Di dalam sebuah bangsal di rumah sakit swasta terbaik di kota Argon, terbaring seorang pria tua yang terlihat sangat pucat.
Rambutnya yang berwarna putih abu-abu terlihat kusam, tidak lagi terawat seperti bagaimana biasanya terlihat.
Selain lelaki tua yang sakit ada juga seorang pria muda di dalam ruangan itu. Pria itu perlahan mendekat dan duduk di kursi sambil memegang tangan pria tua yang terbaring lemah.
“Kakek, ini Adler,” ucap pria itu menatap sang kakek penuh rasa bersalah dan khawatir.
Lelaki tua yang terbaring adalah kakek dari Adler, Ansanay Ridsyi. Pendiri AR Grup, sebuah perusahaan besar yang bergerak di berbagai bidang industri. Bisa dikatakan AR Grup menguasai hampir semua pasar perdagangan di negara itu.
Orang-orang tidak bisa menebak seberapa banyak anak perusahaan di bawah asuhan AR Grup. Bahkan ayah dan pamannya tidak mengetahui seberapa besar aset yang telah dibuat oleh Kakek Ansanay. Hanya Adler yang mengetahui semua itu karena dia telah dilatih menjadi ahli waris oleh kakeknya sejak kecil.
Kakek Ansanay perlahan membuka matanya. Cahaya di matanya tidak lagi seterang dulu. Penglihatannya kabur, sosok pemuda tampan samar-samar terlihat. Dia tahu cucu kesayangannya lah yang dia lihat.
Kakek tahu dia tidak akan lama lagi. Satu-satunya yang dia inginkan adalah cucunya ini, Adler Hilman Ansanay Ridsyi. Satu-satunya cucu yang memiliki namanya yang tertulis di akta keluarga.
Kakek Ansanay ingin Adler mewarisi AR Grup yang telah dia bangun bersama dengan istrinya. Dia telah mendidik Adler menjadi pewaris sejak kecil.
Sayangnya Adler malah berbelok menjadi seorang seniman setelah menyelesaikan pendidikannya, bukannya pergi bekerja di perusahaan sesuai yang telah Kakek Ansanay atur untuk Adler.
Adler bukan cucu pertama atau cucu bungsu, tapi Adler yang paling dekat dengan Kakek Ansanay sejak kecil dan Adler anak semata wayang dari putra pertama Kakek Ansanay.
Karena ayahnya sibuk bekerja dan ibunya meninggal sangat awal, kakek lah yang mengambil alih mengurus Adler kecil dan melatihnya. Dan Adler tidak pernah mengecewakan Kakek Ansanay.
Adler bahkan telah mendirikan perusahaannya sendiri di luar negeri saat masih kuliah di sana. Adler juga selalu menuruti perkataannya.
Entah apa yang terjadi setelah dia lulus dari luar negeri Adler malah lari menjadi seorang bintang. Inilah pertama kali Adler menentang perintah Kakek Ansanay. Meski sempat tidak setuju, akhirnya Kakek Ansanay menghormati pilihan Adler.
Kakek Ansanay menggerakkan tangan lainnya untuk memegang tangan Adler yang memegang salah satu tangannya.
“Ad ... sekarang, saatnya Kakek menagih janji kamu. Kamu tidak akan menolak Kakek lagi kan?” tanya Kakek Ansanay kepada Adler berusaha memeras senyuman dari bibirnya.
“Bisakah aku menolak,” Adler berkata mencela diri sendiri.
Sebelum memasuki industri hiburan Adler pernah berjanji pada Kakek Ansanay. Adler akan kembali sebagai pewaris keluarga jika Kakek Ansanay jatuh sakit dan tidak dapat menunjuk pewaris lain yang berkualitas.
Dan di sinilah Adler sekarang, dia akan menggantikan posisi Kakek Ansanay walau dalam hati tidak mau. Menjadi pewaris merupakan beban yang sangat berat buat Adler, ada banyak hal yang harus dia tanggung di tangan dan pundaknya. Bukan hanya tanggung jawab kepada keluarganya saja, melainkan juga para karyawan di bawah nama AR Grup.
Adler menjauh dari perusahaan dengan memasuki industri hiburan. Dia tidak ingin bertengkar untuk memperebutkan kekuasaan. Dia tidak mau menerima, ada orang lain yang sangat ingin.
Orang-orang di luar sana sedang menunggu lelaki tua ini meninggal dan ingin mendapatkan harta warisannya. Lelaki tua ini masih tersenyum ke arahnya sekarang seakan tidak akan terjadi apa-apa.
“Tidak bisakah kamu memberikannya pada papa. Biarkan dia yang mengelolanya. Aku juga anak kandungnya, kelak perusahaan akan jatuh ke tanganku juga,” ucap Adler mencoba berdiskusi dengan Kakek Ansanay.
“Um, Kakek tahu kamu tidak akan menolak. Dengan kamu datang ke sini itu artinya kamu telah menerima segalanya. Aku bisa tenang sekarang,” kata Kakek Ansanay senang mengetahui pilihan Adler.
“Ada satu hal lagi yang ingin Kakek beritahukan padamu.” Ekspresi kakek tiba-tiba berubah serius, tidak seperti sebelumnya yang masih tersenyum.
Adler tidak lagi memikirkan tentang masalah pewaris itu, dia sekarang ingin tahu hal apa lagi yang membuat kakek langsung berubah raut wajahnya.
“Ini merupakan janji yang sudah sangat lama. Sebuah janji lisan pernikahan keluarga kita dan keluarga teman lama Kakek. Jadi, Kakek ingin kamu melaksanakan janji itu. Nikahilah cucu teman Kakek.” Kakek Ansanay terdiam sejenak terkenang masa lalu dengan temannya.
Adler tidak segera membantah ucapan kakek, dia menunggu kakek selesai merenung dan terus mendengarkan. Di dalam hati Adler berpikir dia tidak akan pernah bisa melaksanakan janji itu.
Kakek Ansanay tahu bagaimana sifat cucunya ini, sangat keras kepala. Jika tidak bagaimana dia bisa berkembang di industri hiburan yang berantakan seperti itu.
“Jika kamu tidak mau, kamu bisa meminta saudara-saudara kamu yang lain. Dia yang ingin menikah sudah Kakek tuliskan di dalam surat wasiat, hadiah pernikahan yang Kakek berikan padanya.”
Kakek Ansanay menambahkan tidak memaksa Adler harus menikah.
“Kakek tenang saja. Janji itu pasti akan terpenuhi.” Adler berkata menyanggupi. Karena bukan dia, janji itu tentu saja bisa dipenuhi.
“Hmh ....” Kakek menghela napas lelah.
“Kakek istirahat saja dulu. Adler pasti akan melaksanakan pesan Kakek,” kata Adler khawatir.
“Em ... satu hal lagi. Tolong telepon pengacara Kakek, Rudy. Minta dia datang kemari besok siang bersama orang-orang itu,” kata Kakek Ansanay untuk terakhir kali sebelum jatuh tertidur karena pengaruh obat.
“Baik, Kek.”
Setelah kakek tertidur Adler memperbaiki selimut kakeknya, lalu keluar dari kamar tidur kakek.
×××××
Di ruang tamu bangsal duduk seorang pria paruh baya yang terlihat sedikit mirip Adler. Pria itu merupakan orang tua Adler, Harial Ridsyi.
Adler berjalan ke arah papa Harial, lalu duduk di sampingnya. Keduanya hanya diam, tidak ada yang berbicara.
Akhirnya Pak Harial memecah keheningan di antara keduanya.
“Sudah berbicara dengan kakek?” ucap Pak Harial memulai percakapan dengan putranya yang sangat jarang bisa duduk bersama seperti ini.
Harial tahu dia bukan ayah yang berkualitas untuk putranya, sehingga hubungan mereka sangat kaku, seperti orang asing. Sungguh dia tahu menyesal sekarang tidak ada gunanya.
Anaknya sudah sangat besar, tidak lagi membutuhkan kasih sayang atau perhatian seperti saat Adler masih kecil dulu, selalu mengikuti di belakangnya. Sayangnya dia mengabaikan dan menolak kedekatan Adler kecil, dia masih tidak bisa menerima kepergian istrinya saat itu.
Yang dibutuhkan Adler sekarang hanya lah dukungan dan tidak memberi rintangan yang akan menyusahkan Adler.
“Iya,” jawab Adler singkat tidak terbiasa berbicara dengan papanya sendiri.
Harial menghela napas, “Kakek mungkin tidak bisa bertahan lama kali ini. Maukah kamu tinggal sekarang?” tanya Harial ingin tahu bagaimana pilihan masa depan putranya.
Harial tahu sejak lama ayahnya akan memilih Adler menjadi penerusnya, bukan dia atau adiknya. Karena itu dia telah mempersiapkan jalan untuk menghadapi hari ini, anggap saja sebagai kompensasi.
Harial pernah berpikir saat putranya lulus dan memasuki perusahaan, dia akan membawanya di bawah sayapnya dan mengajarkan semua yang telah dia kuasai. Sayang, Adler tidak memasuki perusahaan yang memupuskan harapannya saat itu.
“Aku tidak akan menghindar lagi. Aku akan menerima apa yang seharusnya aku dapatkan dari dulu,” jawab Adler tenang.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu yang sekarang?”
“Mundur saja.”
“Jika butuh sesuatu kamu bisa bertanya pada Papa.” Harial berkata sambil menepuk pundak Adler mengungkapkan dukungannya.
“Em,” Adler mengangguk.
“Sebaiknya kamu pulang, istirahat. Papa tahu kamu pasti lelah datang jauh-jauh kemari setelah syuting. Biar Papa yang jaga di sini.”
“Em. Hubungi Adler kalau ada apa-apa.”
Harial mengangguk membiarkan Adler keluar.
×××××
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Wong kam fung
yoyoi goodlah itu yang sebenarnya dibutuhkan adler
2023-05-11
0
Wong kam fung
muantaaaap
2023-05-11
0
Sky darkness
Yo di beli kacangnya
2023-05-11
0