Sore hari setelah Rania dan Hana pulang,nyonya Lista menemui putrinya sambil membawakan sebuah baju yang baru saja datang dari Paris untuk Sheva.
"Sayang,kamu kok belum mandi?"
"Nanti mi"
"Udah sana mandi dulu,terus siap-siap kita akan berangkat setengah jam lagi"
"Kenapa buru-buru sih mi?"
"Kamu tahu sendiri Jakarta macet apalagi jam pulang kantor"
"Hmmm"
Sheva segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri,sementara itu nyonya Lista meninggalkan setelan berwarna putih itu di atas ranjang Sheva.
Tepat pukul 18.00 Sheva turun dari tangga,kedua orang tuanya yang menunggu di ruang tamu tersenyum lebar melihat putrinya yang sangat cantik.
"Putri papi cantik banget" ucap tuan Robert
"Bagus kan pi? itu baju yang mami pesan dari Paris loh"
"Oh itu jadi buat Sheva?"
"Iya"
"Cantik sayang,kamu terlihat berseri dengan baju itu"
"Kita berangkat sekarang?"
"Yukkk"
Mereka berjalan menuju halaman rumah,di sana sopir dan mobil sudah menunggu. Sekarang Sheva hanya bisa pasrah dan mengikuti semua kemauan orang tuanya. Sesampai di restauran mereka terkejut karena keluarga William sudah tiba terlebih dahulu
"Loh,kok kalian sudah duluan?" tanya tuan Robert
"Iya Rob,kami gak mau membuat kamu menunggu lagi jadi kami berangkat lebih awal saja" tutur tuan William
"Sheva,kamu cantik banget sayang" ucap nyonya William
"Makasih tante"
"Ayo duduk"
Sheva duduk di samping maminya dan berhadapan langsung dengan Morgan,laki-laki di seberangnya tersebut tiada henti menatap Sheva yang sudah merasa tidak nyaman karena tatapan Morgan itu.
Tak menunggu lama,mereka segera memulai acara makan malam keluarga. Sheva tidak banyak tingkah kali ini,ia hanya berusaha menyembunyikan rasa jengkel yang bercampur dengan cemas karena keadaan ini.
Setelah selesai makan malam,mereka menikmati disert sambil membicarakan soal pekerjaan,dan beberapa saat kemudian topik mereka berubah menuju soal pernikahan. Jantung Sheva berdetak kencang saat orang tuanya meminta kepada keluarga William untuk segera menentukan tanggal.
"Jadi gimana William,kira-kira kapan?"tanya tuan Robert
"Kalau saya tergantung kamu nya siap kapan"
"Bagaimana jika biar mereka saja yang memutuskannya"
"Jadi bagaimana nak Morgan?" tanya nyonya Lista
"Kalau Morgan sih pengennya tunangan dulu tante sambil menunggu Sheva wisuda. Jadi kita tidak mengganggu kuliah Sheva dengan persiapan pernikahan" tutur Morgan
"Betul juga kata Morgan,bukankah lebih baik begitu Rob?"
"Oke ,saya setuju"
"Papi nggak tanya dulu ke Sheva,apa Sheva setuju atau keberatan dengan itu semua?" ucap Sheva sambil memberanikan diri
"Bukankah kita semua sudah setuju akan hal itu Va?"
"Tapi Sheva juga punya pendapat sendiri pi"
"Coba katakan apa pendapat kamu?"
"Sheva rasa,pernikahan ini tidak perlu terburu-buru. Kita juga masih bisa menunggu Morgan untuk wisuda juga"
"Sheva,Morgan wisuda masih tahun depan jadi kalau menurut tante tidak masalah bagi Morgan mempunyai status pernikahan saat kuliah. Bukankah begitu Morgan?"
"Iya ma,Morgan juga tidak keberatan jika Sheva ingin melanjutkan S2 setelah menikah nanti"
"Kamu yakin?" tanya Sheva
"Kalau itu bisa membuat kamu bahagia saya rasa itu bukan hal yang besar"
"Oke ,setelah wisuda dan menikah Sheva ingin melanjutkan S2 dan S3 di Stanford"
"Sheva,kamu apa-apaan sih?" ucap tuan Robert dengan nada tinggi
"Sheva,Stanford itu jauh sayang.Bukan perkara Jakarta Bandung" imbuh nyonya Lista
"Bukankah Morgan sendiri tidak keberatan akan hal itu mi?"
"Iya tapi kan masak iya kalian mau LDR di saat sudah menikah"
"Kalau Morgan bisa kenapa enggak?" jawab Sheva yang mulai kesal
"Sheva,Morgan akan mengurus perusahaan om William di Indonesia setelah ia lulus nanti" jawab tuan Robert
"Enggak apa-apa om,nanti Morgan bisa bantu papa urus kantor di Amerika saja"
"Bukan begitu maksud om Morgan,Sheva ini anak bungsu om dan tante. Jadi sebisa mungkin Sheva tidak boleh jauh dari kita. Kalau kamu saja bisa melanjutkan S2 di Indonesia kenapa Sheva nggak bisa?"
"Sheva bukannya gak bisa pi,tapi Sheva nggak mau harus kembali ke kampus yang selama ini Sheva rasa membosankan"
"Ya sudah,kalau begitu kamu tidak usah lanjut S2. Kamu bisa di rumah fokus sama rumah tangga kamu sama Morgan atau bisa bantu Morgan di kantor nanti"
"Nggak,Sheva nggak mau. Pokoknya Sheva mau lanjut S2 atau batalkan perjodohan ini" ucap Sheva yang berlari pergi dari meja makan
"Shevaaa mau kemana kamu??" teriak tuan Robert
"Om,tante biar Morgan yang kejar Sheva ya?"
"Iya Morgan"
Sheva berlari keluar,sampai di parkiran ia menangis. Morgan yang melihat itu berusaha memberikan waktu kepada Sheva untuk menenangkan diri. Beberapa saat kemudian ia baru datang menghampirinya dan memberikan sapu tangan
"Ngapain kamu kesini" ucap Sheva ketus
"Aku tahu,pasti berat menerima kenyataan ini. Tapi mau bagaimana pun tujuan mereka sama,hanya ingin melihat anak mereka bahagia"
"Kamu pikir menikah sama kamu bakal buat aku bahagia?"
"Kalaupun kamu nggak bahagia,maka aku gagal jadi seorang laki-laki"
"Aku nggak peduli ya,mau kamu kayak gimana pun itu gak akan membuat hati aku mencintai kamu"
"Aku juga gak minta kamu supaya cinta sama aku,tetapi aku cuma mau kamu mengerti kapan dan bagaimana kamu akan membahagiakan orang tua kita selagi mereka masih ada"
"Kalau aku harus memikirkan kebahagiaan mereka,lalu siapa yang akan memikirkan kebahagiaan aku?"
"Kamu jangan khawatir,soal itu adalah urusan aku karena aku adalah suami kamu"
"What? suami? kita belum nikah ya,jadi jangan ngaku-ngaku kalau kamu itu suami aku"
"Oke,sekarang aku minta kamu kembali ke dalam dan buat keputusan kamu dengan otak bukan dengan ego kamu itu"
...BRILIANA ARVILIOXA (HANA)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments