Musibah Melanda

  Sekitar 10 jam didalam perjalanan, akhirnya kereta yang dinaiki oleh Hari sampai di stasiun Pasar Senen. Begitu kereta berhenti, Hari dan penumpang lainnya turun dari atas kereta.

  Hari berjalan menuju pintu keluar stasiun dengan menggendong ransel dan menjinjing kardus. Sesampainya di depan stasiun, ia bergegas menuju sebuah metro mini yang sedang berhenti tepat di depan stasiun. Begitu masuk ke dalam angkutan umum itu, Hari memilih kursi yang kosong yang berada di sebelah tengah.

  Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya metro mini yang dinaiki oleh Hari, berjalan dengan cukup kencang. Seorang kernet yang merangkap sebagai kondektur itu, menarik para penumpang yang belum lama naik keatas metro mini, termasuk Hari.

  Sekitar 20 menitan berlalu, Hari sampai di tempat yang ditujunya. Ia turun dari atas metro mini. Tanpa membuang waktu lagi, ia pun berjalan menyusuri trotoar di jalanan ibukota yang terlihat sedikit sepi karena hari sudah cukup larut malam. Dalam wajah yang terlihat kelelahan, Hari melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 21.40 WIB.

  Ketika Hari memasuki sebuah gang yang berukuran cukup sempit, ia tidak merasakan suatu hal buruk tengah mengintainya. Gang berukuran sekitar dua meter itu, terlihat kurang penerangan. Sehingga keadaan gang yang menuju kos-kosan dimana Hari tinggal, cukup gelap bila malam hari tiba.

  Seperti malam itu, Hari terus berjalan dengan cepat, walaupun keadaan cukup gelap. Tapi karena hampir setiap hari sepulang bekerja hari melewati gang tersebut, sehingga dalam benaknya tidak ada perasaan khawatir sama sekali.

  Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Baru beberapa langkah, Hari memasuki gang sempit itu, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh lelaki berambut keriting yang panjangnya sebahu, yang muncul dihadapannya. Diatas kepala lelaki berkumis itu terdapat sebuah topi berwarna hitam. Sehingga sangat sulit bagi Hari untuk melihat wajah lelaki berkaos hitam, yang berjalan dengan cepat di depannya. Ditambah lagi keadaan gang sempit itu cukup gelap.

  Karena gang cukup sempit, Hari mencoba untuk mengalah. Ia pun berjalan dengan perlahan sambil mencoba mengamati lelaki yang berjarak sekitar tiga meter di hadapannya. Namun lelaki itu berjalan sambil terus menerus menundukkan kepalanya. Lelaki itu melangkahkan kakinya dengan sangat cepat, seolah dia tidak tahu kalau ada orang lain yang sedang berjalan melewati gang tersebut.

  Tanpa diduga-duga oleh Hari, lelaki misterius itu menabrak bahu dan lengan kanan Hari. Kekasih hati Fatimah itu merasa jengkel dan marah. Karena kardus yang dibawanya jatuh ke tanah. Sontak sumpah serapah pun keluar dari dalam mulutnya.

  "Kalau jalan hati-hati, Mas! Lihat nih, barangku jadi jatuh!!!"

  "Sory Mas, lagi buru-buru!" Lelaki itu menengok ke arah samping kanan. Namun kepalanya masih tetap ditundukkannya. Dengan perasaan kesal, Hari membungkuk untuk mengambil kardusnya yang terjatuh. Melihat ada kesempatan emas, lelaki bertopi itu langsung mengambil dompet milik Hari, yang ditaruh di saku celana jeans-nya.

  Setelah berhasil mengambil dompet yang menjadi incarannya, lelaki berkumis yang ternyata seorang copet itu, kembali berjalan dengan cepat ke arah jalan raya. Sedangkan Hari yang berhasil mengambil kardusnya, seolah baru tersadar bahwa lelaki yang baru lewat di hadapannya, gerak-geriknya sangat mencurigakan. Hari yang sudah hafal dengan tindakan kriminalitas di kota besar, langsung mengecek saku celananya bagian belakang.

  Tubuh Hari mendadak diam mematung bagai disambar petir di malam buta, ketika telapak tangan kanannya ditempelkan di saku celana jeans-nya bagian belakang. Bagaimana tidak, saku tempat ia biasa menaruh dompet kini dalam keadaan kempes. Masih belum percaya dengan apa yang terjadi dengan dirinya, Hari memasukkan jari-jari tangan kanannya ke dalam saku celananya bagian belakang sebelah kanan. Namun ia tidak juga menemukan dompet miliknya. Hari pun langsung berbalik badan. Ia melihat lelaki misterius itu sudah berada di ujung gang. Hari pun berteriak dengan sekuat tenaganya.

  "Copet...!!!" Tanpa membuang waktu lagi, Hari berlari menuju copet itu. Sedangkan lelaki bertopi itu sedikit menolehkan kepalanya ke arah belakang. Ia melihat lelaki yang menjadi korbannya tengah berlari menghampirinya. Tanpa basa-basi, copet itu pun berlari ke arah kiri. Ia berlari di atas trotoar yang terlihat tidak ada seorang pun.

  Setelah berhasil keluar dari dalam gang, Hari terus berlari hanya sambil menggendong ransel dan membawa kardusnya. Mulutnya tiada henti berteriak.

  "Copet...!!! Copet...!!!"

  Copet itu terus berlari menghindari kejaran Hari. Namun tanpa disangka, beberapa meter di hadapannya, ada dua orang sepasang kekasih yang sedang pacaran di sebuah halte. Copet itu pun dengan cepat memutar otaknya. Ia langsung menyebrangi jalan raya yang terlihat lengang. Hanya sekejap mata copet itu berhasil menginjakkan kakinya di trotoar sebrang jalan.

  Mengetahui copet yang dikejarnya menyebrangi jalan raya, tanpa pikir panjang Hari mengikuti copet itu. Hari menyebrangi jalan tanpa menengok ke arah belakang. Namun nahas bagi dirinya. Tanpa disadari oleh Hari, diwaktu yang bersamaan melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah belakang tubuh Hari.

  Melihat ada seseorang yang tiba-tiba muncul di tengah jalan, pengendara mobil berwarna merah itu kaget alang bukan kepalang. Kaki kirinya reflek langsung menginjak pedal rem dengan sekuat tenaganya. Sedangkan tangan kanannya langsung menekan klakson dengan kuat.

  Tiiiiiiitttttttt............!!!!!!!

  Mendengar suara klakson yang sangat kencang, ditambah lagi ada cahaya terang dari arah belakangnya, Hari langsung menghentikan langkah kakinya. Kepalanya ia putar ke arah belakang untuk melihat sesuatu yang ada di belakangnya.

  Begitu kedua matanya menatap ke arah belakang, Hari hanya bisa terdiam membisu dengan kedua matanya melotot seperti hendak keluar. Bagaimana tidak, di hadapannya ia melihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari tubuhnya. Ia sama sekali tidak berpikir untuk berlari menghindari mobil dengan kecepatan tinggi yang jarak dengan dirinya semakin dekat. Sontak Hari hanya bisa berpasrah. Dari mulutnya terdengar suara teriakkannya yang sangat keras.

  "Ya Allah.............!!!!!

  Karena kecepatan mobil sangat tinggi, walaupun pedal rem sudah diinjaknya, namun mobil mewah itu tidak bisa langsung berhenti begitu saja. Mobil itu pun berputar 360° dengan sangat kencang. Sampai-sampai terdengar suara lengkingan keras akibat gesekan antara ban mobil dengan aspal.

  Walaupun pengendara mobil itu sudah berusaha untuk menghindar dari tabrakan maut yang mengancam nyawanya sendiri dan nyawa lelaki yang berada di tengah jalan yang tidak dikenalnya, tapi mobil yang dikendarainya tidak bisa langsung berhenti karena kecepatan mobil yang sangat tinggi.

  Begitu mobil telah berbalik posisi ke arah sebelumnya mobil itu datang, mobil itu bagian sebelah kanan dengan keras menabrak tubuh Hari bagian sebelah kiri. Sontak saja tubuh Hari langsung terlempar sekitar tiga meter. Tubuhnya melayang di udara hingga akhirnya jatuh dengan cukup keras dan berguling-guling diatas aspal. Sampai akhirnya tubuhnya berhenti berguling-guling setelah tubuhnya menabrak trotoar bagian samping.

  Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin itu pepatah yang pantas untuk Hari. Pasalnya, setelah dompet miliknya diambil oleh copet, kali ini Hari harus kembali mengalami musibah yang melanda dirinya.

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!