"Sa...sayang " Panggil Damar terbata. Ambar tidak bereaksi.
"Sa...yang." Panggil Damar lagi, kali ini dengan suara lebih keras. Ambar menoleh ke arah Damar, lalu dia bangun dan menghampiri suaminya, karena ikatan tangan dan kakinya sudah dilepaskan penjahat itu saat dia melakukan penyatuan ditubuhnya.
Hati Damar benar-benar sakit melihat wajah istrinya malam itu, rambutnya acak-acakan, ada air mata disudut matanya dan banyak tanda merah ditubuhnya, yang jelas-jelas bukan perbuatan Damar.
Ambar membuka ikatan Damar dengan gunting yang dia ambil dari laci, tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan saat Damar mengajaknya bicara, Ambar sama sekali tidak merespon, membuat rasa bersalah Damar semakin menjadi.
Setelah ikatan Damar berhasil dibuka, Damar langsung memeluk istrinya sambil menangis dan terus meminta maaf, tapi Ambar tetap tidak merespon. Ambar melepaskan pelukan Damar.
"Aku mau mandi." Ucapnya datar sambil beranjak ke kamar mandi, tanpa mempedulikan Damar.
Damar semakin takut kalau istrinya itu benar-benar mengalami trauma, dan mungkin marah kepadanya, karena tidak bisa menyelamatkannya dari penjahat itu. Dia berdiri lalu berjalan menyusul Ambar, menawarkan diri untuk membantunya mandi. "Aku bisa sendiri." Tolak Ambar, tanpa membalikkan badanya.
Damar semakin menyesali dirinya yang tadi tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan istrinya. Rasa sakit ditubuh Damar tidak sebanding dengan luka dihatinya. apalagi saat melihat tubuh istrinya penuh tanda kepemilikan orang lain, membuatnya semakin merasakan sakit.
.
.
Esoknya, Damar membuang ranjang dan kasur yang ada dirumahnya. Menyuruh pelayan membakarnya saat itu juga. Para pelayan diminta membersihkan kamar itu, juga memindahkan barang-barang miliknya dan milik Ambar ke kamar lain. Dia tidak ingin lagi tidur dikamar itu.
Ambar melarang Damar yang ingin melaporkan kejadian tadi malam pada polisi. "Kenapa sayang?." Tanya Damar.
"Kalau kita melaporkanya pada polisi, bisa-bisa semua orang tahu, kalau aku telah dinodai oleh perampok yang datang ke rumah kita. Mau ditaruh dimana mukaku mas?. Aku akan sangat malu." Jawab Ambar.
"Baiklah kalau itu mau kamu, aku tidak akan lapor polisi. Tapi aku akan tetap mencari mereka dengan caraku. Dan aku tidak akan pernah mengampuni mereka, saat aku menemukanya."
"Itu lebih baik. Dan jangan lupa beritahu aku, kalau kamu menemukan mereka." Sahut Ambar.
Kejadian malam itu benar-benar sudah direncanakan dengan matang dan profesional. Damar sangat yakin penjahat itu benar-benar mengetahui keadaan rumahnya. Bahkan kamera pengintai yang dipasang hampir di semua sudut rumah tidak ada yang menyala sama sekali.
Semua pembantu dan satpam rumah tidak sadarkan diri sampai jam 8 pagi. Memang tidak ada barang berharga mereka yang hilang, kecuali kehormatan istrinya yang jauh lebih berharga dari segalanya bagi Damar.
Damar menyewa dua orang detektif untuk mengungkap kasus ini. Dia ingin sekali melihat wajah baj*ngan yang berani meniduri istrinya.
Sejak kejadian itu, Ambar jadi pendiam dan sedikit dingin kepada Damar. Dia tak sehangat dan seceria dulu, bahkan terkesan seperlunya. Ambar juga sering melamun sendirian. Bahkan Ambar tidak menanyakan keadaan Damar yang juga mengalami luka ditubuhnya. Ini bukan Ambar yang dia kenal, tapi Damar mengerti, mungkin Ambar kecewa padanya.
Dengan sabar Damar terus berusaha mendekati Ambar, dan terus meminta maaf. Dia juga sering membelikan Ambar hadiah dan kejutan untuk mengambil hati istrinya, dan usahanya berhasil.
Perlahan senyum manis Ambar kembali terlihat, dan sikapnya juga mulai menghangat. Hanya saja saat bercinta di ranjang, Ambar yang biasanya agresif, kini seolah tidak terlalu menikmati permainan Damar.
Mungkin dia masih trauma. Batin Damar.
Damar tidak tahu kalau saat ini istrinya itu sedang memikirkan sesuatu. Iya, dia memang masih teringat kejadian malam itu, malam dimana dirinya diperkosa oleh dua penjahat sekaligus. Ambar bingung sendiri saat ini, karena terus saja mengingat malam itu.
Saat penjahat itu menidurinya, terus terang saja jauh di lubuk hatinya, ada sesuatu yang berbeda yang dia rasakan, dan itu tidak dia dapatkan dari suaminya Damar.
Tidak hanya penjahat itu saja yang merasakan kepuasan dan kenikmatan, tapi dia sendiri juga merasakannya. Dia akui penjahat itu benar-benar hebat dan sangat kuat, membuatnya sampai berkali-kali, dan itu tidak pernah terjadi saat dia bercinta bersama Damar.
Kenapa rasanya aku menginginkannya lagi. Ya Tuhan...ini benar-benar gila. Batin Ambar.
Ambar menyadari ada yang salah dengan dirinya. Sejak malam itu, Ambar belum kedatangan tamu bulanannya. Dia iseng membeli testpack, walau dia tahu, dia tidak mungkin hamil, karena masih ber-kb. Ambar hanya ingin memastikan saja. Namun kenyataanya, dia benar-benar sedang hamil, membuatnya sangat shock.
Tidak....aku tidak mungkin hamil. Aku tidak mau hamil sekarang.
Ambar masih bingung dan tak percaya, kenapa dia bisa hamil, padahal masih mengikuti progam kb. Untuk lebih meyakinkannya, dia sampai membeli alat tes kehamilan dalam jumlah cukup banyak, dan hasilnya tetap sama, dia positif hamil.
Ambar pergi ke dokter kandungan, dan dokter itu mengatakan kalau Ambar memang sedang mengandung.
"Selamat nyonya!! Anda memang sedang mengandung dan usia kandungan anda baru tiga minggu." Kata sang dokter.
Ambar yang merasa belum siap hamil, berencana akan menggugurkan kandungannya. Selain karena dia belum siap, alasan lainya adalah Ambar takut kalau benih yang tumbuh di rahimnya bukan anak Damar, tapi anak penjahat itu.
Tekat Ambar untuk menggugurkan kandungannya sudah bulat. Dia membeli obat-obatan yang katanya bisa menggugurkan kandungan.
"Mumpung baru tiga minggu." Gumamnya lalu meminum beberapa pil yang dia dapatkan dari toko online.
Dua hari kemudian, dia mengalami pendarahan. Ambar senang karena usaha untuk menggugurkan kandungannya berhasil
Tidak ada satu orang pun yang tahu kalau dirinya pernah hamil, bahkan suaminya sekalipun.
Kejadian dikamar itu sudah lama berlalu, namun detektif yang Damar sewa belum bisa mengungkap kasus itu, membuat Damar sangat geram. Tapi kemarahannya terobati karena Ambar istrinya sudah kembali seperti dulu, sikapnya kembali manis membuat Damar sangat bahagia.
"Mereka sepertinya memang sangat profesional pak Damar. Maafkan saya karena belum bisa melacak mereka. Tapi saya janji saya akan terus menyelidikinya. Saya merasa tertantang memecahkan kasus ini." Kata detektif itu."
"Baguslah kalau begitu. Informasi sekecil apapun yang kamu dapat, secepatnya beritahu aku."
"Siap pak Damar."
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
18 bulan kemudian.
Rumah tangga Ambar dan Damar sudah berjalan dua tahun lebih. Kedua orang tua mereka sudah mulai meminta cucu, terutama keluarga Ambar. Damar meminta istrinya melepas kb. Ambar setuju, karena dia juga sudah bosan mendengar permintaan orang tuanya tentang cucu. Lagipula dia kini sudah sangat menginginkan kehadiran seorang anak.
Sudah enam bulan Ambar melepas kb-nya tapi belum ada tanda-tanda kehamilan.
"Kamu harus minum obat ini Ambar, biar subur." Titah ibunda Ambar yang sudah sangat menginginkan cucu.
"Aduh mama, gak usah berlebihan gitu kenapa sih?. Aku baru lepas kb 6 bulan lho mah. Mama tenang aja sebentar lagi aku pasti hamil kok." Ucap Ambar.
"Enam bulan itu lama Ambar. Dulu mama lepas kb langsung hamil kok. Kamu dan suami kamu udah periksa kan?. Kalian berdua sehat-sehat aja kan?. Periksa ah, mama takut kamu gak subur lagi."
"Ya ampun mama. Aku bilang mama tenang aja, aku yakin aku subur kok."
Mama nggak tahu aja kalo aku pernah hamil. Batin Ambar.
"Mama gak mau tahu, pokoknya kalian berdua periksa ke dokter yah!! Pastiin kalian berdua benar-benar subur." Pinta bu Riyanti ibunda Ambar.
"Iya mah, nanti aku ajak mas Damar periksa." Jawab Ambar.
Tak hanya bu Ranti yang meminta Damar dan Ambar memeriksakan diri mereka, tapi juga bu Sekar, ibunda Damar.
.
..
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Dianherlina Siswoyo
mampir Thor 🙏
2022-09-15
1
Nur Siti
seru juga ceritanya
2022-04-15
3
R e n o l
masih nyimak
2022-04-11
2