Beberapa jam sebelumnya ...
"Candra, tolong kamu periksa laporan keuangan di Mal AH sekalian periksa semua mitra kita," perintah Abraham.
"Baik Pa," jawab Candra mengiyakan.
Setelah mendapatkan tugas dari Abraham, Candra pun segera bergegas pergi ke mal. Sudah bisa ditebak bukan? Siapa itu Abraham?
Candra mengemudikan mobilnya sendiri tanpa menggunakan supir pribadi. Karena Candra adalah tipe orang yang tidak suka barangnya disentuh oleh orang lain termasuk perempuan.
Tidak usah menunggu waktu lama, lima belas menit pun cukup untuk sampai ke Mal AH. Candra keluar dari mobilnya. Siapa sangka banyak sekali orang-orang sekitar yang fokus melihatnya. Tentu itu karena parasnya yang rupawan di kalangan para wanita.
"Wahh, CEO muda datang."
"Memang wajahnya tidak perlu diragukan lagi."
"Calon masa depanku."
"Perempuan yang bisa mendapatkannya adalah perempuan paling beruntung."
Itulah ucapan-ucapan dari mulut para wanita yang sering ia jumpai. Namun Candra tak pernah menggubris ucapan mereka. Ia akan terus berjalan dengan wajah datarnya yang karismatik. Meskipun begitu, Candra masih tetap diidolakan oleh para wanita.
Candra berjalan masuk ke dalam mal diikuti dengan beberapa pegawai mal di belakangnya. Karena ia tidak suka membuang waktunya, waktu berjalan pun ia gunakan untuk menanyakan perkembangan penjualan.
"Bagaimana penjualan kita di bulan ini?" tanya Candra.
"Total penjualan kita di bulan ini sedikit menurun. Tapi penjualan tas dan sepatu sangat berkembang pesat," jawab salah satu pegawai.
"Hm, begitu rupanya. Baiklah."
Candra terus berjalan sambil melihat ke sekelilingnya. Tanpa diduga seorang perempuan berjalan tanpa melihat ke arah depan. Dan ...
"Aduh." Suara rintihan kesakitan si perempuan saat ia menabrak dada bidang Candra. Candra merasa kesal dan ia langsung mengeluarkan suaranya.
"Bisa minggir?"
Itulah kalimat Candra yang keluar dari mulutnya. Si perempuan tersebut pun mundur beberapa langkah. Candra langsung berkata lagi.
"Punya mata itu dipakai untuk melihat jalan. Bukan untuk melihat barang murahan."
Kata-kata tajam dan menusuk dari Candra seharusnya membuat perempuan tersebut membalas dengan kata-kata atau sanggahan dari si perempuan. Namun ternyata, dugaan Candra salah. Si perempuan hanya terdiam.
"Kenapa terdiam? Terpesona?" tanya Candra.
Sudah bukan hal aneh lagi bagi Candra jika para perempuan akan terpikat tiap kali melihat wajahnya.
"Kau sama saja seperti wanita pada umumnya."
Setelah mengucapkan itu, Candra pergi menuju ke ruangan manajer mal. Ia tidak terlalu memusingkan tentang permohonan maaf yang seharusnya perempuan itu lakukan.
****
Sehari setelah kejadian tersebut, munculah sebuah skandal yang melibatkan Candra dan Hana di dalamnya.
'CEO muda, Candra Abraham tertangkap basah berpelukan dengan seorang wanita di Mal AH tepat pukul 14.00. Siapakah dia? Mungkinkan dia adalah pacarnya?'
Selain itu, muncul juga artikel lain yang membahas tentang rencana pernikahan Candra.
'Candra Abraham akan menikah dalam waktu dua minggu. Hal yang disembunyikan akhirnya terkuak di mal.'
Brakk!
Candra memukul meja kerjanya sekeras mungkin. Ia sangat membenci para wartawan yang seenaknya memberitakan tentang kehidupan pribadinya kepada khalayak umum. Ia hanya berharap kesuksesan dan kerja kerasnya lah yang diekspos di dalam berita.
Raka, sekretaris dari Candra yang melihat kemarahan dari Candra pun terkejut dan merasakan takut.
"Cepat! Urus berita ini. Jangan sampai tersebar lebih jauh lagi!" perintah Candra.
"Baik bos," ucap Raka.
Raka pun pergi keluar dari ruangan Candra.
"Sialan! Seenaknya saja mereka menjadikan aku objek untuk menaikan rating acara tv mereka!"
Rupanya berita tersebut sudah menyebar sampai ke telinga Presdir AH Group yaitu papanya Candra.
"Hhhh ...." Candra menghela napas sejenak saat melihat nama Abraham berada di layar depan ponselnya.
"Halo pa ...." Belum juga selesai bicara, Abraham sudah memotong sapaan Candra.
"Bagaimana bisa kamu punya skandal seperti itu? Pokoknya papa tidak mau tahu! Kamu harus cari perempuan itu! Dan bawa ke hadapan papa!"
"Tapi pa ...." Lagi-lagi ucapan Candra terpotong.
"Tidak ada kata tapi. Biar papa yang urus semuanya."
Panggilan tersebut dimatikan secara sepihak oleh Abraham. Candra hanya bisa menghela napas dan membanting ponselnya ke lantai. Jika Abraham sudah bertindak, Candra tidak bisa melawan ataupun membantah semua perintah Abraham. Itulah yang membuat Candra semakin kesal.
Beberapa jam kemudian, Raka kembali ke ruangan Candra dan memberikan informasi.
"Lapor bos! Berita tersebut sudah di-take down, sayangnya para orang yang tidak bertanggung jawab sudah lebih dulu menyebarkan berita tersebut dan sekarang malah semakin menjadi."
"Ya, saya tahu. Berita tersebut sudah diketahui oleh papa saya. Itu artinya berita tersebut sudah viral di internet. Tugas kau sekarang adalah cari perempuan yang menabrak saya waktu itu."
"Baik bos." Raka keluar ruangan dan kembali ke tempat semula.
Candra duduk di sofa sambil memijat pelipis matanya. Skandal seperti ini bagi mereka yang memiliki kekuasaan, jika salah dalam mengambil keputusan akan berakibat fatal setelahnya.
"Bagaikan hidup di dalam jeruji besi, haha," ucap Candra kemudian tertawa mengingat tentang kehidupan dirinya yang masih diatur oleh Abraham.
Tidak pernah sekalipun Candra bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Segala yang ia inginkan selalu ditentang oleh Abraham. Hanya satu yang disetujui oleh Abraham yaitu perempuan yang sekarang sudah menjadi mantan tunangannya.
"Andai saja kau tidak pergi dari sisiku. Mungkin saat ini, aku memiliki tempat untuk bersandar." Tanpa sadar Candra mengambil sebuah foto yang berada di dalam dompetnya. Kenangan terakhir bersama mantan tunangannya.
Ketika sedang asik memandang foto tersebut, pintu ruangan Candra terbuka dengan kerasnya.
"Kau sudah punya pengganti dia? Apa benar kau sudah melupakannya? Kenapa tidak cerita? Aku mendukungmu Can. Perempuan ular itu pantas untuk dilupakan!"
Laki-laki ini tiba-tiba datang dan langsung berbicara layaknya seorang rapper profesional.
"Tidak bosan kah kau menyuruhku untuk melupakan dia? Aku sampai hafal semua perkataan jelekku tentangnya."
"Kau tidak percaya pada sahabatmu sendiri, Can?" Alvin menanyakan perihal kepercayaan Candra padanya.
"Bagaimana bisa aku percaya? Kau sendiri tidak memiliki bukti apapun. Itu semua hanya omong kosong mu, Vin."
"Ya ya ya, lalu siapa perempuan yang diberitakan denganmu?" tanya Alvin.
Alvin Jonathan, dia adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki Candra. Mereka sudah bersama hampir seumur hidup mereka. Orang tua Candra dan Alvin adalah mitra bisnis. Di saat itulah pertemuan awal mereka hingga sampai sekarang masih bersahabat.
"Entahlah, aku juga tidak tahu," jawab Candra dengan jujur.
"Hm, seperti itu rupanya. Awalnya aku kira kau mengenalnya. Ternyata tidak. Bersiaplah untuk menghadapi skandal besar ini."
"Kau itu! ... ah sudahlah. Aku hanya tidak tahu kemana jalan pikiran papaku. Sulit sekali untuk menebaknya."
"Percayalah, apapun yang jadi keputusan om Abraham. Itulah yang terbaik."
"Aish! Percuma aku berbagi cerita dengan kau! Kau selalu membela keputusan papaku sejak dulu!"
"Oh tidak, kecuali satu hal. Perempuan ular itu."
"Terserah!"
Candra cape sendiri bila harus meladeni Alvin untuk berdebat. Karena Alvin lebih banyak bicara daripada Candra kecuali dalam urusan bisnis Candra lah jagoannya.
"Daripada suntuk disini. Lebih baik kita bersenang-senang. Akan aku tunjukkan tempat yang indah."
"Cari pacar sana! Kau selalu mengganggu waktuku!"
"Halah, ayo cepat!" Alvin menarik tubuh Candra yang bersandar pada Sofa. Candra pun hanya bisa pasrah saja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Vera Anzani
lanjut baca,, penasaran 🤗
2023-11-03
0
Bzaa
semoga Alvin, type2 temen kyk Alex
baik dan tdk menjerumuskan
2022-12-12
0
æ⃝᷍𝖒🐰🐰 A̮g̮r̮a̮ 🐇🐇𖣤᭄
menarik saya suka
2022-10-13
0