Berkas cahaya pagi menembus jendela menyinari wajah gadis cantik yang terbaring dengan mata tertutup. Kelopak mata gadis itu bergerak tidak nyaman merasakan rasa panas menghantam wajahnya.
Gadis itu perlahan membuka matanya memperlihatkan pupil coklat pekat berair karena baru saja bangun. Sebuah tangan putih ramping terangkat menghalau sinar matahari dari wajahnya.
Dia bisa mencium bau desinfektan yang kuat di dalam ruangan ini yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Kamu sudah bangun. Apa kamu merasakan sesuatu yang tidak nyaman?" Seorang perawat yang baru saja masuk bertanya melihat Natsya sudah sadar.
Mendengar suara itu Natsya mencoba bangun, tapi dia merasakan sakit di bagian belakang kepala dan tubuhnya terasa lemah.
Perawat segera membatu menopang Natsya dan memperbaiki bantal sebagai sandaran agar Natsya merasa lebih baik.
"Terima kasih Kakak Suster cantik" ucap Natsya dengan sedikit aksen kekanak-kanakan.
Natsya menatap perawat, lalu melihat sekeliling ruangan serba putih merasa bingung dan sedikit takut.
"Kenapa Syasya ada di sini? Di mana ini?" Natsya menatap suster dengan mata berkaca-kaca.
Melihat gadis cantik yang seakan akan menangis jika tidak mendapat jawaban yang memuaskan membuat perawat itu merasa iba.
"Kamu sekarang berada di rumah sakit. Kamu mengalami kecelakaan kemarin dan dibawa kemari oleh saudara perempuanmu." Perawat menjelaskan berusaha menenangkan pasien cantik itu agar tidak menangis.
Natsya mencoba mengingat apa yang dikatakan perawat, namun dia tidak dapat menemukan ingatan apa pun yang dikatakan suster. Kepalanya hanya terasa lebih menyakitkan. Yang di ingatnya dia sepertinya bertengkar dengan teman sekelasnya memperebutkan mainan. Dan anak itu mendorongnya hingga ia terjatuh.
"Aww!" Natsya memegangi kepalanya kesakitan.
"Ada apa? Mana yang sakit?" tanya perawat khawatir.
"Daddy, Mommy, Kakak, kepala Syasya sangat sakit! Bukan Syasya yang salah! Lily yang mau merebut mainan Syasya lebih dulu. Daddy tolong Syasya, Syasya sangat sakit!" Natsya berteriak memanggil orang tua dan kakaknya sambil menjelaskan memohon perlindungan.
Perawat sedikit panik mendengar teriakan Natsya buru-buru membujuknya, "Syasya tenang. Kita sekarang di rumah sakit. Daddy dan mommy Syasya pasti akan segera datang."
"Tunggu sebentar, saya akan panggilkan dokter!" Perawat berusaha menenangkan Natsya dan menekan tombol yang ada didinding.
Setelah beberapa saat dokter datang bersamaan dengan Najiha yang baru saja tiba. Dokter mulai memeriksa Natsya sambil menanyakan beberapa pertanyaan. Najiha yang melihat Natsya memegangi kepalanya kesakitan juga langsung panik dan khawatir.
“Ada apa dengan saudara perempuan saya Dokter?” tanya Najiha cemas.
“Maaf, Mbak, Dokter masih memeriksa pasien. Mohon tunggu di luar dulu,” kata perawat membimbing Najiha meninggalkan ruangan.
×××××
Berjalan di koridor rumah sakit, Najiha memikirkan perkataan dokter tadi.
~Flashback~
"Pasien mengalami amnesia. Hal ini di sebabkan oleh benturan yang dialami pasien sangat keras mengakibatkan gangguan pada otak. Saat ini pasien hanya memiliki ingatan sekitar usia 5-6 tahun." Dokter menjelaskan sambil memperlihatkan hasil Ct Scan otak Natsya.
Najiha terdiam, dia terkejut mendengar penjelasan dokter.
"Apakah itu berbahaya? Bagaimana agar Natsya bisa mendapatkan kembali ingatannya?" tanya Najiha khawatir.
"Ini tidak akan membahayakan pasien. Hanya saja pasien akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi atau melakukan kegiatan beliau sebelum kehilangan ingatan. Karena itu perhatian keluarga sangat diperlukan." Dokter menjelaskan dengan tenang.
"Tidak pasti kapan pasien akan mendapatkan kembali ingatannya, bisa saja hari ini, besok, atau mungkin tidak pernah. Ada beberapa cara untuk mengembalikan ingatan pasien dengan psikoterapi, rangsangan dari luar seperti menunjukkan kenangan masa lalu pasien dan juga dengan meminum obat-obatan." Dokter berhenti sejenak sepertinya sedang berpikir keras.
Dokter menghela napas mengasihani kemalangan gadis yang sangat cantik itu.
"Untuk saat ini saya hanya bisa meresepkan beberapa vitamin, tapi tidak untuk obat lainnya. Pasien tidak disarankan untuk mengonsumsi obat saat ini yang tidak baik untuk kandungannya. Saya juga telah menyiapkan beberapa catatan yang harus diperhatikan pasien." Nasihat dokter.
"Apa maksud dokter? Bukannya lebih baik jika di beri obat. Natsya akan lebih cepat sembuh. Ada apa dengan kandungan itu?" tanya Najiha gugup tidak mengerti maksud dokter menyebutkan kandungan. Bukannya kandungan itu hanya orang yang hamil?
Dokter menatap wajah Najiha yang kebingungan. Dokter paham, sepertinya keluarga pasien belum mengetahui tentang kehamilan pasien. Yah, ini memang wajar, usia kehamilannya masih sangat muda. Dan mungkin pasien itu sendiri tidak mengetahuinya. Jika tidak hal seperti itu tidak akan terjadi.
"Coba lihat laporan ini." Dokter memberikan selembar kertas berisi laporan kehamilan pasien dan melanjutkan.
"Dari hasil pemeriksaan pasien saat ini sedang hamil dan usia kandungannya memasuki minggu ke 3. Pasien saat ini masih lemah dan butuh istirahat yang baik, tidak boleh terlalu lelah dan banyak pikiran. Dari keadaan pasien saat ini sebaiknya Anda menjelaskan dengan hati-hati masalah kehamilan pasien. Beri penjelasan yang sejelas-jelasnya agar pasien bisa mengerti. Anda dan keluarga harus lebih berhati-hati dan tidak membuatnya stres. Bukan hanya satu orang yang perlu di rawat dan di perhatikan, tapi ada dua."
~Flashback and~
Najiha menarik napas dalam-dalam mencoba tetap tenang dan tidak berpikir macam-macam. Najiha berusaha menarik bibirnya ke atas mencoba tersenyum. Bukannya terlihat bahagia senyumannya malah seperti menangis.
Membuka pintu Najiha melihat Natsya mengenakan pakaian rumah sakit berdiri di dekat jendela melamun, tidak menyadari kedatangannya.
"Kamu sudah bangun. Aku membawakan makan siang buat kamu." Najiha berkata meletakkan kantong plastik berisi kotak makanan di atas meja dan mengeluarkannya.
Natsya tersadar mendengar suara itu berbalik dan melihat gadis asing yang mungkin berbicara dengannya.
Natsya berjalan dan duduk di atas tempat tidur memperhatikan gerakan gadis itu.
"Kamu siapa?" tanya Natsya ingin tahu siapa gadis yang datang ke kamarnya.
Najiha berhenti mengeluarkan makanan dan berbalik menatap Natsya.
"Aku Najiha, saudara tiri kamu. Ibu kamu dan ayahku menikah beberapa tahun lalu. Kita juga memiliki adik perempuan bernama Naila. Kamu ingat?" Najiha mengatakan beberapa kejadian masa lalu mencoba membantu Natsya mengingat kembali.
Natsya menggelengkan kepala tidak mengerti apa yang dikatakan kakak perempuan di depannya.
"Kakak pasti salah. Mommy hanya milik daddy. Dan Syasya hanya punya kakak laki-laki. Syasya tidak punya kakak perempuan dan adik perempuan," ucap Natsya menatap kakak perempuan di depannya penuh tanya.
Najiha sekarang yakin apa yang dikatakan dokter benar. Natsya mengalami amnesia dan ingatannya hanya saat dia masih kecil.
"Tidak apa, kamu pasti akan mengingatnya nanti. Kamu makan dulu. Aku membelikan bubur ayam untuk kamu."
Najiha menarik meja makan ke depan Natsya dan membuka kotak makanan untuk Natsya.
"Terima kasih, Kakak. Syasya kebetulan merasa lapar," ucap Natsya tersenyum dan menyendok bubur perlahan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Melihat Natsya makan dengan lahap, Najiha menarik kursi dan duduk di depan Natsya. Dia teringat kejadian kemarin bagaimana Natsya bisa ada di sini.
Kemarin saat bekerja dia melihat orang berlarian sambil berteriak minta tolong. Najiha yang ingin tahu juga bergegas di antara orang-orang. Dia terkejut melihat Natsya terbaring tak sadarkan diri dan berdarah di trotoar.
Najiha mendengar orang berkata Natsya sepertinya baru saja di rampok. Semua barangnya dicuri dan perampok itu melukainya. Najiha yang khawatir segera mengikuti Natsya ke rumah sakit.
Sekarang tidak ada apa pun yang bisa membuktikan identitas Natsya. Ponsel, KTP semuanya di curi. Najiha tidak tahu Natsya sudah menikah di desa atau tidak. Tapi, menurut pengetahuannya tentang Natsya pasti tidak akan pernah melakukan hal yang melanggar batas.
Jiha memperhatikan tangan Natsya yang menyendok bubur perlahan. Di jari manis tangan itu kosong tidak ada apapun.
Najiha tahu orang yang sudah menikah biasanya memakai cincin kawin di jari manis tangan kanannya.
Tidak ada cincin kawin. Hal ini membuat Najiha semakin khawatir. Jangan-jangan Natsya hamil di luar nikah!
×××××
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Wong kam fung
Siaaaalaaaau meeeeeeeen
2023-05-11
1
Sky darkness
sttt saya nge jones
2023-05-11
0
Sylius
waduh...Najiha jadinya bingung kan.
2023-05-10
0