Mire tersenyum bahagia begitu sampai dirumah Ibu Rina bersama dengan Drago juga. Sebenarnya sore tadi mereka sudah pergi jalan-jalan sebentar, lalu pergi makan malam, tujuannya tentu saja untuk mendekatkan Mire juga Drago. Masih agak kaku, tapi itu tidak jadi masalah bagi Ibu Rina, dia justru merasa tertantang untuk mendekatkan dua manusia yang memiliki sifat bertolak belakang.
" Mire, mau lihat-lihat rumah dulu tidak? "
" Boleh? "
" Tentu saja boleh, tapi Ibu ke dapur untuk membuat kudapan ya? " Mire mengangguk setuju, lalu segera menyusul Drago yang tengah menaiki anak tangga.
" Kenapa mengikutiku? " Tanya Drago yang menyadari adanya Mire dibelakangnya.
" Memang aku tidak boleh melihat kamarmu? "
Drago mengentikan langkah kakinya yang kini mulai menapak di lantai dua, dan Mire yang belum siap berhenti terpaksa menabrak tubuh tinggi besar yang keras itu.
" Aw! " Kaget Mire seraya mengusap dadanya.
Drago berbalik menatap Mire yang kini tersenyum padanya dengan tatapan polos.
" Aku ini pria dewasa, jadi jangan semabrangan memasuki kamar kalau tidak ingin terjadi sesuatu. "
" Cih! Memang apa yang bisa dilakukan patung es sepertimu? Membekukan ku? " Mire menjulurkan lidahnya dengan wajah jenaka, sementara Drago hanya bisa menghela nafas menahan sebal dengan gadis manja yang saat bicara tidak pernah menunjukkan kedewasaan.
" Terserah kau saja. " Drago kembali berbalik, lalu melanjutkan langkah kakinya hingga masuklah dia ke kamarnya.
" Wah, kamarmu luas sekali ya? " Mire menatap ke kanan, ke kiri, berbalik ke belakang, mengitari kamar Drago. Tangannya menyentuh satu persatu koleksi mainan klasik yang terdapat di rak dan sudah tersusun rapih dan bersih.
" Drago, kau kan sudah dewasa, kenapa banyak sekali mainan anak-anak? "
Drago tak menjawab, dia memilih untuk melanjutkan kegiatan sama seperti tidak ada Mire disana. Dia meletakkan jam tangannya, melepas sepatu beserta kaos kakinya, lalu meletakkan di lemari sepatu. Setelah itu dia membuka kancing kemeja di bagian pergelangan tangannya, lalu lanjut ke kemeja bagian depan.
" Eh? Drago kau yakin akan melepas bajumu? Aku kan bisa melihatmu, memang kau tidak malu? "
Drago tersenyum miring, tanpa mau membuang waktu dia melepas kemejanya, lalu celana panjangnya dengan segera. Untung saja masih ada celana pendek yang tersisa.
" Ini kamarku, yamg seharusnya malu itu bukan aku, tapi kau. "
Mire menelan salivanya saat Drago menghadapkan tubuh kekarnya di hadapan Mire. Dia berjalan mendekat dengan senyum miring yang terlihat menggoda, sebenarnya Mire ingin sekali menutup matanya seperti kebanyakan gadis-gadis di film roman saat melihat tubuh pria seperti ini, tapi bukannya sangat sayang kalau dia memejamkan mata? Ah, ya sudahlah lebih baik lihat saja terus sembari menelan ludah tiada henti.
" Kau menikmatinya? " Tanya Drago saat tubuhnya sudah semakin dekat dengan Mire bahkan bisa dibilang hampir menempel.
" Iya, kalau sentuh boleh tidak? "
Sontak senyum miring di wajah Drago menghilang berganti rona merah karena malu sendiri dengan apa yang diucapkan Mire.
" Kau tahu apa yang kau katakan barusan? " Tanya Drago menatap Mire menyelidik.
" Tahu kok, tahu. " Mire masih saja tak bisa memalingkan pandangan dari dada damien juga otot-otot tubuhnya yang sama persis dengan model pakaian olah raga di majalah yang tempo hari dia lihat.
Melihat bagaimana Mire menatap aneh dengan tubuhnya, kini Drago lah menelan ludahnya sendiri.
" Keluar sana! Aku harus mandi, apa kau juga akan melihat aku mandi? "
Mire tersenyum malu.
" Memang boleh? "
Drago terperangah kaget, bahkan tanpa sadar menyilang kan kedua lengannya untuk menutupi tubuhnya.
" Kau gila! " Ucap Drago lalu bergegas meninggalkan Mire disana untuk menuju kamar mandi.
Karena tidak mungkin menunggu Drago mandi, Mire kembali turun ke bawah untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Ibu Rina.
" Ibu sedang apa? "
Ibu Rina menoleh seraya tersenyum kepada Mire.
" Ibu pikir akan membuatkan kudapan untuk kau bawa pulang, tapi ternyata buatan Ibu sebelum pergi ke rumahmu masih ada, jadi nanti kau bawa pulang ya? "
Mire mengangguk setuju.
Setelah Drago selesai mandi, Ibu Rina meminta Drago untuk segera mengantar Mire pulang. Seperti perintah Ibunya, Drago mengantar Mire kembali ke rumah, dan berpesan bawa dia tidak bisa mengantarnya masuk karena ada hal yang harus segera ia lakukan.
" Terimakasih, Drago. Hati-hati di jalan. "
" Iya. " Jawab Drago singkat, lalu tak lama melanjutkan laju mobilnya meninggalkan rumah Mire.
Seperti yang sering dia lakukan beberapa bulan terakhir ini, dia akan menarik nafas dalam-dalam sebelum memasuki rumah orang tuanya, lalu membentuk senyuman.
" Hai, Bu Lastri? Belum pulang? Ibu kemana? " Sapa Mire kepada salah satu karyawan Ibunya.
" Eh, non cantik? Ibu Rina sedang berbicara dengan Pak Luan di ruang tengah kalau tidak salah. "
" Ok, aku menyusul mereka untuk memberikan kudapan dari Ibu Rina ya? " Ibu Lastri mengangguk sembari tersenyum. Namun saat Mire mulai menjauh darinya, senyum di wajah bu Lastri memudar.
" Padahal Nona Mire sangat ramah, juga manis, tapi kenapa orang tidak bisa melihat itu dengan benar? Nona Mire sungguh sangat pintar menutupi kesedihannya ya? " Gumam Ibu Lastri.
" Tapi aku juga ingin menjalin hubungan dengan Drago, Ibu. "
Deg!
Mire terdiam karena takut telinganya yang salah mendengar, jadi dia biarkan saja mendengar lagi lebih banyak.
" Derel, kau tahu bagaimana Bibi Rina kan? Dia hanya menginginkan Mire. " Ujar Ibu.
" Ibu, apakah Ibu pernah melihat Mire dan Drago mengobrol? Tidak kan? Ibu tahu kenapa? Itu karena Mire tidak bisa sejalan dengan cara berpikirnya. Sedangkan aku? Aku dan dia terkoneksi dengan baik saat mengobrol, hal kecil itu juga cukup membuktikan bahwa Mire tidak cocok untuk Drago kan? "
" Nanti kita bicara dengan Mire, sebenarnya Ayah tahu kalau Mire pasti akan kekeh untuk menikah dengan Drago, begitu juga dengan Rina. Sekarang ini jalani saja dulu, kalaupun kalian berjodoh, tentu tidak akan ada yang bisa menghalanginya.
Lagi-lagi tentang perjodohan ini, Mire menatap kesal sembari menggigit bibir bawahnya.
" Biarkan saja aku yang bicara, Ayah. Pernikahan bukanlah hal yang bisa untuk main-main, jadi dia harus mengerti tentang ini. "
Ibu Ana menghela nafasnya.
" Ibu heran, kenapa ya tiba-tiba sekali Rina mendesak untuk segera bertunangan? "
Jadi Ibu Rina datang tadi untuk membicarakan ini? Batin Mire.
" Maka itu Ibu, Mire harus mengerti, dan aku juga akan mencoba untuk mengambil hati Bibi dengan caraku. Takutnya nanti Mire akan membuat onar, itu juga buruk nantinya. "
Mire menarik nafas dalam-dalam lalu berjalan mendekat dengan keberanian.
" Ayah, Ibu, kakak, ini kudapan dari Ibu Rina untuk kalian. " Mire meletakkan kudapan itu di meja, lalu bergegas pergi.
" Mire, tunggu! " Cegah Derel.
" Tidak usah bicara apa-apa kak, aku tahu apa yang akan kakak bicarakan. Aku akan mengatakan ini sekali saja jadi dengarkan baik-baik. Aku, tidak akan rela kau menggantikan posisiku, dan lagi, Ibu Rina tidak akan memilihmu apapun yang kau lakukan. Tapi, jika Drago memang memilihmu karena kalian satu pemikiran, maka kakak, juga Drago benar-benar tidak terpisahkan atas nama pemikiran. " Mire kembali melajukan langkah kakinya dengan tatapan dingin.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Shyfa Andira Rahmi
kalo tidak suka lebih baik ditolak daripada ujung2nya disakiti...
2025-01-11
0
galaxi
kenapa kisah nyata hidupku tertuang disini ya...tp yg nglakuin bukan orgtuaku tp sodara2ku...
2023-11-12
0
Rose_Ni
Mire agresif...lucu
2022-08-29
0