid lainnya yang merasa cemburu.
"Tahu ih, Bapak ih ... kalau gitu, saya juga anak baru Pak," celetuk Grael.
"Anak baru apanya?" tanya Pak kepala sekolah.
"Anak baru saya, Pak! Baru ... baru masuk, tadi telat," jawab Grael yang membuat anak murid dan guru sekaligus kepala sekolah ikut tertawa.
"Kamu mah, telat menyadari cintaku, Yank." Salah satu anak murid cowok yang menggoda Grael.
"Jiaaahh!" sorak semua anak murid lainnya, sontak membuat lapangan menjadi ramai.
"Eh ... sudah, sudah, sudah. Yang lain lanjutkan hukumannya, Rangga ikut saya!" Pak kepala sekolah tertawa melihat tingkah anak muridnya, walaupun ada rasa kecewa bagi siswa yang datang terlambat.
'Ah, siapa tadi? Rangga!' batin Grael terkejut melihat anak baru yang lewat dihadapannya.
Rangga tersenyum ke arah Grael dan mengedipkan matanya saat dia melewati gadis itu, lalu berlalu mengikuti langkah kaki Pak kepala sekolah ke ruangannya.
'Astaga! Serius, itu Rangga? Ya ampun ... image gue langsung anjlok,' keluh Grael dalam hati.
***
Kelas XI-A.
Selesai menerima hukuman, Grael masuk kembali ke dalam kelas, teman-temannya langsung menyambut kedatangan Grael dengan tawa dan canda. Grael pun duduk di samping Ernata.
"Ciee, selamat ya Bew ... yang menjadi cewek tercantik di antara siswa lainnya yang telat," ledek Ernata kepada Grael sembari tertawa.
"Malu ... cuy!" Grael menutupi wajahnya dengan tas
"Kapok gak, kapok gak?" timpal Veby yang duduk di belakang Ernata.
"Kapok," rengek Grael kepada kedua sahabatnya.
Kedua sahabat Grael tertawa melihat raut wajah temannya yang menyesal datang terlambat, mereka langsung terdiam saat guru masuk dan memulai jam pelajaran yang kedua.
Suasana di dalam kelas menjadi hening, saat guru killer yang mengajar matematika mulai membuka suaranya untuk memberikan materi kepada anak muridnya.
Dua jam kemudian, jam bel istirahat berbunyi, pelajaran pun telah usai. Semua murid di dalam kelas langsung menarik napasnya dalam-dalam untuk menetralisirkan saraf mereka yang terasa tegang.
"Aahhh, berasa belajar di ruang horor, gue," celetuk Veby saat sang guru sudah keluar dari kelas.
"Lah, gue ampe nahan napas," timpal Ernata.
"Ngeluh aja loe pada, kantin yuk! Laper gue." Grael berdiri mengajak ke dua sahabatnya.
Mereka berjalan bersama menuju kantin sekolah, saat mereka tengah asik bercanda melewati lapangan. Mereka melihat begitu ramai anak murid perempuan di sisi lapangan.
"Tumben, jam istirahat lapangan rame. Ada apa sih?" tanya Ernata yang penasaran.
"Ada yang jual tali kollor kali." Grael menjawab pertanyaan Ernata dengan asal.
"Eh ... dodol, ngelawak aja loe," ucap Ernata yang tertawa mendengar celetukan temannya.
"Biasa ... ada anak baru cowok, kelas dua B," jawab salah satu anak murid perempuan yang ikut menonton bola basket.
"Yang mana sih orangnya?" tanya Veby dengan semangat.
"Weeh, yang ganteng aja loe gercep." Ernata mengusap wajah Veby sembari tertawa.
Veby hanya tertawa mendengar ungkapan dari sahabatnya, matanya sembari mencari anak baru yang menjadi booming seantero sekolah, ketika matanya sudah melihat wajah yang membuat kaum siswi meleleh, dirinya menjadi salah tingkah.
"Eh ... busyyeed dah, ganteng bener." Veby melihat Rangga tanpa berkedip saat anak baru itu sedang duduk bersama teman-temannya di tengah lapangan, usai selesai pelajaran olahraga.
Grael yang melihat ke arah Rangga sedang meminum air di botol, membuatnya menjadi semakin gugup. Perasaan yang dulu dia pendam hanya sebatas mengagumi dari jauh, kini harus terulang lagi, walaupun begitu. Grael tetap bersyukur kalaupun dia harus memendamnya lagi dan hanya mencintai dalam diam.
Beberapa saat, ketika Grael terus melihat ke arah Rangga, kedua mata mereka saling bertemu, dan pada saat itu juga Rangga mengedipkan mata untuk kedua kalinya saat mereka bertemu kembali.
Suara riuh dari siswi yang melihat Rangga mengedipkan mata menjadi semakin ramai, semua siswi melihat sorot pandang Rangga yang menuju ke arah Veby, sontak membuat Veby menjadi percaya diri.
"Ciiee ... Veby," sorak semua siswi yang melihat ke arah Veby.
Rangga yang tahu ada kesalahpahaman, dia bangun dari duduknya dan ingin menghampiri Grael, tapi dengan cepat Grael menarik kedua temannya untuk segera ke kantin.
Selepas mereka sampai di kantin, mereka pun memesan makanan dan duduk menunggu pesanan mereka datang. Pada saat mereka baru duduk, tiba-tiba Anjas datang mendekati mereka bersama kedua temannya.
"Boleh gabung kan?" tanya Anjas yang sudah duduk di depan mereka bersama teman-temannya usai pelajaran olahraga.
Perasaan Grael semakin tidak menentu saat Anjas datang bersama Rangga dan Irfan. Aroma keringat dari tubuh mereka yang usai berolahraga, menjadi ciri khas mereka sebagai cowok dengan parfum yang mereka gunakan. Irfan yang memilih duduk di samping Grael sedangkan Rangga memilih untuk duduk berhadapan dengan Grael.
"Udah pada pesan?" tanya Irfan yang bertanya kepada semua teman cewek tapi arah matanya melihat ke arah Grael.
"Udah," jawab teman-temannya Grael.
Grael tidak menjawab pertanyaan dari Irfan, dia memilih untuk fokus membaca isi pesan dari orang yang tidak dikenal.
"Siapa sih?" Irfan langsung mengambil ponsel Grael dan melihat isi pesan tersebut.
"Irfan, ih!" kesal Grael kepada Irfan dan sang empu hanya tertawa.
"Irfan iseng, aja!" Veby merebut ponsel Grael dari tangan Irfan, lalu memberikannya kepada sahabatnya itu.
"Kalian berdua pacaran?" tanya Rangga dengan spontan.
"Gak!" jawab Grael dengan cepat dan lantang.
Semua menjadi terdiam, ketika Grael begitu semangat membela dirinya untuk memberitahu kepada Rangga soal hubungan mereka.
"Sebentar lagi," jawab Irfan sembari merangkul Grael.
"Apaan sih, Fan." Grael menepis tangan Irfan dari pundaknya, dia melanjutkan membaca isi pesan dari orang asing tersebut yang memberitahu bahwa dia sudah membawa kabur baju yang seharga ratusan juta dan harus dikembalikan malam ini juga kepada Erlangga.
Wajah Grael langsung berubah menjadi pucat ketika membaca isi pesan tersebut, ternyata dari orang yang dia benci. Grael langsung memasukan ponselnya kembali saat pesanan mereka sudah datang.
"Kenapa, bew?" tanya Ernata.
"Ah, hah. Gak apa-apa, kita makan," jawab Grael yang langsung menyantap makanannya.
Rangga terus memperhatikan gelagat aneh pada Grael, wajah gadis itu terlihat menahan emosi ketika mendapat begitu banyak pesan notifikasih, sehingga membuat Grael tersedak dan meminum es cappucino milik Rangga tanpa dia sadari.
"Bew, loe salah minum." Vebby memberitahu kepada Grael.
"Uups, sorry." Grael memasang wajah melasnya sebagi permintaan maaf.
Grael sangat malu ketika Rangga terus menatap ke arahnya yang sudah menenggak minumannya di atas bekas bibir Rangga, hanya kata-kata itu yang dia keluarkan. Tiba-tiba, bel masuk pun berbunyi tepat ketika semua pada selesai makan.
"Uda gak apa-apa," ucap Rangga yang langsung menenggak habis minuman sisa yang diminum oleh Grael, lalu mengajak kedua temannya untuk masuk ke dalam kelas. "Njas, Fan, masuk yuk!"
To Be continued...
Terima kasih sudah membaca cerita Grael, semoga suka ya..
Jangan lupa juga untuk like, komen, hadiah, dan votenya ya..
Salam sayang untuk kamu sobat readers.😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
kanapa nn kalian hampir mirip ya... Erlangga n Rangga🤭🤭🤭bakalan seru ini mah ada saingan buat dapetin Grael
2022-11-07
1
🥀ᴅᴡɪ_ɪᴍᴏᴇᴛ🌿
kakak adek tertarik pada 1 perempuan yang sama..smoga tidak sampai gelud
2022-11-01
0
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Apa mungkin Rangga masih ada rasa sama Grael ya 🤔🤔🤔
2022-11-01
2