Dirumah kontrakan Ayu.
Ayu sedang menangis di kamar mandi kontrakannya. Saat ini dia sama sekali tidak punya uang untuk membeli susu untuk anak kembarnya yang baru berumur 7 bulan. Sejak melahirkan sampai sekarang, air susunya tidak juga keluar, hingga dia terpaksa memberikan susu formula kepada anak kembarnya.
Penghasilan Ridwan yang tidak menentu, membuat kehidupan mereka semakin sulit dan serba kekurangan. Seperti saat ini, dia hanya mempunyai uang tiga puluh ribu rupiah di dompetnya. Sepuluh ribu dia berikan pada suaminya Ridwan untuk membeli bensin, karena dia tidak mungkin membiarkan suaminya pergi tanpa membawa uang sepeser pun.
Kini tersisa dua puluh ribu di dompetnya, sementara beras dan susu anaknya sudah habis. Dia bingung harus bagaimana. Mau di taruh dimana mukanya, kalau dia harus meminjam uang lagi kepada bapak atau bu Yanti, tetangganya.
Ayu tahu, bapaknya baru saja mengirimkan uang pada adiknya dikampung, dan itu juga tidak seberapa, mengingat penghasilan bapaknya yang juga tidak menentu, sama seperti suaminya.
Uang simpanan dan mas kawinnya juga habis dipakai untuk biaya rumah sakit saat dia melahirkan si kembar. Kini Ayu bahkan sudah tidak memiliki handphone, karena dia menjualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berulang kali Ayu mengajak Ridwan kembali ke kampung halaman Ayu, tapi Ridwan tidak mau.
Ayu putuskan untuk membelikan uang itu beras sebanyak satu kilo. Dia mencucinya, dan menyaring air beras tersebut. Ayu lalu menanak nasi, sedangkan air beras tadi dia panaskan sampai mendidih, lalu menambahkan sedikit gula aren yang tersisa di dapur. Setelah cukup hangat, air beras tadi dia masukan kedalam dot, lalu memberikannya kepada dua anaknya yang sudah menangis meminta susu mereka.
Air mata Ayu tak hentinya menetes saat dia memberikan susu palsu itu pada anaknya. Apalagi saat anaknya menolak meminumnya. Dengan sabar Ayu terus berusaha memasukan empeng dot itu ke mulut anaknya agar mereka meminum susu racikannya itu, hingga akhirnya mereka pun meminumnya sampai habis, dan kedua anaknya tertidur pulas.
Air matanya semakin mengalir deras menatap kedua anaknya yang tertidur pulas dengan tangan yang masih memegang botol susu.
Dia merasa sangat bersalah pada kedua anaknya. Tak hentinya dia meminta maaf sambil terus menciumi wajah malaikat kecil yang lucu itu. Dia juga berdoa semoga anaknya baik-baik saja, setelah meminum susu racikannya.
Tok....tok...tok... "Assalamualaikum."
"Wa alaikum salam!!. Abang kok udah pulang?. Apa handphone abang ketinggalan lagi?." Tanya Ayu, sembari mengusap air matanya.
"Enggak." Jawab Ridwan lemas.
"Terus kenapa? Kok tumben abang pulang jam segini?. Abang sakit?. Atau abang lapar?. Mau aku ambilkan makan?." Tanya Ayu.
"Ban motor abang pecah Yu." Jawab Ridwan.
"Pecah ban?. Ya udah tambal aja di bang Samsul di depan sana."
"Abang udah tambal tadi ditukang tambal ban lain."
"Terus sekarang apa masalahnya?. Kenapa abang gak narik?." Tanya Ayu, membuat Ridwan tertunduk lemas, Ayu melihat lelehan air mata disudut pipi suaminya, membuatnya merasa sangat iba kepada pejuang nafkahnya itu.
"Ada apa bang?. Cerita sama aku." Tanya Ayu sambil memegang bahu suaminya.
Ridwan pun menceritakan apa yang baru saja dia alami. Saat ban motornya pecah, Dia membawa motornya ke tambal ban terdekat. Tukang tambal ban itu lalu menambalnya.
"Berapa bang?." Tanya Ridwan.
"Tujuh belas rebu." Jawab si penambal ban.
Ridwan tergugu mendengar nominal yang disebutkan si penambal ban tadi. Pasalnya hanya ada uang sepuluh ribu di dompetnya, uang yang diberikan istrinya tadi.
"Maaf bang!! Boleh kan saya bayar sepuluh ribu dulu?. Sisanya saya bayar pas nanti saya udah dapet penumpang."
"Apa kau bilang?. Maksud kau, kau mau ngutang?." Tanya penambal ban itu dengan nada tak suka.
"Iya bang. Tapi saya janji, begitu saya dapet penumpang, saya balik lagi kesini buat bayar sisanya. Dompet saya ketinggalan dirumah."
"Enak saja kau ngomong. Kau pikir aku bodoh?. Kau pikir bayar tambal disini bisa dicicil?. Pergi saja kau dari sini, jangan datang kesini lagi kalo kau tak punya duit. Aku udah hafal bau modus penipu macam kau ini.
Kalau aku tau kau tak ada duit, gak bakalan aku tambal ban motor kau itu." Tukang tambal ban itu terus menggerutu, dan lama-lama menghina Ridwan. Menyebutnya miskin dan penipu. Namun demikian si penambal ban itu tetap mengambil uang sepuluh ribu yang diberikan Ridwan.
Semangat Ridwan langsung patah saat itu. Dia sadar, semua yang dikatakan tukang tambal ban itu benar. Ayu menghibur dan menyemangati suaminya, agar dia kembali pergi mencari penumpang. Karena kalau sampai Ridwan tidak pergi narik sehari saja, darimana mereka akan makan atau membeli susu untuk si kembar.
"Maafkan abang Yu, abang belum bisa bahagiain kamu dan anak-anak kita. Abang janji, abang akan berusaha membahagiakan kalian." Kata Ridwan lalu dia pergi.
Ayu benar, seharusnya dia tidak boleh patah semangat. Dia harus ingat ada si kembar dan istrinya yang harus dia nafkahi. Ridwan menyesal karena sempat terbawa perasaan oleh omongan si tukang tambal ban tadi.
Ridwan langsung mendatangi tukang tambal ban tadi begitu dia dapat penumpang.
"Ini bang, sisanya." Ujar Ridwan sembari memberikan satu lembar uang pecahan sepuluh ribu. "Maaf saya gak bermaksud mencicil, tapi tadi dompet saya memang ketinggalan.
Sekali lagi terimakasih karena abang sudah membantu saya. Dan asal abang tahu, saya bukan penipu." Ucap Ridwan lalu pergi, meninggalkan tukang tambal ban yang diam mematung ditempatnya.
Semakin hari kehidupan ekonomi Ayu dan Ridwan semakin sulit. Ayu pernah memikirkan untuk kembali bekerja, tapi siapa yang akan mengasuh si kembar?. Dia memutar otak memikirkan cara bagaimana dia bisa mendapatkan uang tanpa harus meninggalkan anaknya.
Akhirnya Ayu memutuskan untuk jadi seorang buruh cuci. Dengan begitu dia bisa mendapatkan uang tanpa harus meninggalkan anaknya. Ayu membawa baju kotor yang akan dia cuci kerumahnya, setelah kering dan disetrika Ayu lalu mengantarkannya kepada sang pemilik.
Sejak Ayu menjadi buruh cuci, kehidupan ekonominya sedikit lebih baik. Dia tidak lagi harus membuat susu palsu dari air beras untuk kedua anaknya.
...
Kembali kepada Damar dan Ambar.
Hari itu Ambar mengajak Damar pergi memeriksakan diri mereka ke dokter, tapi Damar tidak mau. Dia yakin mereka berdua sehat.
"Sayang, kamu jangan terlalu terbebani oleh ucapan orang tua kita yang menginginkan seorang cucu. Aku sangat yakin kita berdua baik-baik aja kok. Mungkin belum saatnya aja." Ucap Damar.
"Mas, kamu tahu sendiri kan, kalo mamaku pengen banget segera punya cucu dari kita?. Dan sebenernya, aku juga sudah siap dan sudah pengen punya anak dari kamu. Lagian apa salahnya sih kalo kita periksa?. Atau jangan-jangan kamu bener mandul lagi." Goda Ambar.
"Apa?? Kamu bilang apa sayang? Aku mandul?. Gak mungkin lah aku mandul, kamu kali yang mandul." Balas Damar sambil mencubit pelan hidung istrinya.
"Kalo bener aku mandul gimana?. Apa kamu akan ninggalin aku?." Tanya Ambar dengan wajah serius.
"Hey!! Jangan baper sayang. Aku cuma bercanda kok." Jawab Damar.
"Jawab aku mas Damar!! Apa kamu akan ninggalin aku, kalo seandainya aku mandul?." Tanya Ambar lagi, memancing Damar. Dia hanya ingin tahu jawaban Damar, karena Ambar tahu betul dirinya tidak mandul. Buktinya dia pernah hamil kan.
"Tidak akan pernah. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sayang. Ada atau tidak ada anak, bagiku yang terpenting adalah kamu. Aku ingin hidup sama kamu. Aku sangat mencintai kamu." Jawab Damar sungguh-sungguh.
"Benarkah?. Aku seneng banget dengernya. Kalo gitu kamu mau kan periksa sama aku?. Kita buktikan sama mama kalau kita berdua ini memang tidak mandul. Kamu mau kan sayang?." Tanya Ambar.
"Oke. Tapi jangan hari ini ya, aku ada meeting penting hari ini. Besok atau lusa aja ya?."
"Oke pak Damar." Jawab Ambar.
"Kamu tahu mas, aku tuh pengen punya empat anak."
"Oh ya!! Kamu yakin pengen empat anak?. Kamu gak takut ngerasain sakit pas melahirkan?." Tanya Damar.
"Kenapa takut?. Aku tuh lebih takut kalau anak aku nanti sendiri, gak punya saudara yang bisa ditanyain pendapat, diajak curhat, juga kesepian kayak aku."
"Bukanya enak kalo jadi anak tunggal ?. Kasih sayang, perhatian bahkan harta kekayaan orang tua kamu akan jadi milik kamu semuanya." Goda Damar.
Ambar hanya tersenyum mendengar ucapan suaminya,
.
.
.
TBC🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
R e n o l
gak mw su'udzon y..ap damar gak sehat y
2022-04-11
18