Sementara Hilang Memori

Sementara Hilang Memori

Prolog

Di depan sebuah rumah berdinding biru berdiri sorang gadis dengan sebuah tas besar tergeletak di samping kakinya. Gadis itu mengunci pintu, kemudian membawa tasnya meninggalkan halaman rumah.

“Natsya, mau ke mana rapi amat? Bawa tas besar pula?” tanya sorang wanita paruh baya yang berpapasan dengan gadis itu di jalan.

Nama gadis itu Natsya, Natsya Aldiva. Sudah tiga tahun dia tinggal di desa ini, jadi penduduk desa sangat akrab dengannya. Selain itu, Natsya juga mengajar di sekolah dasar yang ada di desa.

Natsya tersenyum menjawab. “Bibi Mira, saya akan ke Kota Argon.”

“Jauh sekali. Mau apa ke sana? Apa Adler kerja di sana? Mau menemuinya?” Bibi Mira merupakan orang yang kepo. Karenanya dia suka banyak nanya.

“Tidak Bibi. Teman SMA saya akan menikah dan dia mengundang saya untuk menghadiri pernikahannya” jelas Natsya.

“Oh, begitu rupanya. Bibi kira kamu mau menemui Adler. Lagi pula kalian kan pengantin baru dan sepertinya sudah seminggu sejak suamimu itu pergi. Apa kamu tidak rindu?” goda Bibi Mira.

Awalnya Bibi Mira ingin menjodohkan Natsya dengan putranya. Natsya adalah gadis paling cantik setelah dia datang di desa ini. Dia sangat baik dan sopan. Apalagi Natsya juga memiliki penghasilan sendiri. Sayangnya putranya bekerja di luar kota dan belum kembali, sementara Adler seorang turis yang datang ke desa mendahuluinya.

“Bibi, kalau begitu saya permisi dulu. Saya sedang terburu-buru.” Natsya tidak ingin bercerita tentang suaminya, jadi dia segera menghentikan pembicaraan.

“Em, hati-hati di jalan ya.”

“Iya, makasih, Bibi Mira.”

Tiga tahun lalu Natsya pindah ke Desa Galan untuk tinggal bersama neneknya karena ibunya meninggal tahun itu. Natsya tidak ingin tinggal lagi bersama ayah angkatnya. Ibu Natsya menikah dua kali, Natsya ialah anak dari pernikahan pertama ibunya.

Tinggal di sini Natsya sekalian merawat neneknya yang sudah tua. Untuk itu dia harus merelakan untuk tidak melanjutkan kuliah. Agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan neneknya, Natsya mencoba bekerja. Kebetulan SD di desa membutuhkan seorang guru tambahan, jadi Natsya ikut mendaftar dan diterima.

Natsya menabung cukup uang serta warisan dari ibunya dia melanjutkan kuliah dengan belajar mandiri. Dengan itu dia bisa merawat neneknya dan juga mengajar di sekolah.

Setahun yang lalu nenek Natsya pergi juga, meninggalkannya sendirian. Natsya bisa saja pergi dari desa mencari pekerjaan yang lebih baik di kota. Tapi, dia merasa kasihan dengan anak-anak yang ada di desa. Mereka perlu mendapatkan pendidikan yang baik dan dia juga sangat senang bisa berbagi ilmu dengan anak-anak. Jadi, Natsya tetap tinggal.

Natsya menjalani hidup dengan sederhana, tenang dan monoton.

Hingga suatu hari Natsya menyelamatkan seorang pria yang pingsan di gunung. Natsya membawa pria itu ke puskesmas dengan bantuan penduduk desa.

Setelah sembuh, pria itu sementara tinggal menjadi sukarelawan untuk mengajar anak-anak di desa. Keduanya menjadi akrab, pria itu kemudian melamarnya dan mereka akhirnya menikah sebulan yang lalu.

Ini terdengar seperti kisa yang ada di buku cerita dan Natsya benar-benar merasa dia pasti sedang bermimpi. Karena pria setampan Adler jatuh cinta padanya dan mau menikah dengannya.

