Saat ini Cia Yonggan tengah mengemudikan pelan mobil tua miliknya di sepanjang jalur sungai Minjiang. Dari arah belakang terdengar suara raungan sirine mobil ambulance. Dia dan beberapa kendaraan lain menepi memberi jalan mobil ambulance yang melaju kencang itu.
Tak masalah apabila sebuah mobil ambulance yang membawa pasien darurat melaju kencang menuju rumah sakit setempat, namun yang menjadi perhatian bagi Cia Yonggan bahwa di belakang mobil ambulance itu mengiringi setidaknya belasan mobil kelas menengah ke atas. Ditambah lagi arah datangnya iring-iringan itu dari belakangnya, jantungnya langsung berdetak kencang. Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan peristiwa di basemen King Palace Hotel tadi.
Dia masih penasaran siapa sebenarnya pria paruh baya yang menjadi korban pengeroyokan tadi. Bahkan mereka sempat berbalas kata meski tak saling kenal. Maka dia membuntuti iring-iringan itu dari kejauhan. Toh setelah ini dia juga tak memiliki rencana hendak kemana dan akan melakukan apa selain kembali pulang ke rumah dan tidur. Itu sangat membosankan baginya. Sekali-sekali tak apalah, ingin tau urusan orang lain.
Dia terus mengikuti ambulance beserta iring-iringan itu memasuki area rumah sakit umum Nanping dan memarkirkan mobilnya. Cia Yonggan terus memantau pergerakan orang-orang di luar unit gawat darurat itu yang terlihat panik begitu seorang pasien yang diangkut ke luar dari mobil ambulance menuju ke dalam ruang unit darurat. Terlihat beberapa orang ikut mengiringi pasien itu ke dalam, sementara puluhan laki-laki kekar terpaksa menunggu di luar dengan gelisah dan marah-marah.
Tak lama berselang, dari ruangan unit darurat itu keluar seorang laki-laki yang disambut oleh puluhan pria di luar ruangan, sementara pria itu mengisyaratkan mereka untuk kembali ke posisi masing-masing, karena dia memiliki urusan darurat. Puluhan laki-laki itu kembali ke posisinya tanpa berani mengganggu pria itu.
Pria yang baru keluar dari ruangan rumah sakit dengan tergesa-gesa menuju ke pelataran parkir, tepat ke arah dia yang sedang berada di dalam mobil saat ini!
Sejenak dia mengenali bahwa pria yang sedang menuju ke arah mobilnya ini adalah salah satu dari dua orang pria yang dia lihat saat dia bertarung di basemen tadi, Wei Chung.
Dia yang sedang duduk di belakang kemudi langsung mengerutkan tubuhnya ke bawah hingga dia tak bisa terlihat dari luar. Entah mengapa dia mempunyai firasat keberadaannya tak boleh diketahui oleh orang ini.
Saat sudah sampai disini, Wei Chung mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memastikan tak ada orang di sekitar sini, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan smartphone yang sedari tadi bergetar.
Dia mengusap layar smartphonenya untuk menjawab panggilan itu.
"Halo, Master Mo."
"..."
Cia Yonggan tak dapat mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang di seberang telepon.
"Tenang saja, Master Mo. Orang bermarga Gao itu dapat dipastikan tak akan selamat karena keadaannya yang benar-benar terluka parah, ditambah lagi dia kekurangan banyak darah setelah kena tusukan tadi," terdengar Wei Chung menjelaskan keadaan kepada orang itu.
"..."
"Untuk itu kamu jangan khawatir, takkan ada yang akan mengenali Master Mo di kota ini. Orang-orang ku sedang menghapus rekaman CCTV di lokasi kejadian," katanya setelah terdiam sesaat.
"..."
"Tidak. Dia belum memiliki menantu. Usia Mei Gui baru memasuki dua puluh dua tahun pada malam ini," Wei Chung terdengar ingin meyakinkan orang
"..."
"Apa? Apakah ada hal seperti itu?" dia bertanya heran
"..."
"Maksud Master Mo, pemuda yang bertarung dengan mu tadi? Tidak. Aku tidak mengenalinya. Mana ada hal semacam itu!" nada bicara Wei Chung menjadi penasaran.
"..."
"Apakah Master Mo ingin aku membereskannya? Kami bisa menelusuri latar belakangnya. Tak ada satu pun orang yang luput dari pengawasan kami di kota ini," kata We Chung lagi yang membuat Cia Yonggan menjadi gugup dan tanpa sadar menggerakkan sedikit tubuhnya membuat mobil itu sedikit bergoyang.
Wei Chung lalu mengisyaratkan kepada orang di seberang telepon untuk menahan panggilan. Dia mendapati sesuatu yang mencurigakan disini.
"Sssstt.. Tahan sebentar, Master Mo," kata dia dengan setengah berbisik.
Lalu Wei Chung mengintip ke dalam mobil Toyota Corona tua itu melalui kaca mobil. Cukup lama dia mengintip dari berbagai posisi hingga dia berkeliling mobil ini, namun dia tak mendapati keberadaan seseorang di dalam mobil itu.
Kemudian dia kembali mengeluarkan smartphonenya dan ingin melanjutkan perbincangan dengan orang bermarga Mo itu. Namun di saat bersamaan, dia melihat pergerakan orang-orang di depan ruang unit darurat itu yang menjadi riuh menandakan ada perkembangan situasi terhadap pasien yang disebut bermarga Gao. Maka dia buru-buru menyampaikan kepada orang yang dipanggil Master Mo itu.
"Master Mo, sepertinya ada perkembangan disini. Aku harus segera mengakhiri panggilan," kata dia.
"..."
"Baik, aku akan mengabari hasilnya kepada mu nanti. Mengenai pemuda tadi, aku akan terus mengawasinya, sesuai perintah Master Mo. Sampai disini dulu," Wei Chung buru-buru mengakhiri panggilan telepon itu kemudian setengah berlari menuju ke ruang unit darurat.
Setelah Wei Chung pergi, barulah Cia Yonggan kembali duduk di jok belakang kemudi. Hatinya masih kempat-kempit takut ketahuan telah menguping pembicaraan orang meski hal itu dia lakukan secara tak sengaja. Bukan dia yang mencuri dengar pembicaraan Wei Chung, tapi Wei Chung lah yang datang kepadanya untuk memperdengarkan percakapannya kepada Cia Yonggan. Bukankah itu dua hal yang berbeda?
Meski tak ingin mengetahui lebih lanjut, tapi dia tak bisa mengontrol otaknya yang mulai berpikiran liar. Di dalam pikirannya saat ini Wei Chung terlibat secara tidak langsung atas pengeroyokan terhadap pria paruh baya bermarga Gao itu. Aksi pengeroyokan dapat terjadi akibat adanya informasi yang diberikan oleh Wei Chung kepada orang yang dia sebut sebagai Master Mo di telepon tadi. Bahwa Master Mo yang misterius itu adalah pria tinggi kurus yang tadi bertarung dengan Cia Yonggan di basement King Palace Hotel. Dan pria bermarga Gao itu adalah Ketua Perkumpulan Hei Laohu. Wei Chung demi menggulingkan pemimpinnya telah berkolusi dengan pihak lain untuk memusnahkannya!
"Gawat!" seru Cia Yonggan tak ingin mempercayai pemikirannya sendiri.
Namun semakin dia menolak untuk mempercayai ini, semakin nalurinya membenarkannya. Kali ini dia memutuskan untuk pergi saja dari sini. Rasa ingin tahunya terhadap pria bermarga Gao itu hilang begitu saja setelah mengetahui dia adalah pimpinan Perkumpulan Hei Laohu. Bukankah dia harus menghindari orang-orang semacam itu?
Tepat di saat dia hendak menyalakan mesin mobilnya, handphonenya bergetar menandakan panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Dia menjawab panggilan setelah ragu sejenak.
"Halo, Cia Yonggan disini," sapanya.
"Yonggan, ini aku Hao Zhao, dimana kamu saat ini?" terdengar suara seorang pria di seberang telepon yang ternyata Direktur King Palace Hotel, Hao Zhao.
"Direktur Hao, aku... Sedang berada di rumah sakit umum Nanping. Ada apa?" jawab Cia Yonggan sedikit gugup karna tak pernah menyangka dirinya akan dihubungi secara langsung oleh seorang direktur tempat dia bekerja.
"Dengar, apa pun yang telah kamu lihat dan ketahui malam ini di basement hotel, anggap saja kamu tidak pernah melihat. Kamu sudah lancang dengan mencampuri urusan orang-orang sadis penguasa bawah tanah di kota ini. Apabila terjadi sesuatu kepada mu, bagaimana aku harus menghadapi pertanyaan Asisten Jia kelak?" kata Hao Zhao marah.
"Direktur Hao, aku mengerti. Tapi aku hanya kebetulan lewat disitu saat baru pulang kerja malam ini, mereka yang berusaha menyergapku," jawab Cia Yonggan membela diri.
Hao Zhao saat ini hanya bisa berdehem. Memang seharusnya dia tidak menyalahkan Cia Yonggan. Memang dari hasil pantauan di lokasi kejadian pengeroyokan terhadap Gao Li Liang tadi, terlihat para pengeroyok itulah yang berniat untuk membinasakan Cia Yonggan di tempat.
Maka dia berucap dengan pelan. "Hhhh... Sudahlah.. Yonggan. Secepatnya datang ke ruangan ku. Kamu harus segera bersembunyi dari mereka. Tadi si botak Ou Julong sudah melihat rekaman CCTV. Semoga saja dia tidak mencari masalah dengan mu."
"Baik Direktur Hao, aku kesana sekarang juga."
Lalu dia mematikan sambungan telepon kemudian menyalakan mesin mobil dan bersiap-siap memundurkan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit umum Nanping ini. Setelah memastikan tak ada kendaraan yang akan melewati jalur parkir, perlahan dia memundurkan mobilnya. Namun tiba-tiba...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments