...-DSP-...
Sekarang sudah jam istirahat, Dira masih berada dikelas. Fiola sempat mengajaknya untuk pergi kekantin bersama-sama tapi Dira menolaknya karena dia membawa bekal dari rumah.
Di kelas hanya ada beberapa murid yang tersisa dan salah satunya adalah Sheila, gadis itu sedari tadi hanya diam duduk di bangkunya dengan earphone tertempel di telinganya sambil sesekali menatap langit dari balik jendela.
Sedangkan Dira tentu saja menikmati nasi kuning buatan ibunya sambil sesekali menatap punggung Sheila heran.
"Tuh anak dari tadi diem-diem aja, makan ga, jajan kekantin ga, belajar juga ga,"lirih Dira heran.
Setelah menghabiskan bekalnya Dira memilih menghampiri Sheila, kan ini tugas utamanya Dira. Dia kan mata-mata ihiw.
Baru saja Dira ingin berdiri, tapi terhenti saat dia melihat dua orang siswi menghampiri Sheila dan tiba-tiba mengebrak meja Sheila sambil berteriak. Yang membuat Dira hampir jantungan, tapi yang di teriaki malah santai saja.
Salah satu siswi berambut panjang kecoklatan berkulit putih dengan nama Bellen Davira yang tertulis di nametag yang tertempel di seragamnya, tersenyum manis kearah Sheila sambil melepaskan earphone yang di pakai Sheila dan mendekatkan bibirnya ke telinga Sheila, "Kenapa ga ke atas?"
Satu bisikan yang membuat tubuh Sheila langsung bergetar, "G..gue lu..lupa Bel."
Bellen menjauhkan tubuhnya dari Sheila dan senyum manis diwajahnya menjadi sebuah senyuman yang sangat menakutkan bagi Sheila.
"Dia bilang apa Bel?"tanya teman Bellen yang bernama Kirana.
Bellen memiringkan senyumnya, "Lupa."
"Oh lupa,"
Kirana mendekatkan bibirnya ke telinga Sheila, "Pulang sekolah jangan lupa ya!" lanjutnya yang hanya dibalas anggukan kecil dari Sheila.
Dira yang memperhatikan mereka sedari tadi, menatap lekat kearah Bellen dia seperti kenal dengan gadis itu.
"Kek kenal gue dengan tu orang, siapa ya," ucap Dira mengingat-ingat.
"Oh iya kak Bellen, kakak kelas gue waktu SMP,"lanjutnya.
Dira menatap kedua gadis yang berlalu pergi sepertinya urusannya dengan Sheila sudah selesai, akhirnya Dira melanjutkan niatnya yang sempat tertunda yaitu berkenalan dengan Sheila.
Namun baru saja dia akan berdiri bel sekolah sudah berbunyi dan para murid yang diluar bergegas masuk ke kelas.
"Ya udahlah nanti aja."
...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...
Bel pulang sekolah berbunyi semua murid SMA Cahaya telah berhamburan keluar kelas untuk menuju rumah masing-masing. Termasuk juga Dira, sekarang ia sedang memasukkan barang-barangnya kedalam tas dengan terburu-buru karena setelah itu dia berniat untuk berbicara dengan Sheila.
Tapi sayang saat ia hendak menghampiri Sheila, Bellen dan Kirana sudah lebih dulu merangkul gadis itu dan membawanya pergi sepertinya mereka sudah menunggu Sheila sedari tadi di luar kelas.
"Yaelah baru juga gue mau nyamperin, gagal lagi kan," sungut Dira, karena rencananya gagal dia memilih pergi keruang guru karena dia akan di berikan tugas tambahan untuk mengejar ketertinggalannya saat belum masuk sekolah. Ya Dira mendaftar sekolah disaat semester satu sebentar lagi akan berakhir.
"Akrab juga dia ya," pikir Dira sambil berjalan menuju ruang guru.
Setelah urusannya telah selesai Dira memutuskan untuk berkeliling sebentar, dia ingin melihat-lihat sekolah barunya ini. Untung saja keadaan sekolah sudah lumayan sepi hanya anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler saja yang tersisa jadi Dira lebih leluasa berkeliling.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, Dira melihat Sheila sedang menuruni tangga dengan keadaan basah kuyup, tidak perlu ditanya dia pasti dari lantai atas.
"Lah tu anak kenapa basah kuyup begitu? Perasaan ga hujan dah," Dira memperhatikan langit dan Sheila bergantian.
Sheila terus berjalan dengan wajah yang tertunduk tanpa menyadari ada Dira yang berdiri di depannya. Karena malas untuk menerka-nerka Dira langsung menghadang Sheila dan berniat untuk menanyakan apa yang terjadi kepada gadis tersebut.
"Assalamualaikum Sheila," sapa Dira ramah.
Seketika Sheila menghentikan langkahnya, " Wa waalaikumsalam," dia gugup karena bertemu Dira dengan keadaan yang sangat memalukan.
"Ingat gue kan? murid baru di kelas Lo?" Tanya Dira memastikan takut saja Sheila lupa.
"Ingat, em gue pulang dulu ya!" tanpa menunggu jawaban dari Dira, Sheila langsung berlari pergi meninggalkan Dira yang terpaku di tempatnya.
Dira menatap Sheila yang berlari menuju mobil yang menjemputnya, "Astagfirullah belum juga gue ngomong udah pergi aja tu anak," Dira diam sebentar, "kenapa ya dia kayak ketakutan gitu?"
"Ya udahlah pulang dulu keburu sore, mata-mata Dira akan melanjutkan misi besok hahahaha," Dira terus berjalan sambil tertawa tanpa ia sadari ada dua orang siswa laki-laki sedang berdiri di lapangan basket memperhatikannya dengan tatapan aneh.
"Itu cewek gak gila kan?"ucap mereka serempak.
Sedangkan Dira masih tertawa sambil berjalan menuju halte di seberang sekolah, karena Dira berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum sebenarnya dia memiliki sepeda hanya saja sepedanya masih rusak.
...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...
Pukul 20:05 WIB
"Iya om cuma itu informasi yang saya dapatkan hari ini om,"
"Iya, om tenang aja saya akan berusaha membantu dan menjaga Sheila jika dia dalam kesulitan semampu saya om,"
"Iya om, assalamualaikum."
Dira mematikan sambungan teleponnya, dia tadi menelpon Arzan untuk melaporkan apa yang terjadi dengan Sheila di sekolah tadi. Sekarang Dira merasa benar-benar seperti agen rahasia.
Dira duduk didepan meja belajarnya, ia menatap takjub tumpukan buku yang ada dihadapannya. Itu adalah tumpukan tugas-tugas tambahan yang harus diselesaikan Dira secepatnya karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan kegiatan UAS.
"Wah ini tugas apa tugas banyak bener," celetuk Dira mulai memilah-milah tugas mana yang lebih dahulu dikerjakannya.
"Baru juga gue masuk udah mau UAS aja, baiklah tangan dimohon kerjasamanya ya."
Dira mengambil buku kimia yang bisa dibilang cukup tebal dan membolak-balikkannya, "Ini pakai nimpuk maling bisa ni."
Suara pintu terbuka, Dira langsung menoleh kearah pintu yang menampilkan ibunya yang sedang berdiri sambil tersenyum manis kearah Dira.
Diana Azkadina itulah nama perempuan paruh baya yang tampak anggun dengan hijab yang menutupi rambutnya itu.
Diana mendekati Dira masih dengan senyum terpatri di wajahnya, "Kamu masih belajar nak?" Tanyanya lembut sambil mengusap lembut kepala putri kesayangannya itu.
Dira tersenyum menunjukkan deretan giginya, "Iya bu, banyak banget tugasnya."
"Ibu sangat bersyukur kamu bisa sekolah lagi, maafin ibu tidak bisa biayain sekolah kamu dengan uang ibu sendiri,"
Dira melingkarkan tangannya di pinggang Diana, "Ibu jangan bilang begitu, ibu sudah rawat Dira dari dalam perut sampai sekarang. Dira sangat bersyukur lahir sebagai anak ibu, terimakasih ibu,"
"Ibu bangga punya anak seperti kamu," Diana membalas pelukan Dira, " Ingat kita harus selalu bersyukur Allah menolong kita melalui perantara orang baik seperti pak Arzan sehingga kamu bisa bersekolah sekarang,"
"Iya bu Alhamdulillah."
...-DSP-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Herdianti Putri
dikatain gila
2023-06-08
0
Herdianti Putri
takut sama kamu mungkin🤭🤭
2023-06-08
0
Herdianti Putri
kasihan Dira. gagal mulu
2023-06-08
0