"Maaf, mau cari siapa?" tanya Nayla sopan, mereka berdiri di teras rumah.
"Apa kau yang bernama Nayla?"
Nayla mengangguk, lalu Lia menjadi penasaran sekaligus kesal melihat wanita itu bertanya dengan nada tidak bersahabat.
"Iya, ini Nayla temanku... Siapa kau? Kenapa mau cari Nayla kemari?" tanya Lia tidak sabar.
Belum wanita itu menjawab lebih dulu pintu terbuka menampilkan perempuan paruh baya yang tampak pucat dan lesu.
"Nayla, kau sudah pulang."
"Iya bibi, aku mengantar Nayla pulang. Hari ini pulang cepat," sahut Lia seraya mencium punggung tangan ibu Hana.
Ibu Hana tersenyum, "Baiklah nak ayo masuk, kau bawa apa?" tanya ibu Hana pada Lia yang menyodorkan kantung berisi makanan yang mereka beli tadi.
"Ini paket makan siang untuk bibi Hana tersayang, biar cepat sehat," balas Lia lagi.
"Kau ini, selalu saja bawa oleh-oleh jika kemari."
Lia tertawa, lalu tatapan ibu Hana tertuju pada wanita yang di samping Nayla yang masih diam sejak ia keluar tadi.
"Maaf nak, siapa ini? Teman barumu Nay?" tanya ibu Hana pada putrinya.
Nayla bingung ingin jawab apa.
"Maaf bibi aku kemari hanya untuk bertemu Nayla, ada urusan."
"Baiklah, ayo masuk tidak baik bicara diluar, ayo Nay ajak temanmu masuk!" perintah ibu Hana yang segera diangguki Nayla.
Mereka masuk dan duduk di kursi tamu rumah sederhana yang Nayla dan ibunya tinggali saat ini.
"Maaf nona, kau ini siapa dan ada urusan apa dengan Nayla?" tanya Lia penasaran.
Lama Lia mengamati raut wajah perempuan itu.
"Oh aku ingat sekarang, bukankah kita pernah bertemu di pernikahannya kakakku? Kak Aqilla dan mas Aziz, apa benar?" tanya Lia lagi.
Perempuan itu bahkan tidak menanggapi Lia, ia hanya menatap Nayla saja sejak tadi.
"Hei, tidak sopan ketika lawan bicaramu sedang bertanya kau malah melihat ke arah lain," protes Lia kesal.
Ibu Hana datang dengan nampan berisi beberapa gelas teh hangat.
"Aku tidak ada urusan denganmu, aku kemari untuk Nayla."
"Maaf nona, baiklah jika aku yang kau cari bisakah kau memberi tahu apa maksudmu?" sahut Nayla mencoba menghalangi Lia yang ingin menjawab perempuan itu lagi.
"Aku Annisa, tunangannya Vano."
Lia ternganga mendengarnya, pun Nayla ia cukup terkejut mendengar pengakuan wanita itu.
"Maaf nona aku sudah tidak ada hubungan dengan Vano, lantas apa masalah mu denganku?" tanya Nayla lagi.
"Apa benar kau sedang hamil?"
Nayla terkejut, ia tidak mengira wanita itu tahu tentang kehamilannya selain Lia.
Ibu Hana mengerutkan dahi saat tidak sengaja mendengar kata hamil.
"Maaf nona siapa yang hamil?" tanya ibu Hana mendekati mereka setelah menaruh nampan di atas meja.
Nayla gugup luar biasa, pun Lia.
"Tanya pada putrimu, aku kemari hanya ingin memastikan bahwa Nayla jangan konyol merusak rencana pernikahanku dengan Vano dengan alasan hamil, kami akan menikah."
"Aku harap kau tidak menggunakan kehamilan sebagai perusak hubungan kami setelah menikah nanti, urusan tanggung jawab anak itu kau tenang saja setelah menikah nanti aku rela mengurus anak itu, jadi serahkan saja jika dia sudah lahir nanti asal jangan kau yang mengambil Vano dariku."
Semua tercengang mendengar wanita itu bicara dengan lancarnya.
"Kurang ajar kau!" ucap Lia mendorong tubuh wanita itu.
"Nayla?" lirih ibu Hana menatap Nayla.
Ibu Hana sudah berair matanya.
"Ibu, aku aku aku....."
"Nayla jawab ibu, apa benar kau hamil?"
"Bu, aku bisa menjelaskan tentang ini. Ayo ibu duduk dulu, kita bisa bicara baik-baik."
"Aku ingatkan, Vano sudah berhutang budi pada keluarga ku, jangan coba-coba kau menghancurkan pernikahan kami dengan membawa perut besar nanti, aku sudah baik hati ingin mengurus anak itu jika kau tidak mau, " ucap perempuan itu lagi.
Ibu Hana memegang dadanya yang terasa berat untuk bernafas, Nayla meraih tangan ibunya, ia meminta maaf seraya menangis sesenggukan.
"Bibi tenanglah, kita bisa bicara baik-baik." Lia ikut menopang tubuh ibu Hana yang mulai lemas.
"Aku permisi, aku tidak harus ikut campur drama keluarga ini."
Lia menatap dengan geram.
"Hei, kau.... Dasar tidak tahu sopan santun, jangan lari kau," teriak Lia.
"Ibu, aku aku ....." Nayla memeluk ibunya seakan tidak tahu lagi harus berkata apa, namun bukan menjawab melainkan ibu Hana jatuh seketika.
"Ibu, ibu...." teriak Nayla membangunkan ibunya.
Nayla menatap punggung Annisa yang menjauh, ia berlari mengejar wanita itu keluar rumah.
"Tunggu nona, kau harus bertanggung jawab. Ibuku pingsan, kenapa kau tega sekali datang kemari."
"Aku tidak ada urusan untuk itu, aku kemari bukan untuk ibumu tapi kau. Kau Nayla, aku akan pergi sekarang, ibumu pingsan karena kelakuan anaknya sendiri, wajahmu cantik tapi sungguh naif, perempuan rendahan yang mau saja diperdaya lelaki, hamil begini jangan menyalahkan orang lain, kau sendiri pendosanya, kau sendiri yang membuat keluarga mu kecewa, membuat ibumu pingsan itu adalah kehamilan mu bukan karena aku datang kemari."
"Minggirlah aku ingin lewat, aku akan datang lagi setelah kau melahirkan nanti."
Nayla mulai jengah, ia sudah kehilangan akal saat melirik Lia masih menopang tubuh ibunya yang terbaring di lantai.
Nayla mendorong kasar tubuh perempuan itu, ia marah sejadi-jadinya.
Mereka terlibat cekcok mulut.
"Aku kemari datang baik-baik bukan untuk berkelahi, jika kau marah seharusnya kau sadar diri, kau itu perempuan rendahan. Berkaca pada kehamilan mu, jika kau perempuan baik-baik tidak mungkin hamil sebelum menikah."
Annisa mendorong Nayla dari sisinya cukup kuat hingga Nayla terhuyung ke belakang. Perempuan itu membuka pintu mobil tanpa menghiraukan Nayla yang terus mencegahnya.
"Kau harus bertanggung jawab atas ibuku, kau tidak bisa lari begitu saja nona," teriak Nayla marah.
Ia terus mengetuk kaca mobil namun Annisa telah pula menghidupkan mobilnya, Nayla memukul terus pintu mobil agar Annisa keluar namun sia-sia.
Annisa tetap melaju meski harus menyenggol tubuh Nayla hingga terpental cukup kuat. Nayla terjatuh saat mobil berhasil pergi.
Bokongnya cukup kuat terhentak ke bebatuan halaman rumahnya, seketika perut bagian bawahnya terasa sakit, siku tangannya menjadi lecet oleh insiden jatuhnya Nayla.
"Awh......"
Nayla mulai mengaduh memegangi perutnya yang terasa nyeri. Bersamaan dengan teriakan Lia dari dalam.
"Nay, Nayla.... Cepat kemari Nay, ibumu Nay."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Marina Tarigan
itulah kan menderita jadinya sampai ibumu jadi sekarat juga
2025-03-28
0
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
duhhh nasib mu Nay....
2022-06-09
2
ISLAM OFESIAL
Neck kak
2022-04-03
1