Masih bingung, Rudi masih bingung.
Sebuah bencana mendatanginya tanpa permisi, uang saku seminggunya lenyap tersisa beberapa uang yang sudah ia gunakan sebagai mahar kos-kosan dan tersisa untuk jatah makan besok. Lusa adalah hari yang perlu ia perhitungkan dari sekarang.
Hari sudah larut, jam dinding menunjukan pukul 23:23 Rudi masih terjaga memikirkan apa yang perlu dia lakukan sebelum benar-benar kehabisan uang. Saat ini yang dia punya adalah smartphone dan uang sejumlah 98.000 (Sembilan Delapan Ribu) Opsi terbaik adalah cepat-cepat mencari pekerjaan atau dia harus menjual satu-satunya alat komunikasi yang dia punya.
Esok telah diputuskan, Rudi akan kembali ke terminal mencoba mencari peruntungan. Dia berencana mencari tasnya sekaligus mencari pekerjaan di terminal. Masih banyak opsi yang dia pikirkan rencana A, rencana B, rencana C. Rudi larut dalam ekspetasi dan tebakan, akan seperti apa lusa. Tak terasa lelap Rudi dengan mata terpejam dan keindahan kegelapan malam.
...****************...
...Ketidak mampuan manusia adalah batasan akal...
...membedakan ciptaan dan pencipta...
...kini Rudi dalam dilema keputusan bukan keputusasaan...
...akankah muncul harapan...
...ataukah tumbuh kecemasan yang lebih dalam...
...***************...
Sebuah pagi yang cerah dengan pemandangan yang berbeda, Rudi keluar dari kamarnya merenggangkan persendian, menoleh kiri dan kanan. Rudi berjalan ke depan dua langkah dengan melipat kedua tangannya lalu menyandarkannya dibatas tembok lantai dua Rudi melebarkan matanya mengamati dan memandangu sekitarnya dengan seksama nampak seorang wanita muda memakai daster dan menjemur pakaian sebuah pemandangan yang indah bagi Rudi, tak jarang wanita itu menunduk dan memeras cuciannya, menghempaskan dan menjemurnya.
Rudi masih mengamati wanita itu, samar-samar seperti mereka berdua terhubung. Wanita itu menoleh keatas mendapati seorang remaja berparas dengan badan yang keras. Mereka berdua saling beradu mata sejenak mereka terlihat akan saling tersenyum dan menyapa. Namun keadaan berubah, Rudi merasa malu dan memalingkan wajahnya. Ia tersipu melihat wajah anggun wanita itu wajah yang penuh dengan hiasan surga, lesung pipinya seperti galian penuh permata dagu yang sedang agak lancip, bibir jambu merah, mata yang masih belum sempurna dari tidurnya dan rambut terkoyak hitam pekat. Rudi merasakan sebuah getaran. Timbul sebuah pertanyaan apakah bisa dia mendapatkannya? akankah perjalanannya akan secepat ini?. Iapun tersadarkan oleh dilemanya tadi malam, ia harus bergegas ke terminal mencari kejelasan rencana apa yang harus ia gunakan.
Stelah membersihkan badan, berpakaian dan berdandan Rudi berangkat ke terminal, menuruni tangga dan melintasi jemuran wanita yang sempat beradu pandang dengannya.
"Mas, masss" sapa seorang wanita yang belum ia ketahui dimana. Rudi masih mencari asal suara itu.
"Mas, disiniii..!!" Seorang wanita berpakaian rapih, kemeja putih dan celana hitam khas pelamar kerja.
"Ohh, ada apa mbak?" Sahut Rudi.
"Gak ada apa-apa mas". Wanita itu menghampiri Rudi dan berjalan bersama.
"Mas mau kemana?"
"Saya mau ke terminal, mbaknya sendiri mau kemana?"
"Wah kebetulan kita searah, saya mau ke kedung perdamaian"
"Gedung perdamaian?" Tanya Rudi yang asing dengan sebutan gedung itu.
"Ahahaha iya mas, kedung perdamaian"
"Kedung apa itu mbak?"
"Ahahaha rahasia" Tengil! begitulah Rudi meng-opinikan wanita tersebut.
Seorang wanita cantik yang ceria dan penuh tawa, tingginya sebahu Rudi itupun sedang memakai sepatu jinjit, bibirnya tipis dan dramatis, lipstik yang pudar dengan warna merah muda tidak terlalu tebal, seperti hanya memperjelas bibir aslinya. "Dia cantik!". Begitulah kata hati Rudi.
"Mas mau ngapain ke terminal?”
"Rahasia!" Balas Rudi.
"Muahahaha, ok 1 sama"
Rudi tersenyum, mengamati wanita tersebut dia tidak mengedipkan matanya.
"Nama mbak siapa?"
"Saya?"
"Bukan, yang jualan nasi pecel disana namanya siapa?” Tegas rudi yang tidak terima.
"Hahahaha, saya Salsa"
"ohh Salsa! Saya Rudi"
"Ohh gak tanya" Jawab wanita itu sembari menggigit bibir menahan tawa.
"Hahahaha, Rudi itu yang punya kapur ajaib ya?"
"Ahahaha, bukan, Rudi itu yang yang punya kolam lele"
"hahaha"
"hahaha"
Mereka berjalan dengan ngobrol kesana-kemari hingga terhenti oleh jalan raya. Mereka berhenti di samping jalan, menoleh ke kanan dan kiri mencegat angkutan umum berwarna hijau yang bertuliskan tempat tujuan mereka berdua.
Perjalanan mereka penuh dengan tawa dan saling mengenal satu sama lain hingga Salsa sampai ditempat dimana dia harus berganti angkot.
"Byee, besok kita berangkat bareng lagi ya"
"Siap prajurit perdamaian" jawab Rudi dengan tersenyum lebar. Rudi masih berada di angkot tersebut hingga sampai di terminal. Dia turun dan membayar ongkos, terbesit dikepala Rudi seakan dia merasa rugi karena kemarin dia naik becak yang cukup menguras kantong. Baru sehari Rudi berada di kota itu dan dia sudah kehilangan sifat beruang besarnya, sifat yang tidak pernah dia rasakan, sifat khawatir untuk mengeluarkan uang yang lebih besar. dia merasa mulai saat itu dia harus berhemat.
Setelah turun dari angkot Rudi memutuskan untuk mencari warung kopi, menurut Rudi akan lebih mudah mencari informasi jika dia berada di warung kopi tempat para supir nongkrong dan bercerita.
Rudi memesan kopi, menyulut rokok membenarkan posisi duduknya. Tak lama kopi yang ia pesan sudah jadi dan Rudi menuangkannya ke cangkir dan meminumnya pelan-pelan.
Setelah beberapa tegukan, tiga orang masuk ke dalam warung mereka saling berbincang. Rudi masih diam dan menunggu waktu yang tepat untuk bertanya. Tak lama setelah rudi menunggu dua orang dari mereka keluar Rudi mendapatkan momennya.
"Pak, boleh saya tanya"
"Ohh tanya apa dek?" jawab pria tersebut dan terlihat ramah
"Jadi kemarin saya naik bus, tapi tas saya ketinggalan dibagasi. Dimana ya nyarinya?"
"Tas ya? Isinya apa?"
"Baju-baju saya pak, sama bekal makanan dari rumah". Rudi terpaksa berbohong agar tidak terjerumus dalam hal yang tidak ia inginkan.
"Kamu naik bus apa"
"Bus apa ya? Saya tidak tahu pak, cuma warnanya biru, itu saja yang saya ingat"
"Walaahh... Disini banyak dek bus yang berwarna biru"
"Waduh, jadi saya gak bisa nyari tas saya ya?”
"Ahahaha, sini-sini! Duduk di sebelah saya." ajak pria itu dengan melambaikan tangan dan menyuruh Rudi duduk di sebelahnya. Rudi kemudian pindah dan duduk di sebelah pria itu.
"Gini ya dek, Pengalaman saya, saya kan kernet bus ya, kalo ada tas atau apapun yang tertinggal itu sudah dipastikan hilang dek, jadi tidak akan bisa kamu cari lagi"
"Kalo misalnya saya tahu bus mana yang saya naiki bagaimana pak?"
"Sama aja! Meskipun kamu tahu bus yang mana, dan tahu siapa yang perlu dihubungi kamu gak bakal bisa nyari, yang ada malah kamu dapat masalah." Rudi diam sejenak, menerka apa yang dikatakan pria tersebut. Ini adalah hal yang sangat bertolak belakang dengan kehidupannya sebelumnya dimana saat ada barangnya yang tertinggal Rudi tidak pernah bingung barang itu akan hilang atau tidak akan bisa menemukan yang mengambil barangnya, namun kali ini berbeda ini seperti lingkungan yang tidak akan ada kemanusiaan didalamnya.
"Apalagi kalo barangnya barang yang berharga, wuhhh sat set ilang dek". Tambah pria itu memecah lamunan Rudi.
"Walau lapor polisi pak"
"Malah lapor polisi, yo malah entek duwekmu dek". Tegas pria itu dengan bahasa yang Rudi mengerti.
Perbincangan warung kopi itu penuh dengan saling tukar percakapan dan Rudi juga sudah menjalankan rencananya yang lain yaitu mencari pekerjaan. Rudi mendapatkan ajakan dari pria itu untuk menjadi kernet di bus tempat dia menjadi kernet. Rudi sudah pasrah dengan barangnya yang hilang dan memutuskan untuk menjual smartphone yang dia miliki, menukarnya dengan beberapa pakaian dan uang untuk jatah makan hari berikutnya.
Dalam perjalanan pulang Rudi masih tidak terima dengan keadaan ini, barang yang tertinggal dalam sebuah instansi yang seharusnya melindungi hak penumpang. Tidak ada tanggung jawab tidak ada komitmen kejujuran. Sebuah lingkungan yang hanya dihuni oleh sang raja tega, yang tidak akan tersingkir.
Rudi seperti berada dalam hutan belantara yang penuh dengan pemangsa atau bahkan lebih parah, mungkin hutan itu sendirilah pemangsanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments