Mereka bertiga, sampai di rumah sakit.
Sudah ada Mama Dovi disitu menemani Dovi.
"Tante!" mereka bertiga bersamaan menyapa Mama Dovi.
"iya, masuk sini!" kata Mama Dovi, dengan suaranya yang lembut.
Mata wanita itu terlihat sembab seperti habis menangis. Tapi dia tetap tersenyum melihat anak anak muda itu datang.
"Makasih ya sudah menemani Dovi..." kata Mama Dovi.
"Nggak apa-apa, tante!" kata Billy.
Mata Mama Dovi melihat kearah Mita. Gadis yang disayangi anaknya itu. Mama Dovi menyayangi Mita, tapi ada sedikit rasa kesal dihatinya, karena gadis itu yang membuat Dovi bertahan dan tidak ikut dengannya sejak lama.
Dia membuang jauh jauh perasaan kesal itu. Sudah selesai, masa SMA sudah selesai, kini mereka bisa pergi bersama-sama.
"Tante rencananya akan membawa Dovi dalam minggu ini. Biar dia mendapat perawatan lanjutan disana saja. Bagaimana dengan nak Mita apa sudah siap?" tanya Mama Dovi pelan.
Mita dan Dovi sudah menduga hal itu. Mereka berdua sudah membicarakannya tadi pagi.
Sepulangnya tadi Mita langsung memberitahu dan membahasnya dengan keluarganya.
Demi kebahagiaan anaknya, orang tua Mita setuju saja kalau dalam waktu dekat Mita harus berangkat ke Australia dengan Dovi dan Mamanya. Dengan catatan, kuliah Mita harus lanjut dan dia wajib memperoleh hasil nilai yang baik di perkuliahannya.
"Mita sudah siap, tante. Tadi Mita sudah bicara dengan keluarga Mita. Dovi sudah menduga kalau tante akan membawanya kembali ke Australia secepatnya. Jadi kami sudah bersiap-siap" kata Mita sambil melirik Dovi yang tersenyum puas.
"Baguslah kalau begitu. Tante masih mengurus berkas-berkas, nanti tante kabari kapan perkiraan kita berangkat. Mita siap-siap aja ya!" kata Mama Dovi, sambil memeluk Mita.
Pemandangan itu sungguh membingungkan di mata Dinda dan Billy. Mereka senang melihat temannya bahagia namun merasa sakit juga karena mereka belum tentu bisa seperti teman temannya itu.
Mereka lalu berbincang-bincang di ruangan itu. Billy mampu menutupi perasaannya, tapi Dinda sebaliknya. Hati gadis itu seperti disobek-sobek. Dia berusaha sangat keras agar tetap terlihat tenang.
Hari hampir sore, mereka merasa perut mereka mulai keroncongan. Mereka lalu permisi kepada Mama Dovi untuk pergi membeli makanan.
"Tante masih kenyang, kalian duluan saja," kata Mama Dovi, ketika diajak makan bersama.
Mita juga menolak karena dia sudah sempat makan lagi dirumahnya sebelum pergi ke rumah sakit.
Billy dan Dinda lalu pamit pergi mencari makan, mereka juga sekalian pamitan pulang.
Mereka meninggalkan Mita yang ingin menemani Dovi dan Mamanya.
Mereka berdua duduk disalah satu rumah makan.
Setelah memesan makanan dan minuman, mereka hanya diam ditempat duduknya.
Tidak ada yang mau bicara duluan. Mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing.
Seorang pelayan rumah makan meletakkan makanan pesanan mereka keatas meja.
"Terimakasih!" kata Billy.
Setelah pelayan itu pergi, Billy lalu berkata
"Ayo makan dulu!"
"Aku mungkin minggu depan pergi ke Australia. Bagaimana denganmu?" lanjut Billy.
"Aku belum tahu. Aku belum membicarakan itu lagi dengan Mama Papa. Belakangan kondisi Mama memburuk," jawab Dinda berusaha menahan air matanya.
Gadis itu mengunyah makanannya, mencoba mengalihkan rasa sedihnya, agar tidak sampai menangis.
Billy masih bisa mendengar suara Dinda yang bergetar. Billy tahu kalau Dinda mau ikut dengannya, tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga dia memaksa Dinda meninggalkan Mamanya.
Dia tidak mau lagi membahas itu, dia mengerti perasaan Dinda.
Mereka berdua lalu mengobrol tentang teman teman sekolah pada saat acara kelulusan kemarin.
"Aku nanti singgah dirumahmu ya?! Aku ingin kita bersama dulu sebelum aku pulang. Mumpung hari belum juga terlalu malam..." kata Billy saat mereka sudah selesai makan dan bersiap pulang.
Dinda mengangguk senang. Tentu saja dia ingin bisa bersama Billy selama mungkin.
Billy tersenyum melihat pipi Dinda yang memerah.
"Sini!" Billy lalu memegang tangan Dinda.
Wajah Dinda makin merah. Melihat itu Billy mempererat genggamannya.
Mereka lalu masuk kedalam mobil.
Lampu remang-remang di parkiran, membangkitkan gejolak jiwa muda mereka yang sedang kasmaran.
Billy lalu mendekatkan wajahnya kepada Dinda. Pemuda itu mencium bibir Dinda lembut.
Tidak mau melewatkan kesempatan itu, Dinda membalas ciuman Billy, tangannya merangkul leher pemuda itu dan memainkan rambutnya.
Billy semakin terpancing. Dia mencium bibir Dinda penuh nafsu. Dia merasa kurang puas, bibirnya melepaskan bibir Dinda, mata pemuda itu seakan memberi tanda, kalau dia ingin memegang buah dada gadis itu.
Dinda membiarkan tangan pemuda itu, masuk dari bagian bawah kaus oblong yang dia pakai. Tangan Billy meremas buah dada Dinda. Gadis itu menggeliat, Billy lalu mencium bibir Dinda lagi. Nafas sejoli itu memburu.
Billy tiba-tiba berhenti melakukan aksinya.
"Kamu mau mencobanya?" kata Billy dengan matanya yang sudah merah berair.
Dinda mengangguk, dia mengerti apa maksud pemuda itu.
Billy melajukan mobilnya dijalan raya. Mereka menuju hotel didekat situ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Arba Niah
ceritanya ok
2022-05-29
2