Mita menurunkan Dinda didepan rumah. Dia pun melaju dengan motornya.
Rumah Dinda dan Mita berdekatan hanya berjarak satu blok. Orang tua mereka biasa membawa mereka bermain ditaman hijau yang ada perumahan itu.
Itu sebabnya mereka sudah saling kenal sejak mereka masih kecil. Saat mau sekolah, mereka memilih sekolah yang sama dan menjadi sahabat sampai sekarang.
Dinda melangkahkan kakinya masuk rumah.
Papanya sudah tidak terlihat. Sepertinya sudah kekantor. Dia melihat kekamar orang tuanya. Mama nya sedang tidur.
Tidak ingin mengganggu Mamanya, dia berjinjit untuk melihatnya dari dekat dan mencium kening Mamanya yang sakit sakitan. Mama Dinda menderita kanker serviks stadium tiga. Rambutnya habis rontok karena kemoterapi.
"Kamu sudah pulang?" Mama Dinda terbangun. Mata wanita itu terbuka perlahan "Bagaimana kabar Dovi, temanmu?"
"Sudah baikkan, Ma!" kata Dinda. "Dinda mau mandi, nanti rencananya Dinda mau balik lagi ke rumah sakit bersama Mita dan Billy. Tapi kalau Mama mau Dinda temani, Dinda gak usah ikut mereka."
"Tidak apa apa. Dinda pergi aja. Tadi papa bilangnya cuma ke kantor sebentar aja kok! Eh, mamanya Dovi sudah datang?"
"Belum sampai Ma, mungkin siang atau sore nanti. Papanya juga belum kerumah sakit. Yaa... Mama taulah Papanya Dovi, mungkin dia masih belum tahu kalau Dovi kecelakaan."
Mama Dinda kenal dengan keluarga Dovi. Dia tahu bagaimana kelakuan Papa Dovi yang adalah rekan kerja sekantor dengan Papa Dinda.
Kasihan Dovi, untung saja dia jadi anak yang baik, pikir wanita itu.
Dinda lalu keluar dari kamar membeiarkan Mamanya istirahat.
Mbok Inah asisten rumah Dinda, mendatangi Dinda, ketika gadis itu menutup kembali pintu kamar Mamanya.
"Non"
"Eh, copot-copot," Dinda latah karena terkejut.
"Iya Mbok?" ujar Dinda
"Maaf non." Mbok Inah menyesal telah mengagetkan Dinda.
"Non mau makan ?" sambung mbok Inah lagi
"Nggak usah mbok. Tadi Dinda sudah makan. Dinda mau mandi dan istirahat aja, sambil menunggu dijemput teman Dinda." kata Dinda
"Eh, mbok tolong sering sering cek Mama ya. Sampai Papa pulang. Makasih mbok!" lanjut gadis itu yang langsung berlalu mengarah kekamarnya.
Saat gadis itu sedang mandi, dia teringat kejadian tadi pagi saat Billy dan Dovi bercerita. Dia sebenarnya sudah bangun, tapi masih malas membuka matanya. Dia sempat mengintip sedikit kearah Billy ketika Dovi berkata akan bersama Mita ke Australia. Gadis itu melihat raut kekecewaan Billy.
Gadis itu mengerti perasaan Billy. Dinda belum pasti bisa ikut dengannya. Kemungkinan besar mereka akan berpisah. Gadis itu merasa sedih, tapi pasrah. Lihat saja nanti bagaimana pikirnya.
Dinda baru saja berbaring ditempat tidurnya, terdengar suara mobil datang. Dia melihat ke jendela, Papa sudah pulang.
Dinda pergi menemui Papa nya.
"Dinda sudah pulang? Bagaimana Dovi?" tanya papa Dinda, ketika melihat anak gadisnya sudah menunggu dipintu.
Dengan membawakan tas kerja Papanya, gadis itu bercerita tentang keadaan Dovi.
"Oh, jadi Dinda mau balik lagi?" tanya pria itu lagi.
"Iya, pa! Nanti dijemput Mita dan Billy pakai mobil Mamanya Billy. Tadi Dinda sudah ijin sama Mama," jelas Dinda.
"Baik, tapi hati-hati yaa?! kalau ada apa-apa telpon papa!"
Dinda bergelayut di bahu papanya. Mereka masuk kekamar untuk menemani Mamanya. Gadis itu meskipun sudah hampir dewasa, tetap saja manja dengan kedua orang tuanya. Mereka dekat satu sama lain. Tidak ada sesuatu yang mereka sembunyikan.
Dinda walaupun manja tapi juga diajarkan untuk bertanggung jawab, makanya dia selalu dapat kepercayaan dari kedua orangtuanya itu.
Mama Dinda yang terbangun lagi, mengelus rambut anak gadisnya itu yang berbaring disampingnya.
"Katanya tadi mau ke rumah sakit?" kata Mamanya.
"Iya, cuma belum juga dijemput. Tenang aja, Dinda sudah siap kok kalau nanti mereka datang," jawab Dinda
"Bajumu kusut semua loh!" mama Dinda menunjuk baju Dinda yang berkerut, karena berbaring dikasur.
Dinda hanya menoleh sedikit.
"Nggak apa-apa!" katanya, lalu lanjut berbaring dengan ibunya, sambil membaca beranda akun sosial media di layar handphonenya.
Papanya yang duduk di kursi baru saja berdiri hendak kekamar mandi. Tiba tiba handphone Dinda berbunyi.
"Ma, Dinda pergi dulu yaa?!" kata Dinda mencium kening Mamanya.
Gadis itu setengah berlari keluar dari kamar orangtuanya dan bergegas kembali kekamarnya sendiri. Dia lupa mengambil tasnya.
Papa Dinda sudah duluan kepintu depan.
"Halo, Om!" Mita dan Billy barengan menyapa Papa Dinda.
"Billy yang menyetir?" tanya Papa Dinda.
"Iya Om!" jawab Billy.
"Hati hati dijalan ya, Nak!" kata Papa Dinda.
"Dinda kayaknya masih mengambil sesuatu dikamarnya" sambung papa Dinda lagi.
"Tas ku ketinggalan tadi," kata Dinda. Kali ini dia sudah dipintu.
"Pa, kami pergi dulu ya" Dinda lalu menyalami Papanya.
"Kami pergi dulu Om!"
Billy dan Mita pun meminta ijin untuk langsung melanjutkan perjalanan mereka ke rumah sakit.
Papa Dinda masih berdiam didepan pintu rumahnya, sampai bagian belakang mobil yang dipakai anak-anak muda itu menghilang di kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
NAIM NURBANAH
nyicil lagi
2022-05-28
1