Nafisa yang sudah mulai merasakan ketakutan. Saat dilihatnya pria mabuk tersebut menatap dengan sorotan mata penuh nafsu. Pria yang tinggi, besar dan berbadan kekar.
“Maaf tuan saya mau keluar,” ucap Nafisa ingin cepat pergi dari ruangan tersebut.
“Jangan harap kau bisa keluar dari sini. Temani aku.” ucap pria itu dengan tatapan tajam.
“Apa maksud anda tuan?
Saya mohon izinkan saya keluar.” ucap Nafisa yang berusaha untuk keluar . Namun tangannya dengan sangat kuat dipegang pria mabuk tersebut. “Tuan, saya akan berteriak kalau anda macam-macam.” ucapnya yang sudah sangat takut. Ia berusaha untuk mengancam pria tersebut.
“Teriak. Ha....ha .....ha....” Terdengar suara ketawa yang begitu sangat kuat, membuat bulu kuduk Nafisa langsung berdiri .
“Kau terlalu bodoh nona. Ruangan ini kedap suara. Mana mungkin ada yang mendengarkan mu.”
“Tuan saya mohon. Saya hanya bekerja di sini. Saya mohon tuan lepaskan saya.” ucapnya dengan wajah yang tampak sangat pucat. Air matanya sudah mulai membanjiri pipinya.
Tanpa ada belas kasihan Yulian menarik kancing baju Nafisa. Membuat kancing baju yang di pakainya berserakan di lantai. Gadis tersebut berusaha untuk melawan dengan tubuh mungilnya dan tangan kecil yang terus memukul-mukul dada Julian. Julian yang sudah seperti orang yang kerasukan tanpa ada rasa kasihan melihat gadis tersebut. Julian menarik celana yang di pakai Nafisa.
Gadis tersebut terus meronta-ronta dengan air mata yang mengucur deras. Ia merasakan perih di pipinya, kepalanya terasa pusing, telinga yang terasa mendengung dan bibir berdarah. Saat tamparan yang begitu keras mendarat di pipinya. Ia tidak mampu nahan keseimbangan tubuhnya hingga Ia terjatuh.
“Jika kau melawan, aku akan membunuh mu,” ucap Julian sambil menjepitkan jarinya di dagu Nafisa dengan sangat kuat. Kemudian ia melepaskan tangannya. Dagu Nafisa merah bekas tangan pria tersebut. Pipi yang berjejak dan merah. Julian menarik rambut Nafisa dan mulai membuka pakaian gadis tersebut. Air mata yang tampak tak ada hentinya terus menetes. Tanpa ampun Julian langsung memperkosa Nafisa. Gadis tersebut menangis menahan sakit. Namun dia tidak menghiraukannya. Dia tetap melakukannya. Cukup lama Julian menikmati permainannya. Akhirnya Julian mencapai kepuasan. Tubuhnya lunglai ke samping.
Nafisa masih menagis dan kemudian mengambil baju yang berserakan di lantai. Ia mengutip baju-baju nya yang berserakan di lantai dan memakainya. Ia memakai baju yang tanpa ada kancing sama sekali. Ia merapatkan kedua sisi baju tersebut dengan tangannya agar tidak terbuka. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Ia mengambil foto wajah Julian yang sedang tertidur. Foto Julian serta tempat yang berserakan tersebut. Nafisa pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ia pergi lewat pintu belakang.
Ia berjalan di jalan yang sepi dengan penerangan yang tidak memadai. Namun tidak membuat Ia merasa takut. Tubuh yang lunglai, rasa sakit di sekujur tubuh, dan rasa perih di bagian kewanitaan nya. Nafisa berjalan terus menerus kegelapan malam. Yang ada di dalam pikirannya hanya ingin secepatnya bisa sampai di kamar kosnya dan merebahkan tubuhnya di sana. Air matanya terus mengalir.
****
Julian melihat di sekelilingnya saat ia mulai sadar. Ia melihat baju yang berserakan di lantai yang dipungutnya satu persatu dan dipakainya." Gadis itu masih perawan," ucap Julian tersenyum dengan memiringkan bibirnya. Ia berjalan sempoyongan menuju meja kasir dan membayar tagihannya. Julian mengendarai mobilnya dengan sangat pelan. Ia masih keadaan sadar dan bisa mengendalikan dirinya.
***
Nafisa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menagis sejadi-jadinya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air. Cukup lama Ia di dalam kamar mandi mengosok sekujur tubuhnya dengan sangat keras dan berharap semua penderitaannya akan hilang.
Ia keluar dari dalam kamar mandi, Ia mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan memakai baju tidurnya. Ia melihat wajahnya di depan pantulan cermin kecil yang berada di atas meja belajar yang ada di dalam kamar kosnya. Pipinya merah bekas telapak tangan pria yang memperkosanya. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa tubuhnya begitu sangat sakit tangan pria itu memegang pergelangan tangannya dengan sangat kuat sehingga meninggalkan bekas biru di pergelangan tangannya.
“Ayah, bunda, Fisa sendiri. Fisa harus mengadu dengan siapa? Aku ingin ikut kalian.” ucap Nafisah yang masih menangis dengan sejadi-jadinya sehingga membuat ia lelah dan tertidur.
***
Jangan lupa like komen dan votenya ya reader. Terima kasih atas dukungannya.
😊😊🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
epifania rendo
kasian nafisa
2022-08-27
0
Malla
laki² biadab 😡😡
2021-08-26
0
Watilaras
bagus kok kak tulisan nya... cerita juga keren
2021-08-25
0