Dia merasa ini pasti keputusan yang paling absurd yang pernah dia lakukan. Karena dia berani menikah dengan pria yang baru di kenalnya beberapa saat. Dan dia tidak mengenal pria itu, bahkan tanpa melihat keluarga, mereka langsung menikah.

Seminggu yang lalu Adler pergi ke luar kota, katanya ada pekerjaan yang harus dia urus di sana. Bibi Mira mungkin mengira dia akan menemui Adler.

Dari Desa Galan ke Kota Mangan kira-kira 55 kilometer, di butuhkan 2 jam perjalanan agar bisa sampai ke sana. Natsya menumpang mobil tetangganya, Pak Roni yang kebetulan akan menjemput anaknya dari bandara.

Agar bisa ke kota Argon, Natsya perlu berganti-ganti angkutan. Pusat kota berada sangat jauh dari tempatnya tinggal. Dia perlu melakukan penerbangan dari bandara di Kota Mangan menuju Kota Argon. Kedua kota itu dipisahkan oleh lautan yang luas.

×××××

Desa Galan.

Sebuah mobil sedan hitam melaju di jalan menuju desa. Penduduk yang sedang bekerja di ladang berhenti sejenak melirik mobil mewah yang lewat. Ini pertama kalinya mobil seperti itu memasuki desa.

Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah bercat biru. Ibu-ibu tetangga menjulurkan kepala mereka ingin melihat siapa yang ada di dalam mobil.

Pintu penumpang belakang terbuka, sepatu hitam mengkilap keluar dari dalam menapak di tanah. Kemudian mereka melihat wajah asing yang sangat tampan keluar dari mobil.

Pria itu terlihat sangat tampan, rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya terlihat sangat bersih dan putih. Mengenakan setelan hitam seperti bintang pemeran utama pria kaya yang sering mereka lihat di TV.

Ibu-ibu di buat kagum dengan wajah sempurna bak dewa di depan mereka.

Sopir mengeluarkan koper dari bagasi dan meletakkannya di samping pria itu, kemudian dia masuk ke mobil dan melaju pergi meninggalkan pria itu berdiri di depan halaman rumah.

Pria itu menarik kopernya dan berjalan ke rumah berwarna biru di depannya. Pria itu sedikit bingung melihat pintu rumah yang tertutup. Hari ini hari minggu, seharusnya pemilik rumah harus ada di dalam.

Ibu-ibu segera sadar melihat pria itu berjalan ke rumah Natsya, mereka segera menghampiri pria itu.

“Nak, siapa yang kamu cari?” tanya seorang wanita tua.

Pria itu berhenti dan melihat orang-orang yang datang.

Pria itu tersenyum berkata: “Nenek Tini, bagaimana keadaan Nenek? Kaki Nenek tidak sakit lagi?”

Wanita tua yang di sebut Nenek Tini merasa bingung. “Alhamdulillah kaki Nenek sudah sembuh. Kamu kenal saya? Kamu siapa?”

“Saya tahu, Nenek Tini yang sering membantu dan memberi kami beberapa sayuran dari kebun Nenek. Nenek tidak ingat saya?” tanya pria itu sedikit bingung. Nenek Tini sepertinya tidak mengenalnya, dia seperti berhadapan dengan orang asing yang baru pertama kali bertemu.

“Benarkah? Nenek tidak ingat. Kamu siapa?”

Nenek Tini menggaruk kepalanya bingung. Iya yakin tidak pernah kenal dengan anak muda di depannya.

“Saya Adler, Nek. Suami Natsya,” terang Adler.

“Kamu bilang siapa? Mana mungkin kamu suami Natsya? Orang kita juga tahu bagaimana rupa suami Natsya. Tidak seperti kamu,” ucap Ibu Rika melangkah maju mengamati wajah Adler.

“Iya, benar. Suami Natsya kulitnya lebih gelap dari kamu, dia juga memakai kacamata, rambutnya selalu menutupi alis dan sedikit matanya. Gayanya sangat jauh beda,” tambah ibu yang lain.

“Jangan-jangan kamu penipu!”

Adler tercengang mendengar ucapan ibu-ibu itu, dia menatap ke bawah pada pakaiannya yang memang sangat berbeda dari yang biasa dia kenakan sejak berada di sini dulu.

Adler mengenakan kemeja hitam, celana kain hitam, dan sepatu kulit hitam. Dulu dia selalu mengenakan kaos sederhana dan celana jeans atau celana dengan banyak kantong, dan sendal jepit.

Mengangkat ponselnya Adler menatap wajahnya, rambutnya di sisir rapi kebelakang dengan memperlihatkan dahinya yang mulus, alis pedang, hidung mancung, dan bibir tipis.

Pantas saja mereka tidak mengenalinya, penampilannya benar-benar berbeda.

Adler mengacak-acak rambutnya, mengeluarkan kacamata dan memakainya.

“Bagaimana? Sudah mirip?” tanya Adler.

“Iya, iya, benar-benar mirip. Kamu benar suaminya Natsya? Sungguh berbeda, kami sampai tidak bisa mengenalinya.” Ibu Rika berkata takjub melihat perubahan Adler.

“Kamu sangat tampan berdandan seperti ini. Kami di buat linglung. Kamu terlihat seperti pejabat yang orang kaya itu. Yang banyak duitnya."

“Kamu dari mana? Kok, bisa gayanya tiba-tiba berubah seperti itu. Natsya pasti juga tidak akan mengenali kamu dengan tampang seperti tadi.”

“Ngomong-omong ayo masuk dulu. Saya membawa beberapa barang dari sana. Jika berkenan saya akan memberikannya kepada Nenek dan Ibu-Ibu sekalian,” undang Adler.

“Benar, ayo masuk dulu. Kamu pasti sudah capek dari perjalanan jauh.”

Adler menarik kopernya memasuki halaman. Dia mencoba membuka pintu tapi sepertinya terkunci. Adler mengeluarkan kunci dari tasnya, lalu membuka pintu dan mempersilahkan para tamu masuk.

“Oh, ya, Adler, sepertinya Natsya tadi pergi. Jadi dia tidak ada di rumah,” kata Bu Mira mengingatkan.

“Benarkah?” ucap Adler tidak pasti. Natsya memang memberitahunya kalau akan menghadiri pernikahan temannya, tapi dia tidak mengatakan kapan dia akan pergi.

“Kamu tidak tahu. Apa Natsya tidak memberitahumu?”

Adler segera menyalakan ponselnya dan dia melihat beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Natsya.

Adler terlalu sibuk berurusan dengan pekerjaan dan ponselnya dimatikan. Setelah bekerja dia langsung melakukan penerbangan kemari, jadi dia tidak pernah menyalakan ponselnya.

Natsya mengirimkan pesan padanya kemarin dan tadi memberitahukan berita kepergiannya.

“Saya tahu, Natsya mengirimi saya pesan.” Adler berkata melihat mata curiga dari Ibu Mira.

Adler membuka kopernya dan mengeluarkan makanan dan suplemen dan membagikannya kepada Nenek Tini dan ibu-ibu lainnya.

Nenek Tini dan ibu-ibu berterima kasih kepada Adler atas oleh-olehnya, kemudian mereka pergi setelah mengatakan beberapa kata lagi.

‘Tinggg... Tinggg... Tinggg...’

Setelah mengantar tamu pergi, Adler kembali ke ruang tamu dan mendengar ponselnya berbunyi.

Mengangkat ponsel, Adler melihat kata ‘Papa’ tertulis di sana. Adler pun segera mengangkatnya.

“Halo. Assalamualaikum, Pa.”

“Penyakit kakek kambuh? Baik, Adler akan ke sana sekarang juga!"

Menutup telepon, wajah Adler terlihat tegang dan khawatir. Adler mengambil tasnya berjalan keluar sambil memesan tiket penerbangan.

×××××

Terpopuler

Comments

Wong kam fung

Wong kam fung

untung koper yang ditarik bukan kolor wkkw

2023-05-11

0

Sky darkness

Sky darkness

udh nikah kok gk ngundang

2023-05-11

0

Anita

Anita

awam maksudnya

2023-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!