3. Dimana?

Adler berjalan menuju lift dan menekan tombol lantai pertama. Keluar dari lift, Adler langsung menuju ke arah pintu keluar. Saat berjalan Adler mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, namun tidak bisa dinyalakan. Ponselnya kehabisan daya.

Tiba di pintu keluar kebetulan Adler melihat para perawat berlari terburu-buru sambil mendorong brankar berisi pasien.

Adler berhenti sejenak dan menepi membiarkan mereka lewat. Adler melirik pasien yang terbaring di brankar berlumuran darah.

Dia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi hatinya merasa aneh saat melihat pasien itu. Adler melangkah mengejar ingin melihat dengan jelas.

Adler berhenti mengejar karena seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang. Dia berbalik dan melihat Rama asistennya yang datang.

“Hilman, akhirnya aku menemukanmu juga!” Rama senang bisa menemukan Hilman setelah mencarinya sekian lama.

“Ada apa?” tanya Adler ingin tahu. Pasti ada sesuatu yang penting hingga Rama harus menemukannya.

“Coba kamu lihat ini. Kamu jadi berita hangat lagi. Beberapa penggemar memotret kamu saat keluar dari bandara dan mempostingnya.” Rama menunjukkan tablet kepada Adler berisi berita dirinya yang tersebar luas.

Adler mengambil tablet menggulir berita yang dikatakan Rama. Ini kelalaiannya yang sedang khawatir dan terburu-buru ingin menemui kakek.

Tidak ada yang tahu kalau Adler berasal dari keluarga Ridsyi, pengusaha terkaya di negara ini. Adler menggunakan nama samaran “Hilman Ansanay” untuk berkarier di lingkaran hiburan. Dan Rama merupakan sahabat dan asisten Adler sebagai Hilman sekaligus merangkap sebagai manajer.

Hilman memiliki penggemar yang sangat banyak. Ini salahnya yang tidak memperhatikan citranya sehingga penggemar bisa mengambil gambar tanpa sepengetahuannya.

“Leluhur, apa yang kamu lakukan di bandara? Bukannya kamu seharusnya istirahat di rumah! Kenapa tiba-tiba kamu berada di bandara?” Rama memandang Hilman cemas ini pertama kalinya Hilman bertindak di luar kendali.

“Aku sudah menelepon dari tadi kamu tidak menjawab. Katakan padaku dari mana kamu? Apa ada hal yang kamu sembunyikan dari aku?” cecar Rama khawatir.

Adler mengembalikan tablet pada Rama, “Tidak ada. Ponselku kehabisan daya. Kamu tangani masalah ini segera. Juga persiapkan dirimu berganti pekerjaan.” Adler berjalan keluar rumah sakit setelah mengatakan itu.

Rama tercengang berlari mengejar Adler. “Hei, tunggu aku. Apa maksudmu dengan itu. Berganti pekerjaan apa?”

×××××

Apartemen.

"Kamu serius, Man?" Rama tidak percaya Adler memutuskan kariernya untuk hal tidak dia inginkan.

Hilman meletakkan ponselnya yang sedang mengisi daya di atas meja TV berjalan ke sofa dan duduk di depan Rama.

"Cepat atau lambat ini akan tetap terjadi. Biarkan tim menangani pengunduran diriku secepatnya. Sementara kamu ikut aku tetap jadi asisten."

Rama tersenyum senang, inilah Hilman yang dia kenal, selalu bergerak maju melampaui yang lain. Semua yang dia lakukan pasti telah direncanakan lebih awal.

"Oke. Ngomong-ngomong gaji gue nambah, kan?" Rama menatap Adler tersenyum main-main.

Adler tahu betul sifat Rama sahabatnya dari kecil yang selalu suka mengikutinya. Rama juga ikut kuliah di luar negeri bersamanya bahkan turut terjun ke dunia hiburan hanya untuk menemaninya.

Adler mengeluarkan kunci mobil dari laci. "Mau ini?" ucap Adler menggoyangkan kunci itu.

Rama tertegun sejenak, kemudian tersenyum menyanjung. "Tentu saja mau."

Rama segera maju meraih kunci dari tangan Adler. Setelah mendapatkan kunci, Rama menciumnya dengan gembira.

"Besok pagi jam 7 jemput aku. Kita ke perusahaan bersama," kata Adler mengingatkan.

"Oke, tenang aja. Gue pasti siap," ucap Rama langsung setuju setelah mendapatkan mobil yang sudah lama diincarnya.

Rama memasukkan kunci mobil Ferrari edisi terbatas yang hanya memiliki 5 salinan di dunia ke dalam saku bajunya takut Adler berubah pikiran.

"Kalau gitu gue pergi dulu. Sampai jumpa besok." Rama berdiri dan berjalan keluar apartemen Adler.

Setelah mandi, Adler merasa segar kembali. Semua kelelahan akibat kerja dan perjalanan jauh tersapu.

Keluar dari kamar, Adler melihat tas di atas meja makan. Adler membuka tas itu dan melihat sebuah catatan di atasnya.

"Gue tau elo belum makan malam. Nih, gue beliin sebagai ucapan terima kasih."

Adler tersenyum setelah membaca catatan itu, dia tahu makanan ini pasti dari Rama.

Adler perlahan duduk dan mengeluarkan makanan dari tas. Di dalamnya ada makan kesukaannya.

Setelah makan Adler membersihkan meja, kemudian menuju ruang tamu. Adler melepaskan pengisi daya dari ponsel dan menyalakan ponselnya.

Duduk di sofa, Adler melihat beberapa pesan dan panggilan tak terjawab. Adler mencoba menelepon kembali, tapi tidak di angkat. Dia mungkin sudah tidur.

Adler mengesampingkan ponselnya, berdiri dan menuju ruang belajar. Ada beberapa dokumen yang di kirimkan sekretaris kakek yang harus dia baca sebelum menghadiri rapat perusahaan besok.

×××××

Di luar UGD, Najiha menunggu dengan cemas.

"Anda keluarga pasien di dalam?" tanya perawat yang baru saja keluar dari ruang UGD pada Najiha.

Najiha berdiri mengangguk. "Saya saudaranya, Suster! Bagaimana keadaan saudara saya?" Najiha menatap suster khawatir keadaan Natsya.

"Pasien kehilangan banyak darah dan perlu transfusi darah, dokter sedang berusaha mengobatinya. Mbak silakan mengurus administrasinya terlebih dahulu."

"Baik Suster."

Setelah 1 jam Natsya akhirnya di pindahkan ke bangsal perawatan. Najiha menatap Natsya yang masih tertidur karena pengaruh obat.

Najiha tidak tahu kenapa Natsya bisa ada di sini. Natsya mungkin ingin menemui adiknya. Sudah tiga tahun, ini pertama kalinya mereka bertemu kembali.

Natsya adalah saudara tirinya setelah ibu Natsya menikah dengan ayahnya. Setelah ayah dan ibu Natsya menikah mereka memiliki seorang adik perempuan bernama Naila yang sekarang berusia 6 tahun.

"Tell ... Tell ... Tell ..."

Najiha mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mengangkat telepon.

"Halo!"

"Halo, Kak Najiha. Kapan Kakak pulang? Naila takut sendirian di rumah." Suara gadis kecil terdengar dari balik ponsel.

"Naila jangan takut. Kakak akan segera pulang. Naila jaga diri ya di rumah tunggu Kakak pulang." Najiha lupa sekarang sudah malam. Naila pasti ketakutan sendirian di rumah.

"Oke. Naila akan menunggu Kakak."

"Kalau begitu Kakak tutup ya teleponnya. Kakak akan segera pulang."

Najiha mematikan telepon dan melihat sudah jam 7 malam.

"Natsya, aku pulang dulu ya. Aku bakal jenguk kamu lagi besok." Najiha mengucapkan selamat tinggal pada Natsya yang tertidur.

Sisi lain.

Linda yang baru saja pulang setelah berkencan dengan pacarnya memasuki apartemen sambil tersenyum.

"Natsya aku pulang. Coba lihat deh, aku bawakan makan malam spesial buat kamu," teriak Linda sambil mengangkat tas berisi makanan di tangannya melihat ke sana-kemari mencari Natsya.

"Natsya?"

Linda meletakkan tas di atas meja makan bingung tidak mendengar jawaban Natsya. Apa dia sudah tidur?

Linda berjalan ke kamar kedua mencari Natsya. Dia membuka pintu dan tidak melihat siapa pun di dalamnya.

Linda kemudian berjalan ke kamarnya, namun Natsya juga tidak ada di sana.

"Natsya kamu di mana?"

Linda berteriak mencari Natsya di seluruh sudut ruangan dan tidak menemukannya. Linda mulai panik dan berusaha menelepon Natsya.

“Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar jangkauan ...." Linda mematikan panggilan mendengar hanya suara operator yang menjawabnya.

Mencoba beberapa kali tetap tidak bisa tersambung. Linda semakin cemas. Dia mencoba menghubungi Krista, mungkin Natsya ada bersamanya.

"Halo, Ta. Natsya ke rumah lo nggak?"

“Natsya nggak ke rumah gue. Emangnya ada apa?” terdengar suara Krista dari balik ponsel.

"Tidak. Nggak apa-apa. Aku pikir Natsya ada sama kamu. Aku coba cari ke tempat lain." Linda kemudian mengakhiri panggilan.

Ke mana Natsya kalau dia juga tidak bersama Krista?

Linda menghubungi semua teman yang mungkin di kunjungi Natsya, tapi semuanya tidak pernah ketemu Natsya. Linda juga berusaha mencari di tempat yang pernah mereka datangi tadi juga tidak menemukannya.

"Natsya, ke mana kamu?" Linda cemas tidak bisa menemukan Natsya di manapun.

×××××

Terpopuler

Comments

Wong kam fung

Wong kam fung

rapat mulu wkkw

2023-05-11

1

Sky darkness

Sky darkness

betul

2023-05-11

0

Sylius

Sylius

nyebelin nih, udah mau bertemu juga, di gangguin, rasanya pengen aku culik agar tidak mengganggu.

2023-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!