Hari dimana Hana dan Candra akan bertemu kembali akhirnya tiba. Sekarang Hana sudah berada di dalam ruangan Candra. Tentunya dengan posisi yang berdiri sementara Candra duduk di tempatnya.
"Sudah tahu kenapa kau berada disini?" tanya Candra dengan menatap Hana begitu detail.
"Tahu Pak. Sebelumnya saya mau minta maaf terlebih dulu karena waktu itu tanpa sengaja menabrak Bapak."
"Maaf mu sudah terlambat! Gara-gara kau berita murahan seperti ini bisa menjadi skandal besar! Kau tahu bukan, karena berita seperti ini. Namaku jadi tercemar! Kehidupan pribadiku jadi tersorot!"
Candra meluapkan semua emosinya di depan Hana. Hana yang sudah terbiasa dimarahi hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Maaf, hanya itu yang bisa saya lakukan."
"Haaah, sudahlah ... nanti setelah jam istirahat makan siang kau pergi ke parkiran. Raka akan mengantarmu ke suatu tempat. Silakan kembali bekerja."
Hana menuruti perintah Candra. Ia kembali melaksanakan pekerjaannya. Sementara Candra, ia mengambil kunci mobilnya dan bergegas keluar dari kantornya.
****
"Ternyata ucapan Raka benar. Kata-katanya tajam. Tapi kenapa aku hanya bisa fokus pada ketampanannya?" ucap Hana sambil membayangkan wajah rupawan Candra.
Hana tidak pernah bermimpi untuk bertemu pangeran ataupun kaisar. Ia hanya bermimpi untuk bertemu orang biasa. Nyatanya takdir berpihak padanya sekarang. Ia dipertemukan dengan laki-laki yang ketampanannya bak pangeran. Meskipun status ekonomi mereka sangat jauh berbeda. Mimpi hanyalah mimpi, jadi nyata ataupun tidak bukanlah masalah. Karena Hana juga sadar diri.
"Jatuh cinta? Rasanya seperti ada kupu-kupu yang menggelitik di hatiku."
Hana tersenyum malu saat mengatakan kata 'jatuh cinta'. Mengingat hubungan percintaannya, Hana hanya memiliki satu mantan. Hubungan Hana yang dulu berakhir karena status ekonomi yang berbeda. Maka Hana hanya bisa mencintai dalam diam. Jika orang yang disukainya tidak sederajat dengannya.
"Jangan banyak menghayal Hana. Mimpi bila dikejar akan semakin tinggi. Nanti kalau jatuh akan terasa sakitnya."
Setelah mengatakan itu, Hana kembali bekerja. Ia pergi ke dapur perusahaan untuk mencuci gelas yang sudah bertumpuk di wastafel. Tidak terasa waktu berputar begitu cepat. Waktu makan siang pun sudah berakhir. Hana pergi ke parkiran.
****
Hana sudah sampai di depan sebuah rumah megah bak istana. Hana takjub melihat desain rumah tersebut. Di halaman rumah, terdapat tanaman-tanaman bunga, dan tanaman herbal. Belum lagi, saat Hana masuk ke dalam rumah tersebut, semua yang ada di dalam rumah sangat menakjubkan. Di mulai dari lukisan dan desain interior yang berada di ruang tamu.
Hana dan Raka dipersilahkan untuk duduk oleh pembantu di rumah tersebut.
Tak lama kemudian, Candra pun sampai di rumahnya. Ia langsung duduk di sofa yang berbeda dengan Hana dan Raka.
"Bi, tolong bilang sama papa. Aku sudah sampai di rumah," perintah Candra pada Bi Sari.
"Baik tuan," jawab Bi Sari.
Tak perlu menunggu waktu lama, Abraham pun turun dari lantai atas dan duduk berhadapan dengan Raka dan Hana. Abraham melihat wajah Hana secara detail. Wajah Hana mengingatkannya pada seseorang yang berarti baginya.
"Sebelum mengambil keputusan cara mengatasi skandal ini, saya akan memberitahu informasi penting padamu. Apa kau bisa menjaga rahasia?"
"Saya janji, saya tidak akan membocorkan apapun yang saya dengarkan hari ini," ucap Hana dengan sungguh-sungguh.
"Sebenarnya Candra, anak saya awalnya memang akan menikah dalam dua minggu ini. Namun calon tunangannya pergi entah kemana tanpa alasan yang jelas sudah lebih dari dua bulan yang lalu. Sayangnya, berita tentang pernikahan sudah tersebar di internet. Jika pernikahan tersebut tidak dilaksanakan, maka anak saya akan dicap buruk oleh masyarakat begitu pula reputasi perusahaan saya."
Hana mulai mencerna penjelasan dari Abraham. Namun yang ia tidak mengerti adalah hubungan dirinya dengan semua itu apa?
"Jadi, maksud saya adalah untuk mengatasi masalah ini, perusahaan akan membenarkan semua rumor dan berita yang tersebar di internet."
"PA!" teriak Candra sambil berdiri. Meskipun belum dijelaskan secara rinci, Candra mengerti maksud dari pembicaraan Abraham.
"Duduk Candra!" perintah Abraham.
Candra pun duduk kembali dengan sikap yang sedikit tidak tenang.
"Pernikahan tersebut akan dilangsungkan dengan kau yang akan jadi pengantinnya. Inilah cara terbaik yang sekarang saya pikirkan."
Jederrrrr!
Bagaikan petir yang menyambar. Hana terkejut tidak percaya sekaligus merasa senang. Kapan lagi ia bisa menikah dengan lelaki yang disukainya. Tapi di sisi lain, ia juga bingung seorang pimpinan perusahaan akan menikah dengan seorang bawahan yang hanya office girl. Apa hal tersebut tidak menimbulkan asumsi atau rumor baru lainnya?
"Sebelumnya, saya mohon izin untuk berbicara. Tadi kan Bapak bercerita bahwa Pak Candra akan menikah dalam kurun waktu dua minggu ini, otomatis semua yang berhubungan dengan pernikahan sudah dipersiapkan. Jika saya menggantikan pengantin wanita tersebut, bukankah itu akan memunculkan berita yang baru lagi?"
"Seharusnya memang begitu. Tapi karena saya selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Saya meminta anak saya untuk tidak mempublikasikan kehidupan pribadinya ke khalayak umum. Maka dari itu, tidak ada yang tahu bagaimana wajah calon istri Candra sama sekali kecuali keluarga dan Raka sekretarisnya. Apakah kau bersedia?"
Hana tak tahu keputusan apa yang harus dibuatnya. Ia kemudian melirik Candra. Candra membalas dengan tatapan tajam seolah meminta Hana untuk menolak permintaan tersebut.
"Bukannya saya lancang untuk menolak, tapi kenapa harus saya? Saya hanya seorang karyawan biasa."
"Jika kau menolak, kau harus keluar dari perusahaan saya. Saya jamin kau tidak akan pernah bisa bekerja di perusahaan manapun."
Bukannya memberikan penjelasan Abraham malah mengancam Hana dengan sesuatu yang menyangkut hidupnya. Bagaimana jika ancaman tersebut benar-benar terjadi? Hana melirik kembali ke arah Candra. Namun tatapan yang sama diberikan oleh Candra.
"Pa, pasti ada cara lain selain pernikahan ini. Masalah pernikahanku, kita bisa batalkan saja," komentar Candra.
"Tidak ada cara lain Candra. Kau harus menuruti perintah papa. Jika pernikahan dibatalkan maka reputasi perusahan dan rumor buruk akan semakin banyak."
"Apa papa tidak memikirkan perasaanku? Bagaimana mungkin aku menikah dengan perempuan yang tidak aku cintai?"
"Cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya, seiring dengan berjalannya waktu."
"Lalu mengenai status ekonomi kita yang berbeda, bagaimana papa akan menghadapinya?"
"Kita cukup mengarang tentang kehidupan dan kekayaan dari keluarga Hana. Mudah, 'kan?"
"Pa ...."
"Cukup Candra! Ini perintah! Tidak bisa dibantah! Jika kau tidak mau menurutinya, papa akan mencabut semua fasilitas dan jabatan mu di perusahaan."
Jika Abraham sudah marah, Candra hanya bisa pasrah. Karena semua kata yang terucap dari mulut Abraham selalu terjadi. Ancaman tersebut bukanlah sekedar ancaman. Namun jika permintaan tidak dituruti, ancaman tersebut benar-benar akan terjadi dan menjadi bumerang bagi semua orang yang menentangnya.
Candra sudah tidak bisa berkutik lagi. Ia yakin bahwa Hana pasti akan menerima tawaran tersebut. Karena di mata Candra, Hana hanyalah perempuan yang gila harta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Bzaa
ati2 bucin Chan😆
2022-12-12
0
lovely
nikah paksa yg jadi korban pasti ceweknya🤔
2022-08-26
0
mama naura
Hana ngimn mau gak pasti mau toooo Krn kmu UD jatuh cinta kah 🤭😂😂😂💪💪
2022-08-24
1