Damon pun diam, dan terus mengikuti Bibi menuju dapur. Hatinya masih bertanya-tanya siapa wanita hamil itu, mengapa dia menari-nari dengan berpakaian seksi, apakah dia wanita Tuan Manae?
Ceklek
Pintu dapur pun di buka, karena akses kamar Damon menuju ruang makan hanya lewat dapur.
"Ayo makan!" Terlihat Ujang, Baron DKK sudah duduk di sana, sedang Tuan Manae tidak terlihat, mungkin dia sudah makan duluan, dia kan Bos. Pikir Damon.
"Ayo makan!" Baron mengajak Damon makan.
"Baik Tuan." Damon pun ikut makan malam, hening, tak ada yang berani bicara, wajah mereka terlihat sangar dan menyeramkan, bahkan di antara mereka ada yang mempunyai bekas luka begitu mengerikan. Selesai makan mereka pun berkumpul di ruangan khusus.
"Sebenarnya malam ini kita mau kemana?" Damon bertanya pada Ujang, karena dia merasa,paling kenal,dengan Ujang.
"Kita di larang bertanya, apa pun yang terjadi, cukup lihat dan dengarkan," ujar lelaki itu tegas.
Selesai makan, mereka pun mempersiapkan diri, setelah selesai berkemas, mereka pun berangkat menggunakan mobil box.
Apa ini? senjata tajam? pistol, belati, obat bius.
Damon pun mulai mengerti, pekerjaan macam apa yang telah mengikatnya. Dalam hatinya, dia mulai was-was akan nyawanya sendiri. Dia hanya seorang pencuri kelas Teri, bagaimana mungkin bisa menjadi pembunuh? sia berpikir begitu keras ketika mobil itu berhenti di sebuah hotel. Mereka semua pun berpencar, sementara Damon di suruh mengikuti Ujang sebagai pelaku utama dalam misi ini.
"Kau harus diam tanpa berkata apa pun."
Mereka pun masuk ke dalam gedung hotel tersebut, dengan membawa berkas palsu.
"Maaf, saya harus menyerahkan berkas ini kepada tuan Yura," Ujang berbicara dengan resepsionis Hotel.
"Silahkan Bapak ke ruangan rapat lantai 4, kamar 27Z." Ujar Resepsionis itu.
"Terimakasih." Ujang dan Damon pun segera ke lantai tersebut tanpa ragu, sementara 5 teman lainnya sudah lebih dulu naik.
Ceklek
Suara pintu di buka.
"Ssst, berani berteriak, kalian semua mati." Baron memimpin dan masuk lebih dulu, wajah di ruangan itu sangat tegang.
"Ampun Tuan, ambil saja harta kami, tolong kasihanilah kami!" Salah seorang Bos berlutut di lantai dan memohon ampunan. Baron pun mendekat dan mengambil gambar di sakunya. Dia pun memindai wajah mereka satu-persatu.
"Dia! bawa dia." Laki-laki yang di tunjuk pun menghela nafas dalam dan memejamkan mata sebentar, dia terlihat tenang dan berwibawa. Ujang dan teman-temannya pun membawa Pria tersebut keluar ruangan, namun sebelumnya membekap semua tamu dengan obat bius. Dan sebelumnya mereka juga sudah mempermainkan CCTV, sehingga tidak ada yang berfungsi dengan benar.ada yang di tempel permen karet, ada yang di setel ulang, mereka semua punya keahlian di bidang masing-masing. Mereka pun membawa pria itu ke kamar mandi yang tentu saja CCTV nya juga sudah rusak.
"Tuan Yura, sebutkan satu permintaan terakhirmu?" Baron memberi satu permintaan terakhir.
"Pantang bagiku memohon pada orang seperti kalian, lebih baik mati cuih!" Yura meludah ke wajah Baron, Baron pun sangat geram.
"Ada permintaan atau tidak! kau tetap akan mati! ayo laksanakan!" Ujang pun mendekat, . Dia memasang peredam suara di ujung pistolnya.
Dor
Laki-laki itu terhuyung dan jatuh, kepalanya mengeluarkan darah segar.
"oooh!!!" Damon memekik dan menutup mulutnya dengan ke dua tangannya.
"Ayo kita pergi." Ujar Baron, Damon masih bengong dan menatap mayat di depannya. Hingga akhirnya Ujang pun menarik tangan Damon dengan paksa dan menyeretnya keluar dari gedung itu.
Mereka berpencar untuk menghilangkan jejak. Sesampainya di mobil.
"Apa kalian seorang pembunuh bayaran?" Damon akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa maksudmu, bukankah kau juga?"
"Tidak! aku tidak mau, aku tidak bisa! aku mau kembali."
"Kau sudah bergabung, kau tidak boleh mundur, mundur berarti Mati!" Ucap Baron sangar,
"Kau akan terbiasa nanti," Ucap Ujang lagi. Damon menangis, dia sangat Syok dengan kenyataan ini. Mobil pun melaju menuju luar kota, seperti biasa, mereka akan keluar kota untuk sementara waktu. Sepanjang perjalanan, Damon terus mengutuk nasib takdirnya. Hingga akhirnya dia tertidur.
"Bangun! Damon! Ayo turun!" Ujang membangunkan Damon, karena sudah sampai di gubuk kecil di pinggir sungai.
"Kita di mana?"
"Ayo turun! dan itu, bawa sembako kita untuk keperluan selama disini!" Ujang menunjuk sekarung beras dan telor. Damon pun turun dan membawa barang yang di tunjuk tadi. Sampai di dalam, Damon pun bersandar duduk di dinding kayu rumah, dia meremas rambutnya berulang-ulang.
"Apa Pria tadi mati?" Pertanyaan konyol Damon kepada Ujang yang berbaring di tengah ruangan.
"Menurutmu bagaimana? apakah dia bisa selamat?"
"Tidak."
"Nah, berarti kau sudah tau jawabannya."
"Mengapa kalian melakukan ini?"
"Kami di bayar untuk ini, sudahlah, kalau kau melihat hasil kau akan lupa masalah ini." Ujang pun terlihat memejamkan mata dan mulai mendengkur. Sementara Baron dan yang lainnya sedang mandi di sungai dekat pondokan, karena di gubuk itu tidak ada kamar mandi.
Pagi yang cerah, Ujang Damon dan 3 teman lainnya tampak masih tidur.
Duk
Duk
Duk
"Hey, bangun-bangun, ayo mandi! kita harus mencari makan, ini sudah jam 10 pagi, aku lapar, tidak mungkin kita memasak, kelamaan." Baron yang sudah mandi terlihat segar dan seakan-akan tidak ada beban. Mereka pun bangun satu persatu dan membersihkan diri.
"Damon, ayo kita ke warung mencari Nasi bungkus!" Damon pun walau sudah mandi dia tetap terlihat loyo, wajahnya kusut, matanya kosong. Namun dia mengikuti Ujang, dan naik di bonceng Ujang. Sampai di warung.
"Eeeh Nak Nicol? baru datang? apa kalian baru datang, sepertinya sudah 3 bulan ini tidak pernah berkunjung kesini lagi." Ucap ibu penjaga warung.
ternyata Ujang menyamar sebagai Nicol.
"Iya Bu, kami baru mau mengerjakan proyek di sekitar kota kecil ini." Ucapnya
"Mas ini masih muda, orang baru ya?" Ibu itu pun menunjuk ke arah Damon.
"Iya Bu, dia teman baru kami."
"Ngelamun ya Dek?" Goda ibu-ibu yang juga sedang antri nasi bungkus. Namun Damon tetap diam, otaknya seakan berhenti berfungsi sejak kejadian tadi malam.
"Ini uangnya Bu....ayo Jo!"
Damon pun mengikuti walau di panggil Jo. Mereka memang memalsukan namanya kalau lagi di luar.
"Kita mau ke mana lagi?"
Merasa Ujang tidak membawanya kembali ke markas, Damon lun bertanya.
"Membuang mu? dasar tidak berguna." Ucap Ujang.
"Apa? hey, berhenti!" Namun Ujang terus menjalankan motor bututnya menuju Kota kecil. sampai di depan Bank, barulah dia berhenti.
"..." Damon pun diam saat melihat Bank di depannya. Mereka masuk ke ATM.
Tut
Tut
Tut
Rp. 2.000.000.000(2 Milyar)
Enakkan hidup di dunia Halu, tinggal pencet nominal dan banyakin nol😃.
Ujang pun tersenyum senang, Damon malah bengong.
"Berapa no rekening mu?"
"Aku?"
"Ya kau?"
"Baik, sebentar."
Bla...bla...bla
Damon pun menyerahkan No rekening yang di miliki Adiknya.
tut tut tut
Ujang memencet nominal.
"200.000.000." Gumam Ujang sambil memencet Transferan tersebut.
Damon pun terbelalak saat mendengar Ujang mentransfer uang ke no rekening tersebut.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Asih Lusiana
kok bisa ya.si ujang jd nicol
2024-04-30
0
seru lanjut thoor. mau bikin juga ah kisah begini, laku nggk?
2022-09-13
0
Berdo'a saja
aku mau. bolehhh
2022-06-09
1