Selain ikhlas, aku bisa apalagi

Nayla membuka mata, menatap sekeliling. Pandangannya jatuh pada wajah kakak laki-lakinya yang bernama Juna.

Juna setia mendampingi adik perempuannya yang tengah berbaring di ranjang pasien saat ini. Nayla tidak mengingat apa-apa sejak kejadian siang tadi, ia hanya ingat saat perutnya kram sakit luar biasa ketika terjatuh oleh senggolan mobil perempuan asing yang mengaku bernama Annisa tunangannya Vano.

Lalu ia ingat pula sempat berdiri dan berlari menghampiri Lia yang berteriak soal ibunya yang telah pingsan, namun Nayla tahu ia pun ikut pingsan sebelum mencapai tubuh ibunya di pangkuan Lia saat itu.

"Kak Juna," panggil Nayla dengan suara parau.

Pria itu tampak menoleh pada adiknya yang telah sadar.

"Nay, kau sudah sadar? Syukurlah, kakak mencemaskan mu," jawab Juna yang langsung memeluk Nayla dengan sayang.

Seakan tanpa aba-aba airmata Nayla tumpah begitu saja saat mendengar kata-kata Juna kakaknya. Mendapat pelukan yang menenangkan meski ia telah menebak bahwa kakak lelakinya itu sudah mengetahui kehamilannya saat ini.

"Maafkan aku kak, aku bukan gadis yang baik. Aku membuat malu ibu dan kakak, aku aku aku berdosa, aku hina, aku perempuan yang ternoda. Aku menyesal kak, tolong jangan tinggalkan aku, aku yang telah membuat ibu pingsan. Pasti ibu bertambah sakit sekarang," ucap Nayla mulai terisak.

Juna tampak tidak kuasa saat ingin menjawab, mata pria ini juga tampak berair atas apa yang menimpa ibu dan adiknya saat ini.

"Dan kau harus tahu, ibu sudah tidak sakit lagi sekarang."

Nayla melepaskan pelukan, ia menatap Juna penuh tanya.

"Ibu tidak sakit? Apa ibu sudah bisa memaafkan ku? Apa ibu sudah sadar? Mana ibu?"

Juna menangis juga akhirnya.

"Nayla, ibu kita sudah tidak berada di sini lagi, ibu sudah meninggal," jawab Juna mulai terisak lagi yang mana ia pun merasa tiba-tiba kehilangan ibu yang telah melahirkan mereka saat mendapati ibunya telah terbujur kaku siang tadi saat ia baru sampai rumah sakit karena dihubungi oleh Lia.

"Kak Juna jangan bercanda, mana ibu? Meninggal apa, ibu hanya pingsan."

Juna menjelaskan kronologi kematian ibunya pada Nayla yang terdiam, terpaku atas apa yang baru saja didengarnya.

"Kak Juna, jangan bercanda," lirih Nayla seakan tidak percaya.

Juna memeluk lagi adiknya, disaat itulah Nayla seperti kehilangan akal. Ia meraung sejadi-jadinya, meraung memanggil ibunya yang tidak akan pernah datang.

Nayla meronta ingin turun dari ranjang pasien hingga infus yang terpasang di punggung tangan kirinya jadi terlepas dan berdarah. Ia tidak peduli, ia bahkan tampak mengamuk tidak tentu arah hingga membuat Juna kerepotan.

"Semua ini karena ulahku kak, aku yang menyebabkan ibu meninggal. Aku anak yang buruk, aku pembawa sial, karena ulahku ibu jadi pergi. Aku harus apa sekarang? Aku hamil kak, aku hamil kak Juna, aku wanita rendahan. Memalukan."

"Aku harus apakan anak ini? Anak yang akan lahir tanpa ayah, aku hamil hingga membuat ibu kecewa sampai ibu meninggal karena berita ini."

Nayla berkata penuh dengan airmata dan suara yang serak serta kehilangan tenaga.

Juna menangkap tangan adiknya lagi, menggenggam kuat seraya berkata, "Nayla, bukan hanya ibu yang telah meninggal tapi juga janinmu, kau keguguran bersamaan dengan ibu dibawa ke rumah sakit ini. Kau sudah tidak hamil Nayla."

"Apa?"

Juna mengangguk, ia bawa lagi Nayla dalam dekapannya yang penuh dengan rasa iba. Juna merasa gagal menjadi kakak dari Nayla, bukan marah atas kehamilan adiknya ini melainkan rasa iba, iba jika Nayla harus menghadapi ujian hidup seberat ini.

Siapa yang tidak menyalahkan Nayla dalam hal ini, namun Juna tahu dengan terus menyalahkan Nayla yang hamil tentu tidak akan mendapatkan solusi, justru akan membuat Nayla bertambah terpuruk.

"Aku telah gagal menjadi kakak yang baik untuk mu, aku tidak menjagamu dengan baik selama ini Nay, semua sudah terjadi. Sudah begini adanya, kita harus apa selain menghadapinya, kakak ada untukmu Nay, cukup sesali dan berjanji tidak akan mengulang kesalahan ini lagi, jangan bertindak konyol, juga jangan mengamuk seperti tadi itu akan sia-sia saja."

"Tubuhmu sedang lemah jangan perburuk dengan ini, soal ibu sejatinya itu sudah menjadi ajal baginya yang sudah selesai tugasnya di dunia ini, jangan menyalahkan siapapun dalam hal ini. Kematian itu tidak bisa ditunda, juga tidak bisa dipercepat, jadi ibu meninggal itu sudah waktunya, hanya saja bertepatan dengan semua ujian untukmu. Tenanglah Nay.... Kakak ada untukmu, maaf sudah mengabaikan mu selama ini, hingga kau tumbuh dalam pergaulan yang salah."

Nayla terdiam, jika sudah begini hanya sebuah tangis yang terdengar, Nayla menangis sesenggukan, tergugu dalam pelukan kakaknya yang terus memberinya kesempatan.

Nayla baru tersadar saat ini bahwa ia tengah memakai pembalut, tangannya tergerak meraba perutnya yang sekarang sudah kosong.

"Apa aku seorang pembunuh kak?"

"Tidak jangan bicarakan itu lagi."

"Kak Juna jangan tinggalkan aku," lirih Nayla memeluk kakaknya dengan erat.

"Berjanji padaku kak, jangan tinggalkan aku."

Juna tidak menjawab, ia hanya memberi dekapan yang hangat lagi menenangkan bagi Nayla.

Sampai pada Nayla lemas sendiri, bersandar di kepala ranjang menangis lagi dan lagi seolah enggan berhenti, ia raba lagi perutnya yang ia tahu semua tidak lagi sama. Pilu, Nayla menangis dengan pilunya.

Keesokan harinya, Nayla sudah diperbolehkan untuk pulang oleh dokter yang mengatakan untuk istirahat di rumah saja hingga pulih tentu dengan pengobatan yang telah diresepkan.

Dijemput oleh kakak iparnya beserta dua keponakannya yang masih kecil.

Nayla memeluk putri Juna yang bungsu berumur 2 tahun, sedang pandai mengoceh hingga membuat Nayla cukup terhibur selama dalam perjalanan pulang. Ia meraba perutnya lagi, sungguh ia merasa telah menjadi sosok ibu yang jahat hingga menyebabkan janinnya tidak bertahan.

"Nay," panggil Dewi istri Juna.

"Iya kak," sahut Nayla seraya menoleh pada Dewi yang sedang mengemudi.

"Sudah lebih baik?"

Nayla mengangguk saja.

"Semua akan membaik seiring waktu, setiap ujian menandakan akan ada peningkatan dalam kehidupan, bersabarlah... Jika bisa jangan berhubungan dengan lelaki itu lagi, bahkan lelaki manapun yang tidak bisa menghargai mu."

"Iya kak Dewi, aku menyesal benar-benar menyesal."

"Kau harus ingat sayang, lelaki yang baik itu akan menikahi mu lebih dulu baru menghamili bukan sebaliknya."

"Maafkan aku kak," sesal Nayla lagi.

Dewi tersenyum, "Berhenti meminta maaf, kakak hanya mengingatkan saja. Juga jangan larut dalam kesedihan hidup harus tetap berjalan Nay, kematian ibu membuat kita semua kehilangan dan semua orang akan mengalaminya, akan ada fase menerima dari kehilangan ini nanti."

"Kita tidak ada yang tahu kapan kita akan berpulang Nay, yang muda saja meninggal apalagi yang sudah berumur. Jika sudah ajal kita tidak akan bisa mengelak, termasuk ibu. Jadi jangan terus menyalahkan dirimu atas kejadian ini oke?"

"Iya kak Dewi, selain ikhlas aku bisa apa lagi," balas Nayla dengan nada rendah.

"Fokuslah pada kuliah mu. Kembali seperti Nayla yang dulu sebelum kenal lelaki pengecut itu."

Nayla mengangguk lagi, ia tidak tahu ingin berkata apa lagi, Juna dan Dewi adalah sosok kakak dan kakak ipar terbaik baginya, orang yang tidak meninggalkan Nayla meski sedang menghadapi masalah besar seperti ini.

Di sebuah restoran, Juna tampak sedang bersalaman dengan seseorang.

"Terimakasih pak Ariq atas jamuan ini."

"Ckkk..... Berhenti memanggilku begitu, menggelikan saat mendengarnya. Ayolah kita teman lama Juna, kerjasama ini akan terjalin dengan baik seperti pertemanan kita."

"Kau tidak berubah."

"Yang berubah itu kau, sudah punya anak empat," canda pria berjambang tipis di rahangnya itu.

"Iya, dan kau betah membujang hingga sekarang," sahut Juna lagi.

"Baiklah aku mengaku aku kalah jauh darimu dalam hal pribadi, apa kau punya seseorang yang ingin dikenalkan dengan teman bujang mu ini?" Canda Ariq lagi.

Juna terkekeh, "Ada banyak tapi aku yakin kau seorang yang pemilih dalam hal wanita."

"Tidak juga, hanya saja aku pria yang susah move on."

Juna tertawa lagi.

"Aku malu mendengarnya."

Mereka saling melempar gurauan sebelum mengakhiri pertemuan.

"Aku turut berduka atas ibumu."

"Terimakasih, kita tidak ada yang bisa menebak kapan waktunya berpulang. Sekarang ibuku sudah tidak sakit lagi, umur tidak ada yang tahu bukan. Bisa kau atau aku yang lebih dulu berpulang nanti tidak peduli kita masih muda dan sehat sekalipun."

Ariq tampak mengangguk anggukkan kepalanya.

"Kau benar, jika bisa kau saja yang lebih dulu. Kau enak sudah menikah dan punya anak banyak, sedang aku menikah saja belum," canda Ariq lagi.

Juna tertawa.

"Jika begitu menikahlah tunggu apalagi, jangan sampai ajal lebih dulu mendekat daripada jodoh."

"Mempelai wanitanya masih dalam angan-angan, belum nyata hingga sekarang. Berhenti mengejekku, aku akan menikah jika sudah ada wanitanya, ku dengar mamaku akan mengenalkan ku pada seseorang, doakan saja dia berhasil membuat ku move on."

"Oh ya ampun Ariq, apa masih mau main jodoh-jodohan zaman sekarang?"

Ariq hanya terkekeh saja seraya mengangkat bahunya santai.

"Entahlah, aku hanya tidak ingin mengecewakan mamaku, kenalan dulu apa salahnya bukan? Jika bukan jodohku juga, ya mau bagaimana lagi. Selain ikhlas aku bisa apalagi?"

Terpopuler

Comments

Marina Tarigan

Marina Tarigan

dengarkan apa kata kakakmu dan kakak iparmu mereka sangat mendukungmu walaupun kamu sdh ternoda mulai sekarang berjuanglah demi masa depanmu tunjukkan keberhasilanmu pd orang yg telah menghinamu

2025-03-28

0

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

melipir ke sini 😍

2022-04-07

2

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻

ingat ya... kata kak dewi... cowok yang baik itu cowok yang menikahi terlebih dahulu baru menghamili.

wah... apakah putra alif dan humai ini jodoh nay???

2022-04-03

3

lihat semua
Episodes
1 Nayla Purnama
2 Ujian naik kelas
3 Annisa, tunangannya Vano
4 Selain ikhlas, aku bisa apalagi
5 Poor Nayla
6 Ternyata orang, bukan hantu
7 Kenapa tidak biarkan aku mati saja?
8 Jadi menyebalkan
9 Keheningan lebih jelas dari kata-kata
10 Setiap nyawa berharga
11 Aku yang terlalu terbuka
12 Dia, mantan kekasihku
13 Pamit keluar kota
14 Bunda Nayla
15 Keluarga yang seperti orang asing
16 Humairah?
17 Jadi ingat Mas Ariq
18 Kehilangan seseorang
19 Aku orangnya.
20 Kau kekasihku mulai saat ini
21 Aku mencintaimu
22 Lelaki pemaksa
23 Kau terlalu menggemaskan
24 Beri aku ciuman
25 "Sayang?"
26 Hanya seorang mantan
27 Apa kau mengajakku berselingkuh?
28 Gombal
29 Bunga Lily
30 Saran Oma Rika
31 Intan Rahayu
32 Penampilan baru
33 Di penjara
34 Ayah akan bebas
35 Poor Vano
36 Bang Jhon
37 Nayla berdarah
38 Darah yang tak kasat mata
39 Gadis bekas terhina
40 Bibi Rena
41 Rindu atau benci?
42 Kata Shakespeare
43 Ariq lagi
44 Mas Angga
45 Andai takdir memihak
46 Kawin lari
47 Namanya Ariq Gunawan Pratama
48 Nayla yang menyedihkan
49 Andai saja
50 Cinderella's Stepsister
51 Ada acara keluarga
52 Bukan power rangers
53 Mereka serasi sekali
54 Berakhir malam ini
55 Diamnya Rahayu
56 Seindah bulan purnama
57 Papa Alif
58 Sudut pandang orang membenci
59 Nayla atau Rahayu? Atau mie pedas.
60 Akhir rencana perjodohan
61 Muncul tiba-tiba
62 Cincin tanda keseriusan
63 Izin ayah Faisal
64 Umi Angga
65 Pingkan Lagi
66 Tertelan cincin
67 Meminang
68 tawar menawar dalam cinta
69 Rahayu mengidap bipolar
70 lagu
71 Daftar sakit hati
72 Ariq memang gila
73 Nayla dan Rahayu
74 Menikah, tapi....
75 Nano Nano
76 Kamar pengantin
77 Sentuhan tanggung
78 Drama meja makan
79 Kotak kenangan
80 Malam menjelang
81 Cuci mencuci
82 Tidak pernah pulang terlambat
83 Andira lagi.
84 Purnama Merindu
85 Ulah Oma
86 Mabuk darah
87 Mengaku saja
88 Ulang tahun
89 Kejutan
90 Balas dendam
91 Disensor
92 13 kali
93 drama pagi
94 Kehamilan
95 Nayla vs Pingkan
96 Hening
97 Disekap
98 Aku hanya inginkan suamiku
99 Mimpi
100 Hamil?
101 Perjuangan menuju kelahiran
102 Ever after
103 Sekuel telah dimulai
104 Sudah menikah
105 Mungkin saja
106 Ternyata janda
107 Nenek Dijah
108 Masalah baru
109 Ken pulang
110 Bunda Nayla
111 Flash Back
112 Rela
113 Tidak mau dimadu
114 Dijodohkan
115 Bingung
116 Oh Aishwa
117 Aishwa dan Indah
118 Pertemuan
119 Tidak salah orang
120 Ken terpesona lagi
121 Bertemu Ratih
122 Lewat Indah
123 Jangan terlalu cepat menyimpulkan
124 Bertemu lagi
125 Di rumah orangtua ku
126 Episode yang panjang
127 Dokter Aishwa
128 Aldric
129 Aldric terkejut
130 Anara
131 Aldric suamimu
132 Pesta menjadi duka
133 Bercandanya Ken
134 Masih marah
135 Pindah rumah
136 Kabar pernikahan
137 Hari ke 100
138 Ala bridal style
139 Mulai terbiasa
140 Cemburu?
141 Hanya teman
142 Teman hidup
143 Kenapa?
144 Marahnya Aish
145 Aldric dan Anara
146 Tidak fokus
147 Melepaskan
148 Saling mengakui
149 Mencintai mu Mas Aldric
150 di kantor
151 tak lekang oleh waktu
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Nayla Purnama
2
Ujian naik kelas
3
Annisa, tunangannya Vano
4
Selain ikhlas, aku bisa apalagi
5
Poor Nayla
6
Ternyata orang, bukan hantu
7
Kenapa tidak biarkan aku mati saja?
8
Jadi menyebalkan
9
Keheningan lebih jelas dari kata-kata
10
Setiap nyawa berharga
11
Aku yang terlalu terbuka
12
Dia, mantan kekasihku
13
Pamit keluar kota
14
Bunda Nayla
15
Keluarga yang seperti orang asing
16
Humairah?
17
Jadi ingat Mas Ariq
18
Kehilangan seseorang
19
Aku orangnya.
20
Kau kekasihku mulai saat ini
21
Aku mencintaimu
22
Lelaki pemaksa
23
Kau terlalu menggemaskan
24
Beri aku ciuman
25
"Sayang?"
26
Hanya seorang mantan
27
Apa kau mengajakku berselingkuh?
28
Gombal
29
Bunga Lily
30
Saran Oma Rika
31
Intan Rahayu
32
Penampilan baru
33
Di penjara
34
Ayah akan bebas
35
Poor Vano
36
Bang Jhon
37
Nayla berdarah
38
Darah yang tak kasat mata
39
Gadis bekas terhina
40
Bibi Rena
41
Rindu atau benci?
42
Kata Shakespeare
43
Ariq lagi
44
Mas Angga
45
Andai takdir memihak
46
Kawin lari
47
Namanya Ariq Gunawan Pratama
48
Nayla yang menyedihkan
49
Andai saja
50
Cinderella's Stepsister
51
Ada acara keluarga
52
Bukan power rangers
53
Mereka serasi sekali
54
Berakhir malam ini
55
Diamnya Rahayu
56
Seindah bulan purnama
57
Papa Alif
58
Sudut pandang orang membenci
59
Nayla atau Rahayu? Atau mie pedas.
60
Akhir rencana perjodohan
61
Muncul tiba-tiba
62
Cincin tanda keseriusan
63
Izin ayah Faisal
64
Umi Angga
65
Pingkan Lagi
66
Tertelan cincin
67
Meminang
68
tawar menawar dalam cinta
69
Rahayu mengidap bipolar
70
lagu
71
Daftar sakit hati
72
Ariq memang gila
73
Nayla dan Rahayu
74
Menikah, tapi....
75
Nano Nano
76
Kamar pengantin
77
Sentuhan tanggung
78
Drama meja makan
79
Kotak kenangan
80
Malam menjelang
81
Cuci mencuci
82
Tidak pernah pulang terlambat
83
Andira lagi.
84
Purnama Merindu
85
Ulah Oma
86
Mabuk darah
87
Mengaku saja
88
Ulang tahun
89
Kejutan
90
Balas dendam
91
Disensor
92
13 kali
93
drama pagi
94
Kehamilan
95
Nayla vs Pingkan
96
Hening
97
Disekap
98
Aku hanya inginkan suamiku
99
Mimpi
100
Hamil?
101
Perjuangan menuju kelahiran
102
Ever after
103
Sekuel telah dimulai
104
Sudah menikah
105
Mungkin saja
106
Ternyata janda
107
Nenek Dijah
108
Masalah baru
109
Ken pulang
110
Bunda Nayla
111
Flash Back
112
Rela
113
Tidak mau dimadu
114
Dijodohkan
115
Bingung
116
Oh Aishwa
117
Aishwa dan Indah
118
Pertemuan
119
Tidak salah orang
120
Ken terpesona lagi
121
Bertemu Ratih
122
Lewat Indah
123
Jangan terlalu cepat menyimpulkan
124
Bertemu lagi
125
Di rumah orangtua ku
126
Episode yang panjang
127
Dokter Aishwa
128
Aldric
129
Aldric terkejut
130
Anara
131
Aldric suamimu
132
Pesta menjadi duka
133
Bercandanya Ken
134
Masih marah
135
Pindah rumah
136
Kabar pernikahan
137
Hari ke 100
138
Ala bridal style
139
Mulai terbiasa
140
Cemburu?
141
Hanya teman
142
Teman hidup
143
Kenapa?
144
Marahnya Aish
145
Aldric dan Anara
146
Tidak fokus
147
Melepaskan
148
Saling mengakui
149
Mencintai mu Mas Aldric
150
di kantor
151
tak lekang oleh waktu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!