" Maaf De Haris, aku ngantuk sekali," kata Ezra ke suami Mirna, menuju ke tenda diikuti Rendhi. Pak Ezra dan Rendhi tidak ikut acara api unggun. Terjadi juga pada Tania yang sedang makan malam dengan membeli nasi bungkus karena tidak sempat masak.
" Aku ngantuk Rah," kata Tania tak berdaya matanya menahan kantuk yang amat sangat, sehingga langsung tertidur.
" El, kamu tak perlu ikut api unggun, tunggui Tania, ibunya berpesan kita jaga Tania karena dia sering tidur sambil berjalan," pesan Farah nyerocos ngomongnya sampai sulit dipotong.
" Ok, siap!" jawab Ela duduk disampingnya.
" Bener kamu jangan sampai ketiduran," ucap Firda meringis.
" Fir, jangan meringis, nakutin lho," protes Ela, karena ingat obrolan tadi siang tentang vampire.
Setelah mereka pada menuju lahan api unggun, suasana tenda sangat sepi, bulu kuduk Ela merinding diapun membaringkan tubuh disebelah Tania yang sudah bermimpi dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tangannya memeluk erat tubuh Tania.
Demikian pula tenda sebelah yang hanya dihuni oleh Pak Ezra dan Rendhi, Rendhi memandangi ayahnya yang terlelap tidur, mungkin ayahnya sudah mimpi.
" Sepi sekali malam ini, semua penghuni tenda berkumpul di lokasi api unggun," guman Rendhi yang tanpa disadari bulu kuduknya berdiri, keringat dingin membasahi tubuhnya. " Aneh, kenapa perasaanku enggak nyaman ya," gumannya, dia merogoh ponselnya yang ada disaku celana, berniat menghubungi Tante Mirna, tapi rasa kantuk mengalahkan segalanya. Seperti juga Ela, Rendhipun menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dengan memeluk tubuh ayahnya erat, Ezrapun sama suka tidur sambil berjalan.
" Ezra!"
" Tania, kemarilah!" panggil tuan Peter yang lagi duduk sendiri di kursi taman halaman depan sambil memandang bunga mawar putih yang tak habis habisnya mekar. Kedua orang itu yang sedang berjalan berdua seperti sedang memadu kasih menghampiri tuan Peter.
" Kamu sahabatku yang baik Ezra dan Tania," kata tuan Peter setelah kedua orang itu mendekat dan duduk menghadap tuan Peter di kursi taman yang tertata rapi.
" Kamu mau minum kopi, teh atau sari buah jeruk," kata Peter, sambil panggil seorang wanita setengah baya menggunakan baju kebaya lurik, wanita pribumi tanpa poles, wanita ini terlihat cantik.
" Koq wajah wanita itu seperti ku kenal," guman Ezra di hati, dia menengok wanita disebelahnya, yaah menengok Tania.
" Emmm wajahnya mirip wanita yang ada disampingku, yaah mirip Tania."
" Bi Tami!" panggil tuan Peter, yang diipanggil mendekat dan membungkukkan badannya.
" Bi, jangan berlebihan membungkuknya, tolong buatkan minuman jeruk untuk kedua sahabatku ya, jeruk yang masih segar ya," perintah tuan Peter panjang. Berdua melihat Bi Tami memetik buah jeruk dipohon yang sedang berbuah bergantungan. Sejauh ini keduanya masih diam membisu.
" Ayo diminum, jangan diam saja," pinta Peter senyum dengan wajah pucat.
" Tuan selalu mengikuti aku tadi siang," kata Ezra, Taniapun berkata sama.
" Tadi siang, bukankah sekarang siang hari, itu matahari dibarat," guman Ezra.
" Iya, karena kamu berdua pengunjung yang paling ingin tahu tentangku," jawabnya terlihat bibirnya kaya tidak bergerak tapi suaranya terdengar jelas di kedua telinga mereka berdua.
" Bukankah semua pengunjung juga ingin tahu tentang loji ini," jawab Tania yang dari tadi hanya diam memperhatikan orang yang ada di ruang tamu. Tuan Peter tertawa menyeringai, Tania memperhatikan gigi gigi Tuan Peter.
" Aaah giginya tak bertaring," guman Tania yang membayangkan lelaki di depannya akan berubah menjadi vampire.
Mereka bertiga menikmati sajian yang disuguhkan oleh Bi Tami, yang ditambah dengan roti kering yang legit juga gurih rasanya seperti campuran milk dan keju nya pas di lidah.
" Mamahku pandai buat roti," kata Peter menunjuk nyonya Belanda yang sekarang duduk di kursi teras. Mereka berdua tahu roti ini buatan Mamahnya, sehingga tak perlu menanyakannya.
" Tuan sahabatku, bolehkah aku menanyakan keberadaan loji loji ini," tanya Ezra hati hati takut kalau Peter marah, karena Ezra membayangkan tuan Peter kaya Gubernur Jendral Daendels yang memaksa rakyat Jawa membuat jalan Anyer sampai Panarukan dengan melakukan kerja rodi.
" Boleh Ezra, kamu terlihat ketakutan padaku," jawabnya kalem.
" Kamu jangan membayangkan aku sekejam saudaraku," lanjutnya, wajahnya tertunduk terlihat menahan kesedihan mendalam.
" Saudara, siapa namanya tuan temanku?" desak Ezra dengan wajah serius ingin mendengar cerita selanjutnya, sementara Tania hanya sebagai pendengar saja, cuma matanya kadang memperhatikan apa saja yang ada di taman halaman depan.
" Dia bernama Joseph, yang tinggal di loji nomer 12," jawabnya sedih.
" Ohh, di loji itu tadi siang aku melihat anda di bawah pohon kenari," jawab Ezra.
" Tapi bukankah ini malam aku sadar betul tadi habis makan malam ketiduran, koq disini ada matahari," gumannya mulai merasa aneh, Ezra melihat Tania, dia tenang tak terlihat wajahnya penuh kegelisahan, tidak seperti dirinya.
" Ezra kenapa gelisah?" tanya Peter dingin dan pucat.
" Ti ti dak Peter," jawab Ezra terlihat gugup, Tania yang ada di sebelahnya mencoba memegang tangan Ezra.
" Pak Ezra, kita pulang yuuk, kita sudah lama disini, mengganggu istirahat tuan Peter," ajak Tania dengan memegang tangan Ezra yang dingin.
" Tidak mengganggu, aku senang berteman denganmu berdua," jawab Peter dengan kedua tangan diangkat didepan dadanya.
Sementara itu, Ela dan Rendhi bangun mereka melihat Tania tidak ada disampingnya dan Rendhi juga begitu, pengunjung yang berkumpul di lokasi api unggun juga sudah mulai bubar masuk ke tenda masing masing.
Petugas malam Desa Wisata yang berkeliling tenda terkejut dibuatnya, melihat dari kejauhan dua sejoli keluar dari semak semak depan loji nomer 13. Tapi mereka tak terlihat lagi karena petugas itu dikerumuni oleh pengunjung.
" Pak, betulkah bapak tadi melihat dua orang keluar dari rumput ilalang itu?" tanya pengunjung yang mengerumuni.
" Tidak, itu ternyata pengunjung yang baru ke kamar mandi," jawab petugas malam berbohong, letak kamar mandi searah jalan menuju loji.
Sementara yang diluar tenda lagi pada bingung, Rendhi yang menangis disuruh Tantenya masuk ke tenda, terus duduk di depan selimut yang membujur memanjang dan Rendhi dengan terisak membuka selimut itu.
" Ayah Ayah!" panggil Rendhi dengan memegangi tangan bapaknya, Ezra sedikit demi sedikit membuka matanya, dan bingung di buatnya.
" Aku dimana?" keluhnya, tubuhnya menggigil
" Ayah sakit?" tangis Rendhi pilu.
" Tidak Nak!"jawab Ezra, bangkit dari tidur memeluk anaknya yang disayangi.
" Mas, kamu perlu ke dokter, siapa tahu ada dokter yang bisa menyembuhkan penyakitmu," kata Mirna pelan sambil mengusap keringat kakaknya di dahi.
" Ayah, sering keluar dalam keadaan tidur," kata Rendhi sedih,
Ditenda sebelah juga terjadi kehebohan.
" Tania, Tania!" Panggil Farah membangunkan Tania yang menutupi dirinya dengan selimut.
Farah dan teman lain membuka selimut yang menutupi tubuh Tania, seluruh tubuh Tania diteliti kalau kalau ada yang luka, " hmmm enggak ada yang lecet sedikitpun," guman teman teman di tenda dalam hati.
" Tan, kamu membuat jantung berdebar," kata Ela, yang lainnya mengiyakan.
" Kamu dengan Pak Ezra dari loji 13 apa?" ceplos Farah kesal, karena sudah dua malam ini Farah dan Pak Ezra menghilang dan tahu tahu sudah ditenda.
" Jangan ngawur Rah," jawab Tania bingung, dia tak berani menceritakan tentang mimpinya, iya Tania menganggap bertamu ke rumah Peter itu mimpi. Tapi mimpi berjalan bersama Pak Ezra.
" Tan, ngelamun," ucap Firda meringis dengan memperlihatkan gigi taringnya yang gingsul.
" Fir, jangan meringis gigi taringmu nakutin, jadi bayangin vampire," seru Rindhi dengan kedua telapak tangannya menutup muka.
" Sudah tidur, Tania di tengah tidurnya," ucap Farah berbaring, tubuhnya ditutup selimut.
Ezra ditenda sebelah tidak bisa tertidur lagi, lamunannya pada Peter, juga penghuni loji yang ia dan Tania datangi.
" Yaa aku pergi bersama Tania, bahkan dia sempat pegang tanganku," guman Ezra sambil pegang tangannya yang masih merasakan halusnya remasan tangan Tania, dia berbaring ditenda ditemani keluarga Mirna, matanya menerawang langit langit tenda dengan tangan diangkat keatas kepalanya, nafasnya ia tarik perlahan untuk memastikan tadi kebersamaannya dengan Tania hanya sebuah mimpi, tapi mengapa sudah dua malam selalu mimpi pergi ketemu Peter bersama Tania.
" Apakah aku hidup dalam dua dimensi?" pikirnya, Ezra sulit juga menemukan jawaban ini sampai matanya tak mampu untuk tidur kembali, dan hanya bisa membolak balikan tubuhnya ke kanan, kiri dan tengkuran, sampai pagi rasa gelisah tak kunjung usai.
" Mas, kamu terlihat gelisah," sapa Haris lirih, saat Ezra duduk di dalam tenda, Haris ikut duduk.
" Apa lagi jatuh cinta?" bisiknya lirih ditelinga Ezra sambil tersenyum.
" Enggak tahu Ris, tak ada sebab hatiku galau," kata Ezra, dengan sesama lelaki Ezra tentu lebih terbuka.
" Tadi, penjaga malam sini melihatmu dengan Tania," ucap Haris seperti ngeledek, sehingga ditanggapi dengan tertawa.
Taniapun ditenda sebelah tak bisa memejamkan mata kembali, iapun teringat saat tangannya ******* ***** tangan Pak Ezra.
" Mengapa aku yang meremas duluan bukan dia, uhh semoga ini mimpi, kalau betulan, mukaku diletakan dimana?" guman Tania dengan menenggelam wajah ke batal.
" Tan, ini sudah Shubuh, kamu enggak tidur koh," ucap Farah sambil menguap, ia merasa kurang tidur selama dua malam ini dengan peristiwa hilangnya Tania yang bagaikan misteri yang sulit dipecahkan.
Bahkan Tania dan Ezra sulit juga memecahkan misteri ini.
Adzan terdengar di Mushola yang ada di lokasi ini, semua bergegas untuk berwudlu, karena tempat Wudlu tidak mencukupi, banyak yang menggunakan fasilitas kran untuk keperluan memasak yang ada di dekat tenda tenda.
" Pagi ini kita hanya bikin nasi goreng saja," kata Ela yang dapat tugas masak.
Sebelum jam 8 pengunjung berjalan mengitari lokasi camping.
Tania dan Ezra saling menatap saat bertemu keluar dari tenda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta hadir
2022-05-13
1