Mikael menunduk dan memejamkan sejenak. Menghela nafas panjang sekedar untuk mengusir rasa sesak yang ada di dada. Wanita di depannya terlihat menyeka air matanya.
"Habiskan kopimu dan pergi dari sini!" usir Ariana dingin. Mikael terpaku sejenak, tidak percaya mendengarnya. Gadis kecil yang dulu dia kenal santun dan ceria, kini telah berubah menjadi galak dan ketus seperti ini.
Ariana lalu mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan bukunya yang basah karena air hujan. Sedangkan Mikael mengabiskan kopinya dan berpamitan pulang. Ariana tetap terdiam tidak melihat ke arah pria itu lagi.
Setelah pintu kamarnya ditutup, Ariana melemparkan bantal ke arah pintu dengan kesal.
"Pria kejam, tidak berperasaan pikirnya akan mudah untuk memaafkan, padahal hingga kini sakit itu belum hilang sepenuhnya. Semua orang menderita karenanya," ungkap kesal Ariana sembari terisak. Dia menyesali takdir yang telah mempertemukan mereka kembali
***
Penuh teka-teki dan seksi, Profesor Mikeal Abraham adalah dosen ilmu ekonomi dan penasehat bisnis perusahaan-perusahaan besar yang disegani di siang hari, tetapi di malam hari ia mengabdikan dirinya untuk anak semata wayangnya. Dia menggunakan ketampanan dan pesona canggihnya untuk menarik perhatian setiap orang, tetapi diam-diam disiksa oleh masa lalunya yang kelam dan dikuasai oleh keyakinan mendalam bahwa dia melampaui semua harapan penebusan dosa.
Mobil yang dia gunakan telah memasuki garasi rumah. Dia lalu turun dengan lesu dan masuk ke dalam rumah.
"Dimana Dita?" tanya Mikael pada seorang pelayan. Belum juga pelayan itu menjawab Mikael mendengar derap langkah kaki seorang anak kecil yang sedang menuruni tangga.
"Ayah... ," teriak seorang anak berumur tiga tahunan berlari mendekat ke arah Mikael. Mikael menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat.
"Kenapa lama pulangnya!" ucap Dita. "Ayah lihat ibu datang dan menunggu Ayah sedari tadi," tunjuk Anindita pada seorang wanita cantik di depan Mike yang sedang berjalan ke arahnya.
Mata Mike menatap tajam pada Sheila yang sedang tersenyum manis padanya. Dia menghela nafasnya panjang lalu tersenyum pada putri kecilnya.
"Apa kau sudah makan?" tanya Mikael pada Anindita. Anak itu menganggukkan kepalanya.
"Mbak... Mbak... ," panggil Mikael pada pengasuh anaknya. Seorang wanita berseragam merah muda datang menemuinya.
"Bawa Anindita ke kamarnya," perintah Mikael. "Sayang, Ayah ingin bicara dulu dengan Ibumu."
Dita menatap nanar Ayah dan Ibunya bergantian. Pasti setelah ini mereka akan bertengkar. Pikir anak itu. Dengan lesu Dita berjalan naik kembali ke kamarnya dengan digandeng oleh pengasuh.
"Bukankah kau dari kantor mengapa memakai baju seperti itu?" tanya Sheila mengalihkan perhatian. Itu bukan gaya berbusana Mike yang terbiasa terlihat trendi dan berkelas.
"Itu bukan urusanmu!" ketus Mikael Dia lalu menuju kursi kayu single dan duduk di sana layaknya seorang raja.
"Sekarang katakan apa keinginanmu, hingga datang kembali kemari?"
"Aku hanya ingin bertemu dengan anakku, aku merindukannya," kata Sheila duduk di depan Mikael.
Pria itu tertawa sumbang. Dia melihat sinis ke arah Sheila. "Apa jadwal syutingmu sedang kosong sehingga kau ingat mempunyai seorang putri atau kau datang kemari karena butuh uang dariku? Ayolah Sheila, aku bukan pria yang bisa kau bodoh lagi!"
"Kenapa kau berucap seperti itu, apa salah jika aku merindukan putriku sendiri?" tanya Sheila dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sial! Hentikan dramamu, aku tidak butuh acting-mu." Mikeal lalu bangkit dan berjalan pergi. Namun, tangan Sheila memegangnya.
"Berilah aku kesempatan satu kali lagi untuk bersama kalian!" pinta Sheila bersimpuh di depan Mikeal.
"Terlambat! Dua tahun lalu kau pergi dari hidupku dan meninggalkan Dita begitu saja. Buruknya, kau tidak mengakuinya di depan semua orang. Kau membuang kami begitu saja tanpa perasaan!" ucap Mikeal tanpa menatap ke arah wanita itu.
"Tetapi aku kembali lagi untuk memperbaiki segalanya," kata Sheila.
"Semua sudah tidak seperti dulu," kata Mikeal menepis kasar tangan Sheila.
"Dita butuh seorang Ibu untuk membesarkannya," seru Sheila frustasi.
"Dia butuh Ibu yang baik bukan Ibu seperti dirimu yang telah mengabaikannya demi uang dan popularitas!" Mikael lalu naik ke atas.
Dia masuk ke kamarnya dan duduk di pinggir tempat tidur menunduk sembari memegang kepala dengan kedua tangannya. Dadanya mulai terasa panas dan sesak.
Sebuah foto besar yang terpajang di dinding kamarnya menjadi fokus ketika kepalanya mulai diangkat. Satu-satunya semangat hidup selain Dita.
Di sana nampak ada foto keluarga besarnya. Kakek, ayah, ibu, paman, bibi dan adik-adiknya berdiri bersama dengannya. Dia merindukan keluarganya tetapi tidak punya muka untuk kembali lagi.
Semua yang terjadi mungkin teguran dari Yang Kuasa untuknya. Dia meninggalkan keluarganya demi seorang wanita yang dia cintai. Pada akhirnya wanita itu malah pergi meninggalkan dirinya hanya demi popularitas dan uang.
Kini dengan mudahnya dia ingin minta kembali lagi, tidak semudah itu untuk menutup luka.
"Ayah," panggil Dita membuat lamunan Mike buyar seketika.
"Ada apa, Nak?" tanya Mikael.
Dita lalu mendekati ayahnya dan ikut naik ke tempat tidur.
"Ibu sudah tidak ada, apa sudah pergi?" tanya Dita hati-hati. Di usianya yang masih kecil dia sudah melihat banyak hal yang membuatnya mampu memahami situasi.
"Iya, ibumu masih ada pekerjaan lain," kata Mikael mengusap kepala Dita.
"Ayah tidak memarahi Ibu lagi kan?" Mikael menggelengkan kepalanya. Dita lalu bersandar pada Mikael dengan manja.
"Aku senang jika Ibu kemari."
Mikael hanya bisa menarik nafas panjang mendengar hal itu. Semuanya, tidak semudah yang dikatakan.
Dita lalu melihat pakaian Mikael dan mengerutkan dahinya.
"Ayah pakai baju siapa?"
"Baju Ayah mengapa memangnya? Jelek?"
"Ayah sangat tampan hanya ... hanya ... ," otak kecil Dita tidak bisa mengatakan keanehan yang ada. Biasanya ayahnya selalu memakai pakaian yang rapi bukan kaos biasa dan celana panjang kolor seperti itu.
"Ini baju yang ayah pinjam dari Bibi Ariana," terang Mikael.
"Bibi Ariana?" tangan Dita kini berada di dagunya mulai mengingat nama wanita itu. Ada banyak Tante yang datang ke rumah ini untuk menemuinya. Semuanya wanita cantik tetapi dia tidak pernah mendengar nama Bibi sebelumnya.
"Dia teman ayah dari kampung, tempat nenek dan kakekku berada," jelas Mikael.
"Nenek, Kakek? Bibi itu dari rumah mereka," ucap Dita antuasias menunjuk ke arah foto keluarga di tembok.
Dia sering melihat televisi yang didalamnya ada sosok nenek, kakek, dan keluarga. Ayahnya juga sering menceritakan tentang mereka. Namun, ayah tidak pernah mengajaknya pergi menemui mereka. Kata Ayah rumah mereka sangat jauh hingga tidak sampai kaki kecilnya untuk datang ke sana.
Mikael menganggukkan kepalanya. Dia kini tahu betapa berharganya keluarga di saat mereka sudah pergi darinya. Namun, dia tidak bisa lagi untuk menemui mereka karena ulahnya sendiri yang termakan oleh cinta palsu seorang pemain drama paling ulung di negeri ini.
Adakah jalan untuk pulang? Jika ada, dia ingin menempuhnya dan kembali bersama dengan keluarga yang dia rindukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Erlin Novianti Ahmad
rasain kau Mike.. karma dibayar real.. Smua dpt balasannya sesuai dengan perbuatannya
2022-09-03
1
titiek
cian dech luuu. berarti udah nikah trs dia lari sm tu cewek
2022-08-30
0
titiek
udah nikah dong
2022-08-30
0