...****************...
...Jauh di sana mungkin aku akan bersua...
...paras yang indah di tengah belantara kisah...
...seorang putri yang yang tak pernah terjamah...
...sang pemilik kecantikan sejati yang tak pernah mati...
...elok seperti cindrawasih...
...mempesona seperti merak betina...
...****************...
Pagi yang cerah dalam lingkungan rumah sederhana yang indah. Sudah menjadi kebiasaan tiga manusia penghuni rumah itu bangun pagi. Kebetulan hari itu hari minggu Ayah Doni berada di rumah setelah empat hari berada di luar kota, Doni terlihat biasa saja di hadapan ayahnya yang sedang menyimak koran hangat dan secangkir kopi tanpa gula. Mama Doni sedang di dapur berkemas atas sajian yang telah dia buat. Dan Doni seperti biasa duduk di balkon rumah bermain handphone dan ditemani laptop dan rokok.
Sama sekali tidak ada percakapan diantara mereka sampai sang mama nyeletuk.
"Pa, Doni mau nikah tuh!!" ucap keras Mama Doni dari dapur.
"Wah.. beneran Ma? Doni mau nikah?" sahut Ayah doni setelah mendengar berita dari istrinya.
"Iya Pah, Kemarin sudah mama ceritain pertemuan kita dulu, terus Doni tanya mau menantu seperti apa".
"Doni! Kalau mau tanya tentang cewek-cewek tanya papa sini!" Ayah Doni mengeraskan suaranya sambil melihat Doni yang tetap diam dan tidak merespon sama sekali.
"Malu dia Pah, kalo cerita sama Ayahnya"
"Lahh... Gak gentle banget anak ayah ini"
Doni tetap dengan posisinya tidak ada respon ataupun ikut nimbrung dalam percakapan yang tidak jelas itu. Seperti sebuah suasana yang tidak akan dihadapi oleh sebuah keluarga yang tidak saling sungkan satu sama lain. Doni bersikap demikian bukan berarti dia tidak menyukai atau menyayangi ayahnya, justru dia sangat sayang dengan ayahnya.
Doni sebenarnya memiliki keinginan sendiri dalam menjalani karir atau membangun bisnisnya sendiri namun setelah dipikirkan secara matang Doni mendapatkan kesimpulan bahwa melanjutkan apa yang sudah dibangun ayahnya itu lebih penting. Doni mengurungkan setiap niatnya.
Tiba saatnya sarapan. Tiga penghuni rumah itu menghampiri meja makan yang sudah penuh dengan makanan khas Mama Doni, setiap pagi memang menu andalannya adalah sayur lodeh hangat, tempe goreng dan sedikit sambel kacang atau sampek pecel kesukaan Doni. Sebuah menu sederhana yang jarang ditemui di tengah keluarga kaya.
Sarapan berjalan seperti biasa hening tanpa ada suara senduk dan piring yang saling beradu, tidak ada sendawa, tidak ada suara dari mulut saat mengunyah. Mereka adalah pemegang teguh tradisi jawa saat makan. menghormati orang sekitar dengan tidak bersuara saat makan.
Setelah usai Ayah Doni beranjak duluan, Doni dan Mamanya mengemas piring dan sisa makanan dan membawanya ke dapur.
"Aku punya ide ma!" kata Doni sambil membawa piring kotor bersama ibunya.
"Ide apa Donn?" jawab ibunya.
"Bagaimana kalo Doni merantau? Doni mau mencari sosok wanita yaang akan menemani sisa hidup Doni"
"Terus, siapa yang mau menggantikan ayahmu saat kamu pergi nanti?"
"Hmm... Iya juga! Memang asisten ayah gak bisa ya Ma?"
"Ngawur! memang kamu mau ada kerugian seperti dulu lagi, pas ayahmu nyuruh asistennya untuk ngganti dia?”
"Terus gimana Ma? Doni pengen banget merantau, pura-pura jadi orang biasa terus nyari cewek diluar sana".
"Kebanyakan nonton FTV kamu iyu!"
"Hehehe... Tapi bakal seru banget Ma, kalo Doni punya kisah yang diketahui oleh banyak orang tapi tidak ada yangpernah menjalaninya".
"Ya, terserah kamu kalo begitu, yang penting ibu mau itu adalah seorang cucu. Untuk masalah siapa yang menggantikan kamu ngurus perusahaan ayah, kamu bicara aja dengan ayahmu saja"
Doni hanya mengangguk dan memikirkan apa yang akan dia katakan kepada ayahnya. Bagaimana cara memulai percakapan dengan ayahnya yang tidak pernah dia ajak bicara? Apalagi membahas suatu hal yang serius seperti ini. Karena biasanya Doni akan mengandalkan asisten ayahnya untuk menyampaikan hal-hal penting tentang perkembangan perusahaan namun saat ini situasinya tidak bisa diserahkan kepada asisten ayahnya.
Saya lupa memperkenal kedua orang tua Doni. Mereka berdua adalah sama-sama dari suku jawa yang memilih tinggal di metropolitan Jakarta untuk mengurus bisnis mereka. Nama Mama Doni adalah "Sri Ayu Ningsih" lulusan Akuntansi dari Universitas yang sudah mati sekarang dan Ayah Doni adalah "Salman Ahmad" lulusan SMK yang tidak pernah kuliah. Adapun bisnisnya adalah hasil keringat mereka berdua tanpa ada bantuan ataupun dana dari orang tua Mama Doni. Bukan tanpa alasan, memang seperti itulah yang diinginkan "Pak Salmon" (Nama panggilan yang diberikan oleh para pegawainya karena bisnisnya Pak Salman adalah ekspor masakan siap saji yang terbuat dari ikan salmon) Pak Salman saat melamar Mama Doni, dia memberikan syarat yang tidak masuk akal untuk kedua orang tua Mama Doni. Syarat pertama yang diberikan adalah, dia ingin akad pernikahan dilakukan di atas sebuah bukit dan syarat keduanya adalah tiidak ada ikut campur baik materi maupun benda dalam bentuk apapun. Karena Pak Salman akan bertanggung jawab dalam mengabulkan segala permintaan Ningsih.
Pak Salman bermaksud memenuhi setiap kebutuhan calon istrinya sendiri dan semua itu berjalan lancar dan penuh cobaan. Tidak ada keegoisan didalam syarat itu, kedua orang tua Mama Doni setuju dan Ayah Doni tidak pernah melarang setiap hal selain dua syarat itu termasuk bertamu saat kedua mertuanya itu rindu dengan anak perempuannya. Mereka sangat akrab hingga ajal menjemput kedua mertuanya.
Ayah Doni adalah anak yatim piatu yang telah ditinggal kedua orang tuanya, sebuah kejadian naas yang tidak pernah ia sangka saat itu. Sebuah hal yang paling ia sesali setiap malam. Hanya ketegaran hati dan ketangguhan yang diwariskan dari kedua orang tua Ayah Doni.
Kembali ke cerita Doni yang saat ini sedang duduk dan mengerjakan tugasnya sebagai direktur utama perusahaan. Dengan sesekali menghisap rokok dan mengetik Doni begitu tenang. Balkon yang menghadap ke barat adalah tempat yang bagus untuk bersantai karena tidak terpapar cahaya matahari. Ditambah keindahan halaman rumah yang dipenuhi rumput dan tanaman membuat pagi Doni lebih sejuk dari pagi penghuni ibu kota lainya.
Tak jarang beberapa penjual sayur keliling menyapanya.
"Sayuuuurrrrr!!!".Teriak tukang sayur yang selalu berdandan nyentrik bak artis.
"Sayur". Sahut Doni.
"Jual sayur mas," ucap tukang sayur itu menanggapi ucapan Doni
"Jual mas, tapi sayur Supreme" balas Doni.
"Hahahah, yaudah gak jadi beli, takut hedon! Terlalu hedon nanti gak makan. Hehehe"
"Hahaha, gak apa-apa ya, biar yang masak di rumah makin up to date"
"Hahaha, bisa aja. Ok saya lanjut ya, banyak ibu-ibu yang butuh suplai brokoli buat diet"
"Hahahah, Semoga laris manis yaa"
Tukang sayur itu pergi menjauhi Doni yang masih tersenyum. Entah kenapa sebuah percakapan kecil itu selalu bisa menghibur Doni setiap pagi dan membuat suasana hati Doni menjadi lebih riang.
"Ma, Ayah kemana ya" tanya Doni dari balkon.
"Paling sedang ke angkringan Pak Topa" jawab Mama Doni dari depan televisi.
Pak Topa adalah pemilik angkringan penyedia cemilan pagi khas kampung seperti klepon, ote-ote (bakwan), gimbal jagung dan gimbal tempe. Ada juga kopi dan teh anget tidak lupa juga nasi bungkusan dengan tali kuning adalah yang pedes, tali hijau agak pedes, tali merah gak ada lauknya. hehehehe...
Lima menit setelahnya Doni berkemas dan berniat menemui ayahnya yang sedang ngangkring, ngopi dan merokok.
Dari kejauhan Doni mengamati ayahnya yang sedang cengengesan bersama Pak Topa, tak jarang menyeruput kopi dan nyemil beberapa gorengan. Doni menghampiri ayahnya dan duduk disebelah ayahnya.
"Loh tumben Donn" ucap Pak Topa.
"Iya pak, Lagi pengen kopinya Pak Topa" jawab Doni.
"Onok opo Don?" ujar Ayah Doni dengan logat jawanya.
"Gak onok opo-opo yah" jawab Doni dengan menunduk malu
"Opo-opo piye ikih, aku yo ndak opo-opo!" sahut Pak Topa yang mencoba meniru logat jawa mereka berdua. Semua tertawa mendengar itu, Pak Topa memang orang yang humoris meskipun hanya tukang angkringan namun dia pandai dalam beberapa bahas seperti Bahasa Inggris, Belanda dan Arab tapi dia tidak paham bahasa jawa.
"Yah.., Doni mau merantau"
"Merantau kemana?"
"Gak tau pah, yang penting jauh dari rumah"
"Emang kamu mau ngapain merantau? kan disini udah kerja, gantiin ayah”
"Doni mau merantau, mau jadi orang biasa yang memulai semua dari nol pa, Doni juga mau nyari pasangan"
"Hmmm, aneh-aneh aja kamu ini"
"Boleh gak yah?"
"Yasudah terserah kamu"
"terus, siapa yang nanti bakal gantiin aku ngurus perusahaan"
"Rencananya mau berapa bulan atau hari atau tahun?"
"Tiga bulan mungkin yah"
"Kali begitu biar ayah yang gantiin kamu"
"Beneran yah"
"He'em"
Wajah Doni tampak berseri dan lega mendengar jawaban ayahnya.
"Don, kamu merantau mau nyari pasangan?" ucap Pak Topa.
"Hehehe... iya pak"
"Jadi kayak di televisi gitu ya? Pake acara pura-pura gak punya apa-apa gak?"
"hahahaha, iya bisa jadi begitu pak. Tapi kalo boleh sama ayah aku mau lepas semua, jadi tidak ada suplai dana dari ayah lagi. Jadi bener-bener dari nol"
"Hahaha, aneh ya anak jaman sekarang"
"Iya Top, padahal kita capek-capek keja buat mereka, eh malah mereka mau cari uang sendiri". Celetuk Ayah Doni yang sedari tadi mengamati percakapan anaknya dengan Pak Topa.
...****************...
Keesokan harinya, Doni berangkat menuju tempat yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu. Sebuah perjalanan kosong tanpa tujuan tempat namun penuh dengan tujuan yang teguh dan kuat. Doni berangkat dengan beberapa pakaian dan uang saku yang dia bawa untuk kebutuhan satu minggu. Kemana dia akan pergi? Bagaimana cara seorang pangeran memulai hidup sebagai seorang pengembara yang sedang mencari cinta sejatinya? Akankah ini akan menjadi sebuah kisah biasa? Ataukah akan sangat luar biasa? Akankah keliaran singa dunia luar menenggelamkan tekad Doni? Saya juga tidak tahu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ulil
wkwkwk ini aku jualan ote ote Karo tempe mendoan
2024-05-31
0
Olan
izin promos "LOVE ME" jangan lupa mampir teman2😊😊
2022-06-07
0