Billy tiba tiba terbangun. Dijendela kaca tampak cahaya matahari sudah bersinar memaksa masuk dari sela sela gorden.
Dilihatnya Dovi sedang memandangi Mita yang tertidur dengan posisi duduk di sampingnya.
Dovi merasa diperhatikan, lalu menoleh kearah Billy.
Dengan suara berbisik Dovi kemudian berkata,
"Aku mencintainya..."
Billy tersenyum mendengar perkataan Dovi.
"Iya, aku tahu" kata Billy.
"Apa Mamaku sudah tahu kalau aku begini?" tanya Dovi.
"Sudah! Mungkin siang nanti dia sudah disini. chat-nya semalam dia sudah dapat tiket penerbangan paling awal," jawab Billy menjelaskan.
Billy ingin memberitahu Dovi tentang papanya tapi dia ragu, dia memilih menunggu kalau ada Dovi bertanya saja.
"Ooh..." kata Dovi singkat.
"Aku akan membawa Mita pergi bersama Mama nanti, saat Mamaku bersiap kembali ke Australia. Aku tidak mau menunggu. Aku capek tinggal disini dengan Papaku."
Raut wajah Dovi berubah masam. Dia teringat kelakuan Papanya yang tidak mau berubah. Mamanya sampai minta bercerai karena tingkah papanya itu, tapi tidak membuat lelaki itu sadar.
Billy hanya mendengarkan perkataan Dovi tanpa bisa berkata apa apa. Dia mengerti keadaan Dovi selama tinggal dengan Papanya. Billy pun merasa itu yang terbaik kalau Dovi ikut Mamanya saja.
Kepala Mita bergerak. Gadis itu terbangun dari tidurnya.
"Iiiih... Tuh ada ilernya!" goda Dovi saat Mita mengangkat wajahnya dari kasur.
Dengan cepat Mita mengelap pinggir mulutnya dengan tangan.
"Aaiiss... Jorok!" goda Dovi lagi.
Mita merengut, dia mencubit manja tangan pemuda itu. Gemas.
Dovi hanya meringis kesakitan.
"Bagaimana perasaanmu? Ada perubahan? atau ada yang bertambah sakit?" tanya Mita.
"Ada yang sakit," kata Dovi "Tanganku!" pemuda itu tersenyum nakal, sambil menunjukkan bekas cubitan Mita ditangannya.
"Ah, kamu ini. Aku cubitnya pelan aja kok!" Mita mengelus tangan Dovi.
"Di suun lah, nggak mempan kalau cuma di elus," kata Dovi tetap saja menggoda Mita.
Mita mencium tangan pemuda itu.
"Sini juga sakit," pemuda itu menunjuk pipinya sambil menahan senyum.
Mita semakin gemas melihat tingkah Dovi. Tapi dia menurut saja. Gadis itu mencium pipi Dovi.
Pemandangan itu cukup menggelitik Billy.
"Aku keluar bentar ya?! Cari sarapan... Ada pesanan?" kata Billy.
Mita menggeleng.
Billy melangkah keluar. Dia tiba tiba berbalik, langsung menuju toilet diruangan itu. Tak lama, dia lalu berjalan keluar kamar, meninggalkan teman temannya.
Di kafetaria, Billy mengingat perkataan Dovi kalau dia dan Mita akan ke Australia bersama. Mita sudah sejak lama diijinkan orang tuanya untuk melanjutkan sekolah disana.
Dia membandingkan dengan Dinda yang belum mendapat persetujuan dari orangtuanya. Bagaimana nanti? LDR-an? Itu sulit. Dalam hatinya ada rasa iri ketika melihat Dovi bisa bersama Mita.
Orang tua Dinda sudah saling mengenal dengan orang tua Billy. Tapi dengan alasan Mama Dinda sering sakit-sakitan, mereka masih ragu untuk melepaskan anak semata wayangnya pergi jauh.
Sebenarnya Mama Dinda mengijinkan anak gadisnya pergi, Papanya saja yang masih merasa khawatir.
"Takut Mamanya kenapa-kenapa..." begitu kata-kata Papa Dinda waktu itu.
Billy membeli makanan dibungkus sterofoam, tidak lupa dengan beberapa botol air mineral. Dia bergegas kembali ke kamar Dovi.
Dinda baru saja keluar dari toilet ketika Billy tiba.
"Pas saja, kamu sudah bangun! Ini sudah ku belikan sarapan. Kita sarapan sama-sama dulu sebelum pulang. Aku mau mengganti baju dulu dirumah," kata Billy kepada Dinda.
Mereka bertiga lalu memakan makanan yang dibawa Billy. Disela-sela, Mita menyuapi Dovi dengan makanan pasien yang diantar petugas katering rumah sakit.
"Aku mau kerupuk itu," kata Dovi.
Mita lalu mengambilkan kerupuk yang dibawa Billy dan menyuapi Dovi.
"Kami nanti pulang dulu ya?! Mau mandi dulu," kata Billy sambil mengunyah makanannya.
Dovi mengangguk.
"Mita ikut? Atau masih mau menunggu disini?" tanya Billy.
Mita melihat kearah Dovi.
"Kenapa melihatku? Pulang mandi aja dulu sana. Bau, tuh! " ejek Dovi.
"Kamu pasti gitu. Sudah sakit aja masih bisa menggodaku," kata Mita. " Kalau gitu aku ikut balik dulu ya?! Nanti aku kesini lagi."
"Kami juga kesini lagi kok, bisa barengan aja nanti," kata Dinda yang diikuti anggukan Billy setuju.
Mereka menghabiskan makannya sebelum berpamitan pulang. Meninggalkan Dovi sendiri di kamar.
"Nanti tunggu aja aku jemput ya?! Aku nanti pinjam mobil Mama. Kita sama sama aja," kata Billy yang sudah menstarter motornya.
"Okey!" Jawab dua gadis itu bersamaan.
"Hati-hati!"
Dinda dan Mita berboncengan di motor Mita. Mereka berjalan terlebih dahulu yang kemudian disusul Billy.
Mereka berpisah jalan karena tempat tinggal mereka berlawanan arah.
Dinda masih sempat melambaikan tangannya kearah Billy
"Hati-hati, ya!" teriak Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments