Sari yang baru saja tiba sepulang bekerja, tergopoh-gopoh langsung berjalan menuju ke kamar Annabella, pada saat Bu Minah ibunya, berteriak memanggilnya.
"Apa yang terjadi Bu?" tanya Sari pada saat dia sudah masuk ke dalam kamar Annabella.
Annabella nampak terkulai lemah, dengan darah yang terus saja menetes dari hidung dan mulutnya, kini membasahi sebagian dari bantal yang dia pakai itu.
"Sari, Kamu tolong jaga Non Anna, bersihkan darahnya, Ibu akan telepon Nyonya!" kata Bu Minah dengan raut wajah cemas.
Dengan cepat, Sari kemudian duduk di sisi tempat tidur Annabella, Kemudian mulai membersihkan darah yang mengalir dari hidung dan mulutnya itu, wajah Annabella terlihat begitu pucat.
"Non Anna, apa yang terjadi Non, kenapa bisa seperti ini?" gumam Sari cemas.
Annabella tidak menjawab, hanya terdengar suara rintihan kecil dari mulutnya.
Sementara Bu Minah terus menelepon Bu Mutia majikannya, namun beberapa kali menelepon tidak diangkat, lalu Bu Minah mencoba untuk menelepon Pak Sugandi.
Pak Sugandi juga nampaknya sedang sibuk, teleponnya tidak diangkat, kemudian dengan cepat Bu Minah berlari keluar dari kamar Annabella, untuk memanggil Sukri, supir pribadi yang bekerja di rumah itu.
"Sukri! Sukri! Cepat kesini! Bantu membawa Non Anna ke rumah sakit!" seru Bu Minah.
Sukri yang sedang mencuci mobil-mobil yang ada di garasi itupun terkejut, dan langsung berlari menghampiri Bu Minah yang kelihatan panik, tanpa menunggu mereka segera kembali ke atas menuju ke kamar Annabella.
Merekapun kemudian dengan perlahan membawa Annabella turun ke bawah, dan langsung masuk ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
"Sari kau temani Non Anna ke Rumah Sakit ya, Ibu harus dirumah menunggu kepulangan Tuan dan Nyonya, sambil terus menghubungi mereka!" kata Bu Minah.
"Iya Bu!" sahut Sari.
Kemudian dengan cepat Sukri mengendarai mobil itu menuju ke rumah sakit, karena kondisi Annabella yang terlihat semakin lemah.
Sesampainya di rumah sakit, Annabella langsung dibawa ke ruang UGD untuk mendapat pertolongan pertama, seorang perawat mulai memasang infus di tangan Annabella.
"Tolong berikan dia transfusi darah secepatnya!" titah Dokter Bayu yang baru datang dan masuk ke dalam ruangan itu.
"Baik Dokter!" sahut Suster.
Sementara itu, Sari menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan bercampur aduk.
Di tangannya, dia memegang ponsel milik Annabella yang sedari tadi terus berbunyi notifikasi pesan singkat, dari salah satu aplikasi di dalam ponselnya itu.
Dari ujung lorong Rumah Sakit, terlihat Pak Sugandi dan Bu Mutia yang berjalan dengan cepat, dan kini mereka langsung menghampiri Sari yang masih duduk di depan ruang UGD itu.
"Sari, apa yang terjadi dengan Anna? Mengapa dia sampai drop seperti itu? Memangnya dia tidak diberikan obat yang teratur, seperti yang sudah aku pesankan pada kalian semua?" tanya Bu Mutia sambil menatap tajam ke arah Sari.
"Maaf Nyonya, saya sendiri baru pulang dari bekerja, saya tidak tahu apa-apa, tapi kata ibu, Non Anna sempat menolak diberikan obat!" jawab Sari.
"Apa? Menolak minum obat? Kenapa belakangan ini Anna seringkali bersikap aneh, pantas saja dia langsung drop seperti ini!" keluh Bu Mutia.
"Kamu juga sih Bun, anak sakit, tapi selalu pergi-pergi ke luar, Anna kan juga butuh perhatian!" cetus Pak Sugandi.
Bu Mutia terdiam, dia menyadari kesalahannya, karena telah begitu saja pergi meninggalkan Anaknya, disaat Annabella membutuhkannya, membutuhkan kehadiran seorang bunda di sampingnya, di saat-saat dia sedang sakit seperti itu.
"Ya, aku salah, maafkan aku!" ucap Bu Mutia lirih.
Dokter Bayu kemudian keluar dari dalam ruang UGD, Pak Sugandi dan Bu Mutia langsung dengan cepat menghampiri sang dokter itu.
"Bagaimana keadaan Anna Dok?" tanya Pak Sugandi cepat.
"Kondisi Anna tiba-tiba drop, saat ini dia sedang menjalani transfusi darah untuk menstabilkan peredaran darah dalam tubuhnya, Sepertinya dia harus dirawat kembali beberapa hari ini!" jawab dokter Bayu.
"Lakukan yang terbaik untuk Anna Dokter, karena hanya dialami oleh kami satu-satunya!" ucap Bu Mutia sambil mengelus dadanya.
"Ya, kami pasti akan berusaha semaksimal mungkin, mungkin hal ini terjadi karena Anna saat itu menolak kemoterapi, ditambah keterlambatan minum obat, sehingga kondisinya bisa seperti ini!" kata Dokter Bayu.
Annabella kemudian dipindahkan ke ruangan perawatan, seperti sebelum-sebelumnya, dia harus dirawat selama beberapa hari di rumah sakit, untuk mengembalikan kondisinya seperti semula.
****
Sementara itu di kamarnya, Satria terlihat gelisah, sudah jam 10 malam, matanya belum mengantuk, biasanya jam segini dia selalu mengobrol dengan Annabella, melalui pesan singkat di aplikasi menyanyi di ponselnya itu.
Namun entah mengapa, tiba-tiba tadi Annabella memutuskan obrolannya dan mendadak dia tidak aktif kembali.
Satria kemudian mengambil kembali ponselnya, dan dia mulai menelpon Deni, temannya yang sama-sama bekerja di toko karpet Haji Udin.
"Halo Den, kamu di kosan? Aku ke sana sekarang ya?" tanya Satria to the point.
"Lah tumben Sat? Ya udah sini atuh!" sahut Deni.
Tanpa menjawab lagi, Satria langsung mematikan ponselnya dan dia menyambar jaketnya kemudian dia keluar dari kamarnya.
Bu Salmah, ibunya, yang masih terlihat sibuk memotong daun pisang, nampak heran melihat Satria yang tiba-tiba keluar dari kamarnya itu, sudah dengan mengenakan jaket, dan kini dia sedang mengambil helmnya.
"Kamu mau kemana Sat?" tanya Bu Salmah.
"Ke tempat kosan Deni Bu, sebentar kok!" jawab Satria.
"Jangan malam-malam Sat, kamu hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut!" kata Bu Salmah memperingatkan.
Satria menganggukkan kepalanya, kemudian dia menyalami tangan Ibunya dan menciumnya, setelah itu dia langsung keluar dan mengendarai motornya, menuju ke tempat kost Deni, yang jaraknya sekitar 20 menit dari rumah Satria.
Deni sudah nampak duduk menunggu di depan teras rumah kosnya itu, yang juga terletak di gang sempit yang padat penduduk, di belakang sebuah hotel.
Satria langsung memarkirkan motornya itu tepat di depan rumah kost Deni, kemudian dia langsung duduk di sebelah Deni yang pada saat itu sedang asyik menghisap rokoknya.
"Ada apa Sat? Tumben malam-malam mampir ke sini, mau rokok tidak?" tanya Deni sambil menyodorkan sebungkus rokok nya.
"Nggak Den, coba kamu lihat ini deh, aku kenalan sama dia di aplikasi menyanyi yang biasa aku suka nyanyi, diantara banyak orang yang follow aku, nggak tahu kenapa, kok cuma dia yang menarik perhatianku!" kata Satria sambil membuka ponselnya dihadapan Deni, dan menunjuk sebuah akun milik Annabella yang gambar profilnya itu adalah foto Sari.
" Oh aku tahu, kamu suka dia ya! Syukurlah akhirnya kamu bisa melupakan Si Devi juga, akhirnya kamu bisa move on juga dari dia!" sahut Deni.
"Den, kamu kan suka menjelajah dunia maya, kira-kira kamu bisa cari tahu tidak siapa sih, sebenarnya siapa Annabella, di mana kira-kira dia tinggal?" tanya Satria.
Deni nampak mengerutkan keningnya, kemudian dia memperhatikan akun milik Annabella, dan mulai menjelajah profile pribadinya.
"Nih Sat, menurut biodata, walaupun tidak lengkap, dia tinggal di Jakarta Selatan, satu perumahan di Jakarta Selatan namanya Perumahan Permata, kita bisa lacak di mana lokasi tempat tinggalnya itu, dengan Google Map!" kata Deni.
Kemudian Deni mulai menjelajah melalui ponsel milik Satria, dengan Google Map, tak lama kemudian, muncullah gambar lokasi tempat di mana Annabella tinggal, dengan jelas dan gamblang, berikut dengan gambar-gambar pelengkapnya.
"Gila kau Sat! Annabella itu tinggal di perumahan elit yang paling besar di Jakarta Selatan! Dia anak konglomerat!" seru Deni sambil menepuk bahu Satria.
Bersambung ....
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nurak Manies
semoga satria gx minder🤗😊
2022-04-06
1
Hendry Jo
lanjuuut
2022-04-04
0
Tina Imut
Lanjut thooor
2022-04-04
0