Sepanjang perjalanan Fitri terus mengomel karena kejadian di cafe tersebut.
"dingin banget."
"emang bawaan nya begitu kali."
"di rumah gitu juga emangnya Ayana?"
"kurang tau soalnya Aden Hardzig baru kemaren pulang dan aku juga baru kemaren kerja di sana."
"mending nggak kenalan tadi, nyesel aku Ayana."
"sabar Fitri hahahah." sambil tertawa.
***
makan malam kali ini keluarga pak Khairul makan tanpa Hardzig Karena tadi ia menelfon bahwa ia akan tidur di rumahnya. sebenarnya Hardzig sudah memiliki rumah yang dekat dengan rumah sakit dan di sana juga ada pembantu yang mengerjakan semuanya.
Bu Desi, dan Wulan sedang duduk di ruang tengah menyaksikan acara televisi.
"kamu tadi gimana kuliahnya Wulan?"
"baik aja kok ma."
"nilai E semester lalu udah kamu ulang?"
"udah ma, mama tenang aja."
"permisi buk, silahkan Bu." datang membawa puding dari dapur.
"makasih Ayana."
"kalau gitu Yana permisi buk."
"eh tunggu, kamu sini dulu."menyuruh Ayana duduk di sampingnya lalu Ayana menuruti perkataan Bu Desi.
"ibu mau ngobrol sama kamu sebentar, tapi sebentar ibu mau bicara sama anak satu ini dulu" menunjuk ke arah Wulan yang menikmati puding bawaan ayana. "Gimana mama tenang, masak nilai agama kamu dapat E? aduh dosa apa yang mama lakuin zaman dulu." mendramatisir.
"itukan juga salah pihak kampusnya juga ma, kemaren sistemnya eror jadi banyak yang dapat E bukan Wulan aja, kalau mama nggak percaya tanya aja sama Ayana."
"benar Ayana?"
"ya buk, sistemnya eror dan banyak yang dapat E buk."
"kamu dapat E juga?"
"Ayana dapat A buk."
"itu bukan sistem yang eror tapi otak kamu aja yang eror Wulan."
"mama sih nggak percaya, dan sekarang masalah nilai E sudah selesai Wulan tuntaskan jadi mama tenang aja."
"Alhamdulillah kalau sudah teratasi, sampai mama dengar nilai kamu belum tuntas awas kamu."
"ya ma."
"gimana tadi bimbingannya Ayana?"
"Alhamdulillah lancar buk, dan ada juga beberapa yang di tambahkan."
"baguslah, kamu itu harusnya contoh Ayana bisa cepat lulus."
"ya otak aku sama Ayana beda mama, Ayana pintar aku sedang jadi udahlah ma." asyik dengan puding tanpa merasa ia di bandingkan, memang iya otaknya tidak terlalu pintar hanya sedang-sedang aja.
"eh Ayana boleh aku minta tolong?"
"tolong apa Wulan?"
"gini, aku dapat tugas dari pak Budi jadi aku kurang paham. Bisa tolong tunjukkan?"
"insyaallah bisa Wulan."
"jangan mau Ayana, biar aja dia cari sendiri."
"tapi ma, ini soalnya sulit banget. Pasti Ayana sudah selesai kerjakan lagian Ayana juga sudah bimbingan."
"ya Wulan nantik Yana tolong."
"kalau gitu sekarang aja ke kamar aku, ayok.." berdiri dan langsung menggandeng tangan Ayana.
"eh... kerjaan Yana belum siap Wulan, jadi siap shalat isya gimana?"
"nantik aja kerjaan, biar mbok Jamila sama mbak Jihan aja yang kerjakan."
"tapi Wulan."
"nggak papa, kamu ke kamar Wulan aja, nantik Ibuk ngomong sama mbok jamila dan Jihan." potong buk Desi.
Ayana membantu Wulan mengerjakan tugas dari dosennya. Wulan mudah paham dengan penjelasan Ayana ketimbang dosennya sendiri.
"kok aku mudah paham kalau kamu yang jelasin ya Ayana?"
"hahahah, mungkin kamu pas di kelas kurang fokus mangkanya kurang paham."
"bukan gitu bahasa yang kamu gunakan lebih mudah dipahami dari dosen."
"setiap orang beda-beda mungkin begitu cara dosen menerangkan."
"bisa jadi." melanjutkan membuat tugasnya, Ayana juga ikut belajar ia merevisi beberapa skripsinya.
mereka sesekali mengobrol sambil mengerjakan tugas masing-masing. Tiba-tiba saja hp Ayana berdering yang berada di dekat Wulan.
"hp kamu bunyi." melihat nama yang tertampung di sana. Ayana yang mendengar langsung melihatnya lalu tidak mengangkatnya.
"bang Haris."gumam Wulan.
"kenapa nggak di angkat Ayana?"
"nggak usah, lagian kenapa nelfon jam segini. jam sudah menunjukkan pukul setengah 10."
"mana tau penting." ucap Wulan, Ayana yang mendengar menatap Wulan dengan tanda tanya.
"maaf tadi aku lihat nama yang nelfon, kak Haris yang menelfon kamu itu kak Haris Kurniawan yang ambil S2 manajemen bisnis?"
"ya, kenapa Wulan?"
"kamu kenal dimana?"
"kamu ingat pas ada acara 2 bulan lalu?"
"ha iya aku ingat."
"pas itu aku kenal sama bang Haris, bang Haris yang jadi ketua panitia acara kan trus aku jadi anggota."
drt..... drt ... (anggap aja suara hp)
"angkat aja Ayana siapa tau penting tapi speaker ya." ucap Wulan memohon sambil tersenyum yang langsung di lakukan Ayana.
Ayana meletakkan hpnya di tengah-tengah mereka.
"assalamualaikum bang."
"wa'alaikumussalam Ayana, akhirnya kamu angkat juga."
"maaf bang tadi Ayana lagi belajar jadi nggak dengar suara hp. Ada apa bang?" Wulan yang mendengar perkataan Ayana geleng-geleng kepala.
"Abang mau tanya kamu suka nggak lumpia?"
mendengar perkataan dari Haris keduanya kebingungan, kok malam-malam do tanyain soal makanan. Wulan memberi kode kepada Ayana agar cepat menjawab.
"suka bang, kenapa?"
"Alhamdulillah kalau suka, soalnya Abang mau belikan kamu mumpung lagi kota Semarang."
"kalau di kasih Yana terima aja kok bang, nggak milih-milih."
"kamu nggak nanya kenapa Abang di sini?"
"kenapa di sana bang?" perkataan Ayana membuat Wulan menepuk jidatnya.
"ada urusan bisnis, insyaallah besok pulang."
"semoga diperlancar urusannya bang dan pulang dengan selamat."
"aamiin." keduanya sama-sama terdiam.
"emmm kalau gitu Yana tutup ya bang soalnya mau lanjutkan tugas."
"maaf ganggu Yana, semangat kerjakan tugasnya Yana, assalamualaikum."
"wa'alaikumussalam bang."
Wulan melihat raut wajah Ayana yang biasa, tapi ia baru ingat bahwa yang menelfon Ayana adalah kakak tingkat yang terkenal dingin kepada orang tetapi dengan Ayana kakak tingkatnya itu lemah lembut, bahkan menanyakan apakah Ayana menyukai lumpia atau tidak.
"kamu pernah pacaran nggak Ayana?"
"belum pernah, kenapa?"
"sama sekali?" mulai terkejut, masak Ayana nggak pernah pacaran.
"iya kenapa?"
"nanya aja."
"ohh."
"kamu merasa aneh nggak Ayana?"
"aneh kenapa Wulan?"
"kalau kak Haris beda, sempat-sempatnya dia menanyakan kamu suka lumpia atau nggak. Apa dia sering menanyakan sesuatu ke kamu?"
"nggak terlalu sering, kalau makanan dia sering tawarin ke aku, soalnya aku suka ngemil." diakhiri oleh tawa Ayana.
"jadi dia sering belikan kamu makanan?"
"nggak juga, bang Haris pernah belikan aku mie ayam, bakso cemilan basreng, kripik, makaroni pokoknya banyak."
"kamu pergi sama kak Haris?"
"nggak dia yang ngasih di kampus, kalau aku di perpus kadang di taman."
"pas kamu sendiri atau bareng teman?"
"kadang sendiri kadang sama teman."
"nggak di ragukan lagi, berarti kak Haris suka sama kamu."
"kamu ngaco kalau ngomong, mana mungkin dia suka."
"itu udah jelas Loh Ayana, dia P E R H A T I A N sama kamu." Wulan menekankan kata perhatian kepada Ayana.
"dia pernah ngajak kamu ke restoran atau kemana gitu?"
"pernah tapi aku tolak soalnya dia ngajak malam."
"astaghfirullah Ayana, dia itu mau ngajak kamu dinner. Kamu sebelumnya nggak pernah dinner gitu? trus kemana lagi?"
"kalau dinner nggak pernah kalau bukber pernah. mmmm ke rumah dia trus di kenalin sama orang tuanya trus...."
"trus apa lagi." Wulan mulai kepo
jangan lupa like, vote dan share ☺️**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments