" Koq jadi aneh ketemu Tania," guman Ezra saat keluar dari tenda, Tania juga keluar, jantung Ezra berdetak keras menatap wajah cantik Tania pagi ini.
" Aneh aku melihat Pak Ezra, seperti aku sudah akrab dengannya," guman Tania saat menggunakan sepatu kets nya.
Mereka saling beradu pandang.
" De Tania, hari ini tinggal jalan ke loji tua," kata Ezra lembut dan memberanikan diri berucap walau jantung tak karuan.
" Iya Pak," jawab Tania tersipu malu, karena yang diingat Tania begitu beraninya meremas tangan Pak Ezra, tangan Tania berkeringat dingin.
" uuk ukk," suara batuk Farah melihat keduanya beradu pandang, yang lainpun saling menggoda.
" Tan, kalau pacaran jangan ke loji 13, nanti bisa ketemu Tuan Adolf lho," canda Firda, sekarang ganti bukan vampire tapi Tuan Adolf pada cerita Mak Lampir, Tania tersenyum melihat mereka dan gemes sehingga Tania mencubit tangan Firda, yang dicubit mengaduh.
Ezra sebenarnya mendengar candaan mereka, tapi adiknya cepet cepet mengajak senam karena kemaren sudah jalan mengitari loji, rombongan Tania juga mengikuti senam. Areal senam melewati loji nomer 13, Tania merasa aneh melewati loji ini, demikian Ezra yang berjalan dibelakang rombongannya, Tania matanya tidak melihat kalau loji itu ditumbuhi semak belukar, tapi loji itu dilihatnya seperti saat dia mengunjungi dengan Pak Ezra, Tania melihat Bi Tami yang masih terlihat cantik menyapu halaman loji itu, dan memandang Tania dengan tersenyum, dia melihat Bibi wajahnya pucat kaya tak ada darahnya.
" Aduh Tan, jalannya lihat depan jangan lihat ke kiri terus," seru Farah karena sepatu ketsnya keinjek sepatu Tania, membuat Farah jalannya berhenti di depan loji itu, Farah menengok ilalang yang tumbuh dengan liar dihalaman loji, juga melihat loji dengan tembok yang berlumut bulu kuduknya berdiri, Tania dan teman teman menunggui Farah.
" Maaf Rah," kata itu yang hanya bisa keluar dari bibir Tania. Farah melihat wajah pucat Tania, sehingga tidak tega untuk memojokkan lagi.
Sementara itu Ezra juga melihat dihalaman loji ada Bibi Tami yang berwajah pucat melihatnya, tapi Peter dan Nyonya Belanda tidak terlihat. Dari jalan yang dilalui rombongan yang akan senam keluar lewat pintu gerbang.
" Pintu gerbang ini sepertinya dulu merupakan jalan keluar atau masuk ke loji, karena loji ini tidak ada yang sanggup membersihkan akhirnya di ubah," guman Ezra. Rombongan Farah sudah ketinggalan senamnya, dan habis senam pada beli jajanan yang banyak di jajakan di pinggir lokasi itu dengan menggunakan gerobag. Semua peserta senam sudah menuju ke tenda, lagi lagi Tania dan Ezra yang berjalan tidak bersamaan melihat loji bercat putih, cahaya di dalam ruangan terang benderang, ada kelebat orang berjalan sangat cepat di ruang tamu, cuma tak bisa terlihat jelas sosoknya. Keduanya tidak mau menceritakan ke orang lain, karena mulutnya terasa terkunci.
Jam 8 pengunjung sudah bergerak menuju ke lokasi, keluarga Ezra hari ini jalan keliling desa.
" Apa nanti dedek enggak pada capek," sapa Ezra pada ponakan ponakannya.
" Kalau capek naik becak," jawab Haris yang sudah pernah kesini ada becak untuk mengantar pengunjung yang sudah kelelahan.
" Semoga kita nanti pulang jangan kemalamen," kata Mirna, ia ingat rombongan Farah kemaren.
"Bismillahirohmanirohim, let's go!" kata Haris memulai perjalanan yang akan melelahkan.
Rombongan Farah masuk loji, Tania merasa tidak nyaman karena sejak masuk ke loji satu dan seterusnya mengalami seperti Ezra yaitu merasa diikuti, kadang seperti di sebelahnya, juga pindah dibelakang, pas berada di loji 12 tengkuk lehernya kaya ada tangan sangat dingin sedingin es memegangnya, sampai dia menoleh kebelakang tapi tidak ada siapa siapa, karena pengunjung lagi pada asyik melihat lihat isi ruangan. Tania pucat pasi, dia berdiri bersender di tembok di ruang tengah tertinggal dari temannya yang masuk ke dapur, dia memandang ke langit langit loji yang tinggi, keringat dingin keluar dari pori pori tubuhnya.
" Tan, kamu capai apa, tadi enggak ikut melihat dapur?" tanya Farah yang agak curiga ke Tania.
" Tapi kamu koq pucat sekali wajahnya," ujar Ela,
" Kaya baru melihat tuan Adolf," cetus Firda yang suka ngomong yang nakutin.
" Yuuk pulang," ajak Rindi, satu satunya jalan keluar untuk menuju tenda lewat loji itu, loji yang paling besar diantara yang lain, tetapi rombongan lain biasa saja lewat disitu, paling hanya terdengar candaan mereka.
" Hmmm di loji ada noni noni cantik lho," candaan mereka, yang lain sahut menyahut, sehingga suasana jalan menjadi ramai.
" Kalau noni Belanda, kalau vampire bagaimana?" celoteh pengunjung dengan tubuh jangkung, yang lain menyahut.
" Sereeem!"
Sementara Tania semakin tidak karuan tubuhnya, dan hampir jatuh.
" Tan, Tania," seru Farah yang selalu berada disebelahnya.
" Duduk dulu Tan," suruh Ela, Tania duduk di bangku yang menghadap persis ke loji itu, matanya melihat Peter di bawah pohon di seberang jalan di depannya.
" Peter!" mulut Tania memanggil nama itu, temannya terkejut di buatnya.
" Tan, kamu panggil Peter, siapa dia?" desak Farah dengan perasaan cemas, dahi Tania dipegang oleh Firda.
" Dingin dahinya," cetus Firda, teman yang lain ikut pegang dahi Tania.
" Iya, Peter yang punya loji itu," jawab Tania dengan bibir bergetar dan pucat. Akhirnya Tania di tandu ke tenda, padahal hari ini niatnya mau pulang, akhirnya nambah satu hari lagi, karena Tania bersikeras belum mau pulang.
Sementara keluarga Ezra berjalan ke Desa Wisata dan masuk anjungan seperti yang dilakukan oleh rombongan Farah, ternyata anak anak suka di taman buah dan di areal binatang, sehingga sampai kemalaman, Mirna dan anak anak karena kecapaian naik becak sehingga sampai ke tenda lebih dulu, sedangkan Ezra, Rendhi dan Haris berjalan, dan mereka terkejut karena pulangnya salah jalan dan lewat jalan samping loji.
" Waduuh, koq lampu nya enggak nyala ya," cetus Haris agak merinding juga tengkuk lehernya, Rendhi yang ketakutan mulutnya membaca Suratan yang ia hafal sepanjang lewat samping loji itu sambil mencengkeram erat tangan Ayahnya, demikian Haris mengikuti bacaan Rendhi.Tapi Ezra malah sebaliknya dengan santainya ia berjalan, matanya melihat didalam loji lampunya terang, sinarnya bahkan sampai menuju jalan yang mereka lalui, dan bertiga mereka masuk menuju ke pintu gerbang tapi di tutup, sehingga mereka meneruskan perjalanan yang semakin menjauh dari lokasi tendanya sendiri, dan bertiga lewat depan tenda tenda pengunjung lain, yang sudah siap siap mau menuju lokasi api unggun.
Mirna yang di tenda dengan dua anaknya berusaha menghubungi ponsel ketiganya, selalu diluar area. Dan Mirna pun melapor pihak wisata.
" Sepertinya tersesat kaya rombongan mahasiswi kemaren," jawabnya, pihak wisata dengan sigap menuju ke jalan dekat loji tapi sudah tak ada.
Lampu di pinggir jalan dekat loji sengaja tidak diganti, dibiarkan gelap karena berkali kali diganti selalu putus.
" Mas, lewat jalan mana?" tanya Mirna ke suaminya saat Haris bersama Ezra serta Rendi sampai ke tenda, dan Harispun cerita kalau salah jalan. Haris, Ezra dan Rendhi seharian berjalan tubuhnya kotor dan merekapun mandi. Rencana mereka pulang pagi ke kotanya.
Keluarga Ezra tidak ikut ke lokasi api unggun, mereka menikmati makan malam bersama ditenda Ezra.Juga nunggui Ezra kalau kalau pergi lagi yang membuat repot semua.
" Kenapa perginya Mas Ezra selalu dengan Tania?" tanya Mirna dalam hati. Tadi sempat berbincang dengan Farah, sepertinya Tania dan Ezra ada rahasia yang disembunyikan. Farah juga cerita tentang ucapan Tania yang melihat Peter.
Keduanya akhirnya tahu kalau Ezra dan Tania suka mimpi sambil berjalan. Dan Farah beserta teman satu tenda juga tidak ikut acara di lokasi api unggun.
Di tenda Farah, berlima sehabis makan malam berupa nasi bungkus berusaha mengorek rahasia yang di pendam Tania, hati hati mereka bertanya.
" Kamu tak akan percaya ceritaku," jawaban Tania seperti tidak suka kalau teman teman menanyakan yang berhubungan dengan Peter.
" Kami berusaha percaya ceritamu Tan," kata Farah yang lain mengiyakan.
" Sudahlah, mungkin itu halusinasiku," jawab Tania agak tinggi nadanya, seperti ada yang memberi penekanan kalau Tania harus tutup mulut.
" Atau kamu menemukan cinta disini Tan?" desak Ela sambil makan kacang kemasan yang dibawa dari rumah.
" Ha ha ha, bisa saja El kamu ngomong gitu," jawab Tania tertawa, wajahnya terlihat cerah.
" Dengan Pak Ezra ya Tan, tadi pagi aku memergoki kamu saling tatap," ucap Farah tertawa.
" Ups jangan keras keras nanti terdengar tenda sebelah," ujar Rindhi sambil mulutnya ditutup dengan dua jarinya,
Mereka berlima yang lagi menghabiskan cemilan kemasan tertawa bersama, membuat suasana tenda semakin hangat. Tania yang jadi bahan ledekan temannya tidak mau ambil pusing dengan candaannya, dia sudah biasa sebagai ledekan teman temannya, jadi legowo saja.
Ditenda Pak Ezra juga terjadi keseruan, Ezra digoda oleh saudaranya.
" Rend, kalau kamu punya Bunda Tania gimana?" tanya Haris langsung ditujukan ke Rendhi, dia bingung jawabnya.
" Tanya Ayah saja Oom," jawab Rendhi karena dia enggak mau menjawab, Rendhi sebenarnya kasihan pada Ayahnya menduda lama, tapi Rendhi takut kalau punya ibu tiri tidak sebaik istrinya Anang Hermansyah, dan takut juga Ayahnya lebih meyayangi istrinya dari pada dia.
" Rend, kamu sudah besar lho, harus sudah mulai mandiri," kata Mirna sambil mengelus rambut Rendhi.
" Ayahmu kasihan juga tak ada yang melayani," kata Oom Haris tersenyum.
" Rendhi nanti kalau sudah klas 8 mungkin tahu, kan sesama lelaki," lanjut Oom Haris. Ezra masih tersenyum senyum dengan pembicaraan mereka.
" Ayahmu mungkin disini menemukan cinta Rend," ucap Mirna.
" Aaah, bisa saja kamu Mir," jawab Ezra tertawa.
" Kan tuh kelihatan dia lagi jatuh cinta," ucap adik perempuan Ezra. Rendhi belum siap punya ibu tiri.
Merekapun tidur,
" Tania, Ezra."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Yen Lamour
Semangat terus ya kak, aku msh cicil dulu 😊
Silence selalu hadir bersama cinta dan dendam 🥰
2022-05-25
1
Tika77h
ok siap
2022-05-15
0
Senajudifa
lanjut thor
2022-05-15
2