"lihat kucing."
"apa lihat kucing? kucing, kucing, jangan-jangan." Wulan mulai panik.
"jangan-jangan kenapa Wulan?"
"kamu pernah nonton drama Korea nggak? yang kata-kata cari jamur sama lihat kupu-kupu di rumah?"
"nggak tau, soalnya aku jarang nonton drama. Tapi aku pernah lihat live Jungkook di suruh ke rumah lihat kucing dia."
"kamu nggak di apa-apakan sama kak Haris kan?"
"nggak kok, aku cuma lihat kucing, mamanya bang harus punya kucing Persia warna abu-abu cantik."
"trus kalian ngapain lagi?"
"nggak ada trus aku pulang."
"diantar kak Haris?"
"nggak aku pulang berdua sama Fitri soalnya aku kan berangkat sama Fitri juga. Kalau pergi sendiri nggak enak ya udah aku ajak aja Fitri."
"trus wajah kak Haris gimana?"
"biasa aja, tapi dia jarang ngomong gitu malah kami banyak ngomong sama mamanya bang Haris."
"kamu polos banget sih Ayana, kak Haris itu mau perkenalkan kamu sama orang tuanya malah bawa teman." Wulan pusing mendengar ucapan Ayana yang tidak peka.
"menurut aku nggak Wulan, aku dengar kalau bang harus udah ada pacar."
"emangnya kak Haris yang ngomong sama kamu? kan cuma dengar kata orang lain pasti itu hanya gosip belaka."
"kok kita bahas bang Haris terus ya? atau jangan-jangan kamu yang suka sama bang harus?"
"nggak kok, mana ada. kamu udah selesai? kalau aku sudah mending kita tidur aja besok soalnya ngampus pagi." Wulan membersihkan peralatan belajarnya lalu menyusun bukunya.
"besok deh aku bilangin sama bang Haris."
"apaan sih Ayana, aku udah punya pacar tau."
"oooo, udah punya ternyata, kalau gitu aku ke kamar dulu ya Wulan."
"iya Ayana, makasih udah tolong ngebantu tugas aku."
"santai aja Wulan." Ayana melangkah keluar dari kamar.
***
Di dapur mbak Jihan, mbok Jamila dan Ayana mempersiapkan sarapan untuk majikannya.
"kamu nggak ke kampus?"
"nggak mbok."
"kamu temenin mbak Jihan ke pasar ya." tiba-tiba saja mbak Jihan di sana.
"oke mbak aman tu."
selesai sarapan mbak Jihan dan Ayana langsung ke pasar menggunakan sepeda motor.
"mbok nantik malam saya sama bapak mau ke luar negri ada urusan bisnis bapak, jadi titip Wulan ya mbok."
"ya buk."
" saya pergi sekitar 2 mingguan mbok di sana, ini uang belanja mingguan ya mbok." menyerahkan amplop kepada mbok.
" iya buk, ada lagi buk?"
"nggak ada mbok, oh ya Ayana mana mbok?"
"Ayana pergi bareng Jihan buk ke pasar."
"kalau begitu saya keluar dulu mbok, assalamualaikum."
"wa'alaikumussalam buk."
***
Ayana begitu senang ketika di ajak ke pasar. Ia ingat dulu setiap Minggu ia akan pergi ke pasar bersama ibunya di kampung. Mulai membeli cabe, ikan ayam bahkan makanan kesukaan Ayana yaitu mie kwetiau. Ayana mang menyukai kwetiau tetapi hanya sekedar saja apabila ia menginginkannya saja. Dan hari ini Ayana menginginkannya.
"mbak kalau di sini yang jua kwetiau dimana?"
"kamu mau kwetiau?"
"iya mbak, lagi pengen."
"kayak lagi ngidam aja." perkataan mbak Jihan membuat Ayana tertawa cengingisan.
mbak Jihan sudah hafal tempat langganan jadi nggak perlu putar balik putar balik. Dan penjual sudah hafal dengan belanjaan mbak Jihan dan harga yang di jual pun ada potongan harganya.
"siapa mbak Jihan." kata penjual daging.
"adek aku kenapa?" kata mbak Jihan
"masak adek mbak Jihan, beda banget mbak adek nya cantik masak mbaknya nggak." kata penjual, aku hanya menyimak aja.
"aku juga cantik, terbukti udah laku. Berapa semuanya Jang."
"kenalin aku sama adek nya mbak Jihan dong." memberikan plastik berisi daging.
"terimakasih Jang."
"terimakasih bang."
"iya adek manis."
"ingat pacar kamu Jang." mbak Jihan dan Ayana pergi.
Semua belanjaan sudah selesai dan terakhir adalah belanjaan Ayana yaitu kwetiau.
"buk kwetiau satu kg brapa?"
"10 ribu."
"makasih ya buk."
"sudah? ada yang mau di beli lagi?"
"nggak mbak, wortel, sawi, kwetiau, ayam, daun bawah sudah semuanya mbak. Kita langsung pulang atau gimana mbak?"
"kita ke sana dulu." mbak Jihan menunjuk warung sate.
"kalau gitu gas mbak."
Ayana begitu bersemangat memakan sate tersebut, sudah lama tidak makan sate Padang. Memang tiada duanya kalau sudah menyangkut masakan Padang. Ayana begitu menyukai masakan Sumatra barat, ibu Ayana berasal dari Sumatra barat jadi tak heran Ayana suka makanan bersantan dan pedas. Dan terkadang Ayana berbicara bahasa Minang kalau sudah bertemu dengan kawan yang juga berasal sama dengan dia. mbok Jamilah adalah saudara dari bapaknya karena bapaknya Ayana adalah orang Jawa.
"biar Ayana yang pesan mbak."
"oke mbak tunggu di sana."
"buk, sate duo piriang."
"Yo nak."
menunggu pesanan sate, Ayana dan mbak Jihan saling mengobrol.
"mbak sudah lama kerja di sana?"
"lumayan, tapi lamaran mbok Jamilah. kalau mbak masuk 5 tahun ini 2 bulan lagi."
"lumayan lama juga ya mbak."
"iya biasanya mbak kalau kerja art biasanya 3 bulan sudah lama.
"kenapa gitu mbak?"
"nggak betah Ayana, masak nyuruhnya se enak jidat, udah kasih gaji sedikit kerjaannya pun terbilang tidak masuk dalam pekerjaan art."
"emangnya kerjanya apa mbak."
"ini satenya."kata penjual sate.
"mokasih buk."
"Yo samo-samo nak."
"kamu bisa bahasa Minang?"
"bisa mbak soalnya ibunya Ayana orang Minang, lanjut mbak ceritanya."
mereka menikmati sate sambil mengobrol dari pekerjaan mbak Jihan yang tidak sesuai, gaji, majikan gatel sampai majikan marah-marah.
"dari sekian cerita aku penasaran sama majikan mbak yang gatel itu, udah punya istri cantik tapi kenapa selingkuh juga."
"kurang puas mungkin."
"maksudnya mbak?"
"sudahlah Ayana kamu lanjut makan aja, nantik kita di cari mbok Jamilah karena kelamaan."
"lagian belum tentu hidup kaya itu bahagia Ayana."
"siapa mbak?"
"udah nantik mbak cerita di motor."
"ya mbak." mereka berdua melanjutkan makan sate sampai habis.
mbak Jihan membayar makanan tersebut. Ayana yang melihat tersenyum karena uangnya tidak keluar.
"makasih mbak."
"iya, lagian bukan uang mbak kok."
"jadi uang siapa?" mereka berjalan menuju tempat parkir.
"uang buk Desi, setiap belanja pasti Bu Desi lebihkan uangnya untuk beli permen katanya."
"tapi kenapa nggak beli permen kita mbak."
"aduh Ayana, itu hanya kiasan aja Ayana."
"ya ya ya mbak aku paham kok. Janji mbak mau cerita tadi."
***
perjalan menuju rumah penuh dengan cerita mbak Jihan, Ayana begitu menikmati cerita mbak Jihan. Seperti mendengar curhatan seseorang di radio.
"jadi den Hardzig jarang di rumah karena masalah nggak mau ikut keinginan pak Khairul mbak?"
"yang mbak dengar sih begitu."
"tapikan den Hardzig sekarang sudah sukses mbak, jadi dokter bedah punya rumah sakit lagi udah ada cabangnya lagi."
"iya itu maksud mbak belum tentu hidup kaya itu bahagia Ayana."
"ya ya mbak, biarlah sederhana tapi bahagia tapi lebih bagusnya kaya dan bahagia." kata Ayana di iringi tawa, mbak Jihan yang di belakang juga ikut tertawa mendengarnya.
ketika di lampu merah seseorang di dalam mobil memperhatikan kedua wanita di sampingnya lebih tepatnya yang membawa sepeda motor. Orang tersebut tersenyum melihat perempuan tertawa.
**siapakah orang itu?.....
jangan lupa like, vote dan share ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments