ke kampus

Mereka membersihkan meja makan dan peralatan dapur lainnya, karena waktu yang menunjukkan pukul 9 malam, dan waktunya untuk beristirahat di kamar.

"mbok besok Ayana ke kampus soalnya ada Ayana ada bimbingan dosen."

"ya kamu besok izin ke Ibuk Desi aja."

"oke mbok."

"tamat kuliah ini Yana langsung cari kerja supaya mbok nggak kerja lagi." mbok yang mendengar hanya tersenyum sambil mengelus kepala Ayana.

"mbok senang bekerja seperti ini, tapi mbok berharap semoga kamu sukses dan mendapatkan jodoh yang baik, Sholeh dan bertanggung jawab."

"nantik aja jodohnya mbok, Yana pengen kerja dulu kumpulin duit supaya bisa buka usaha baju Yana, tapi doa mbok tadi Yana aamiin kan." ucap Yana dengan tersenyum.

"aamiin, yang mana terbaik untuk kamu aja. Mbok selalu mendukung kamu."

"kalau gitu, kita tidur aja mbok soalnya Yana pengen istirahat badan Yana rasanya pengen berbaring di ranjang."ucap Yana dramatis.

"kamu aja dulu, mbok mau ambil air ke dapur."

mulai dari bersih-bersih hingga sarapan sudah Yana dan art lainnya selesai mengerjakan nya. Dan keluarga pak Khairul sedang menikmati sarapan bersama begitu juga dengan Hardzig. Selesai sarapan mereka semua melanjutkan aktivitas masing-masing pak Khairul akan berangkat kerja, begitu juga dengan Hardzig, Wulan ingin ke kampus dan ibu Desi di rumah.

"Buk, Yana mau minta izin keluar."

"mau kemana?" Bu Desi di ruang tengah.

"Yana mau ke kampus soalnya ada jadwal bimbingan sekarang buk, jadi kemungkinan Yana sering izin soalnya lagi proses nyusun buk."

"kamu kuliah di mana?" Bu Desi mulai kepo.

"kuliah di gxxxxxxxx Bu."

"kalau gitu samaan dong sama Wulan, jurusan apa kamu ambil?"

"iya buk, jurusan manajemen bisnis."

"Wulan juga jurusan itu, berarti kamu sama Wulan saling kenal."

"kenal wajah aja buk, soalnya kami beda kelas."

"berarti baru semester 7 dong kalau beda kelas."

"iya buk, Yana baru semester 6."

"pintar kamu ya, udah bimbingan semester 6."

"Alhamdulillah buk, insyaallah semester 7 target Yana wisuda." Yana tersenyum.

"ma Wulan berangkat dulu."tiba-tiba Wulan dan Hardzig muncul dengan pakaian ala anak kuliah beserta tas ranselnya sedangkan Hardzig dengan kemeja dan tas jinjingnya.

"kamu mau kuliah kan? sekalian aja sama Yana."

"ya bareng aja Ayana." ucap wulan

"nggak usah buk, Yana bareng teman Yana aja soalnya tadi udah di WA." tak enak.

"kamu mau pergi juga zig?"

"iya ma, aku baru ingat ada pasien operasi pagi ini."

"ya kamu itu pentingkan pasien ketimbang mama, jarang di rumah, cuma pasien-pasien aja pikirannya."

"ma jangan mulai, pasien itu tanggung jawab azig, kan azig udah mengucap sumpah ma."

"kalau gitu Wulan pergi ma, assalamualaikum."menyalami ibu Desi.

"Yana juga buk, assalamualaikum." salam dengan Bu Desi. kepergian Yana membuat Hardzig memandangnya.

"ngapain kamu lihat Yana gitu kali, pas orangnya pergi baru di lihat tadi kemana aja?" Hardzig hanya diam dan mengalihkan pandangannya.

"kamu suka ya?"

"aku pergi ma, assalamualaikum." menyalami mamanya.

"ya hati-hati."

***

Yana melihat temannya sudah di depan rumah dengan motor matic nya. Fitri teman sekelas Ayana dia termasuk dalam keluarga yang berkecukupan, kedua orang tuanya merupakan anggota dewan. Rumahnya juga tidak jauh dari perumahan keluarga pak Khairul. Walaupun nggak sebesar rumah keluarga pak Khairul.

"wih besar juga rumah nya Ayana."

"rumah kamu juga besar."

"ya tapi nggak sebesar ini. Eh bukannya itu wulan nya?"

"oh iya itu Wulan.

"jadi ini rumah keluarga pak Khairul?"

"iya kamu tau?"

"Taulah siapa yang nggak tau keluarga nya."

"ya udah ayok, nantik terlambat." menaiki motor tersebut tapi tiba-tiba saja mata Hardzig dan Ayana bertemu.

"itu siapa Ayana? ganteng kali." ucap Fitri sedikit berbisik.

"kakaknya Wulan, ingat pacar kamu fit ayok fit." Fitri langsung melajukan motornya.

"oke kalau Reza mah beda pula Ayana, kamu ini lagi enak-enak lihat yang bening-bening malah di halangi. Besok aku jemput kamu lagi ya Ayana."

"kamu ada maunya."

"kakaknya kerja apa Ayana?"

"katanya kamu kenal keluarganya masak kamu nggak tau."

"aku dengarnya punya rumah sakit gitu. Benar nggak? bukannya lebih bagus lanjutkan usaha orang tuanya."

"aku dengar juga gitu, tapi kata mbak Jihan den Hardzig juga dokter bedah."

"namanya Hardzig? cocok sama orang nya ganteng."

***

"Alhamdulillah operasi nya berjalan lancar." kata dokter satria teman dari dokter Hardzig.

"saya keluar sebentar."

"mau kemana? saya ikut juga." mereka melangkah keluar dari rumah sakit, sebenarnya operasi hari ini hanya satu.

tibalah mereka di sebuah cafe arlando yaitu tempat tongkrongan anak muda yang menyajikan beberapa minuman hits dan makanan dessert.

"tumben ke sini."

"nggak ada, cuma pengen." keduanya terdiam, operasi tadi menguras tenaga mereka, mulai operasi jam 8 dan baru selesai sekitar jam 1, memang ini bukan operasi yang lama. Bahkan satria dan Hardzig pernah operasi pasien selama 10 jam lamanya.

***

"eh kamu udah siap bimbingannya Ayana?"

"udah ini mau pulang."

"bareng aku aja, aku juga udah siap."

"nggak papa ni aku nebeng?"

"ya nggak papa lah, oh ya nantik temenin aku sebentar beli minuman di cafe arlando. Nantik aku traktir deh."

"kalau gitu gas..."

***

"jadi ceritanya diam Bae aja bro?"

"mau ngapain lagi, ngerumpi?"

"boleh juga tu bro." jawab satria dengan tertawa.

Fitri dan Ayana masuk ke cafe arlando, pandangan Fitri langsung menuju ke arah laki-laki yang duduk di ujung dekat jendela.

"bukannya itu Abang satria."gumam Fitri yang masih terdengar oleh Ayana.

"siapa fit?"

"bentuknya itu Abang sepupu aku Ayana, bentar Kita ke sana dulu, soalnya aku kepo dia sama siapa. Dari belakang sih ganteng ntah dari depan." mengajak Ayana ke sana, Hardzig memang duduk membelakangi pintu masuk.

"bang sat?"

"eh kamu kok di sini?"

"kan benar, Fitri nggak salah rupanya bang sat di sini."

"kamu bisa nggak nama Abang di buat komplit biar dengarnya enak. Nama Abang itu Satria."

"iya-iya bang satria, sama siapa?"

"sama teman kerja, kenalin ini dokter Hardzig."

ucapan satria membuat Ayana melotot tanpa melihat wajah laki-laki yang berada di samping mereka. Fitri langsung melihat laki-laki tersebut dengan wajah kagum.

"ini adik sepupu aku zig, namanya Fitri." Fitri tersenyum kepada Hardzig.

"Fitri." mengulurkan tangannya.

"Hardzig."menyambut nya.

"kamu bawa teman dek? nggak di kenalin ke Abang?" kata satria ketika melihat Ayana.

"namanya Ayana bang."

"satria."mengulurkan tangannya.

"Ayana bang."mengatup kedua tangannya, satria yang melihat itu merasa malu dan tersenyum. Hardzig yang mendengar menoleh sedikit tanpa ekspresi.

"cantik, Sholeha pula lagi calon bini nih." batin satria.

"kalau gitu aku pesan minum dulu ya bang, sekalian langsung pulang bye..."

"pulang dulu bang assalamualaikum."

"wa'alaikumussalam dek Ayana."

***

jangan lupa vote, like dan share ☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!