Part 2

Ketiga anak muda itu bergegas ke rumah sakit dimana Dovi dibawa.

"Korban kecelakaan atas nama Dovi Pramudya dirawat di kamar mana, Sus?" Hanya Billy yang masih bicara, lalu bertanya pada perawat di meja depan.

Kedua gadis yang bersamanya menangis tanpa henti hingga tidak bisa mengeluarkan kata apa apa.

"Sebentar," Suster itu mengetikkan sesuatu dikomputernya.

"Kalian keluarganya?" Tanya perawat itu yang mungkin merasa heran, kenapa hanya anak-anak seperti mereka itu yang datang.

"Orang tuanya mana?" tanya perawat Itu lagi.

"Mamanya diluar negeri, sedangkan Papanya lagi sakit. Kalau sudah mendingan kata papanya, nanti dia menyusul kesini," Billy terpaksa berbohong.

Berkali-kali Billy menelpon papanya Dovi, tapi tidak disambutnya. Awalnya dia mengira papa Dovi sudah berada di rumah sakit, ternyata... orang tua tidak berguna, pikirnya.

"Pasien kondisinya kritis. Dia masih didalam ruang operasi. Kalian bisa menunggu didepan ruang operasi," Kata suster itu.

Billy dan kedua teman perempuannya itu lalu berlari mencari ruang operasi yang dikatakan suster tadi.

"Itu, disitu!" kata Billy.

Mereka bertiga lalu duduk di kursi yang ada disitu.

Tidak merasa tenang, Billy mencoba untuk menelpon papa Dovi lagi sambil berjalan mondar mandir.

"Tidak diangkatnya!" kata Billy yang sudah kesal.

Dia kembali memencet tombol panggilan di handphonenya.

Dinda yang memeluk Mita sudah berhenti menangis. Dia berusaha tegar agar bisa menenangkan Mita. Gadis itu mengelus punggung sahabatnya yang masih terisak-isak.

"Sabar... Kita harus sabar... kita berharap Dovi akan baik-baik saja," kata Dinda. Gadis itu tidak berhenti mengelus punggung Mita.

Beberapa waktu berlalu, lampu emergency dipintu ruang operasi sudah dimatikan. Tak lama kemudian, beberapa orang perawat terlihat mendorong ranjang pasien.

Dovi terbaring disitu masih tidak sadarkan diri. Ketiga sahabat itu menyusul dari belakang sampai akhirnya tiba disalah satu kamar perawatan.

"Biarkan pasien istirahat dulu, ya?! Jangan berisik! Kondisinya mulai stabil tapi masih dalam efek bius, makanya pasien belum sadar" kata salah seorang perawat yang kemudian berlalu keluar kamar.

Ketiga muda mudi itu, melihat Dovi dari dekat. Mita masih menangis, tapi dia berusaha sekuat tenaga tidak mengeluarkan suaranya. Hanya air mata yang tidak berhenti mengalir diwajahnya.

Dinda dan Billy lalu berbisik bisik di sofa, membiarkan Mita duduk disamping Dovi.

"Papa Dovi sudah bisa dihubungi?" tanya Dinda.

"Belum, aku sudah chat lewat WA juga belum dibaca," Billy terlihat sangat kesal "Mungkin masih mabuk," pemuda itu mengerutkan alisnya.

"Aku sudah chat Mamanya. Mamanya memintaku untuk menemani Dovi. Dia lagi mencari penerbangan tercepat ke sini," kata Billy.

Pemuda itu lalu melihat kearah sahabatnya yang terbaring dan masih belum sadar.

Kaki Dovi diperban sampai paha. Bagian kepalanya juga berbalutkan perban. Disana sini kulit Dovi banyak sekali luka lecet. Kedua matanya terlihat bengkak dan membiru.

Tidak tega rasanya dia melihat kondisi sahabatnya itu.

Hampir tengah malam, mereka semua masih disitu.

"Kalian pulang saja istirahat dirumah, biar aku menjaganya," kata Billy. Dia kasihan melihat dua gadis itu yang terlihat kelelahan namun tetap memaksakan diri untuk terjaga.

"Nggak apa-apa. Kami akan tetap disini. Aku tadi sudah memberitahu orangtua ku dan Mita, kalau kami menemani Dovi dirumah sakit denganmu," kata Dinda.

"Kalau begitu, aku mau keluar mencari minum, ada yang kalian inginkan?" Billy sudah berdiri dari kursinya bersiap pergi.

"Americanonya dua, sama camilannya terserah aja," jawab Dinda.

Billy pun mengangguk dan berlalu pergi.

"Kenapa dia masih belum bangun?" Mita tidak sabar, dia sangat gelisah melihat kondisi Dovi.

"Aku juga nggak tau. Kita tunggu aja dulu," kata Dinda.

Tapi akhirnya gadis itu lalu melangkah keluar

"Aku panggil perawat dulu untuk memeriksanya,"

Mita tertinggal berdua dengan Dovi. Gadis itu memegang tangan pacarnya itu erat, sambil mengusap usap lengan pemuda itu.

"Kamu harus kuat ya sayang...! Kita 'kan sudah janji mau ke Australia bersama," Mita berbisik pelan ditelinga Dovi.

Perawat memeriksa Dovi.

"Tidak apa-apa, semua stabil. Dia masih ingin tidur saja,"

Setelah perawat itu pergi, Billy sudah kembali sambil membawa tiga gelas kopi dan sekantong camilan.

"Ini minumnya. Disitu juga ada egg roll kalau kalau kalian lapar," kata Billy sambil menunjuk kantong plastik diatas meja.

Mita dan Dinda mengambil segelas kopi dan menyeruputnya sedikit. Kopi nya masih sangat panas.

Tak lama terdengar suara erangan pelan. Dovi sudah mulai sadar.

"Dov-Dovi... Ini kami!" kata Billy, Dinda dan Mita hampir serentak.

Dovi membuka matanya. Matanya melihat kearah datangnya suara. Dia melihat Billy dan Dinda. Dia lalu melirik kesisi sebelahnya dan melihat Mita yang mulai menangis lagi.

"Kenapa kamu nangis? kalo gitu aku tidur aja deh!" kata Dovi menggoda Mita pacarnya. Meskipun badannya sakit nggak karu-karuan, dia tidak mau Mita bersedih.

Mita tersenyum. Dia menyandarkan kepalanya ditangan Dovi. Gadis itu sangat senang melihat Dovi yang sudah sadar dan masih bisa menggodanya lagi.

Mereka lalu mengobrol santai seperti biasa saat mereka berkumpul, seolah tidak ada yang merasa sakit.

Sudah hampir subuh, semuanya tidak mampu lagi menahan kantuknya. Mereka lalu tertidur di kamar rumah sakit itu.

Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Paryt 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Paryt 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!