Kedatangan Cantika disambut hangat oleh orang tua Abizar. Mereka semua makan malam bersama. Termasuk Nana.
Semua makanan disiapkan oleh Nana.
"Nana, kenalin, dia Cantika tantenya Abizar." Ibu Arum terlihat antusias memperkenalkan adik terakhirnya pada menantunya.
"Iya ma. Kita juga udah ngobrol tadi," jawab Nana sambil tersenyum.
Cantika terlihat tenang. Dia berkata, "Ngobrol nggak enak ya. Aku harap Abizar punya istri yang baik. Tapi sayang banget, harapanku nggak sesuai."
Suasana menjadi hening. Orang tua Abizar memperhatikan Nana. Abizar tetap makan dengan tenang seolah-olah tidak mendengarkan apapun. Sementara Nana mulai cemas. Dia sangat ingin menghilang detik ini juga.
"Kamu nggak bisa ngomong begitu Cantika. Sumber permasalahannya ada pada Abizar. Dia seharusnya bersyukur ada yang mau sama dia," kata Pak Danang sambil menatap Abizar tajam.
Cantika langsung tidak terima. Dia bertanya, "Gimana sama kamu Nana? Abizar nggak mencintaimu begitu juga sebaliknya. Kamu menelepon orang tuamu, protes mengenai Abizar yang begini. Kalau ujung-ujungnya bakal merusak hubungan dua keluarga, harusnya kamu melakukan segala cara buat membatalkan pernikahanmu."
Hening. Hanya ada suara tegas Cantika.
Kenapa Cantika bisa tahu bahwa dia selalu curhat pada orang tuanya? Nana pikir, Ibu Arum yang memberitahu semuanya pada Cantika.
"Kamu mau uang dari Abizar? Kamu mau Abizar bertindak seperti suami idamanmu? Tapi, apa kamu memikirkan-"
"Maksudku bukan begitu tante. Aku nggak pernah sekalipun punya niat merendahkan suamiku sendiri. Aku juga nggak mengharapkan apapun darinya. Maaf kalau aku buat masalah," jawab Nana. Air matanya sudah ingin menetes. Dia berdiri dan pamit meninggalkan makan malamnya.
"Kamu benar-benar kelewatan Cantika. Seburuk apapun kebusukannya di belakang kita, kita harus tetap menghormatinya," kata Ibu Arum.
"Abizar besok carilah kerja dan berilah perhatian pada Nana!" perintah Pak Danang dengan tegas.
"Abizar hanya akan begitu sama orang yang dicintainya!" tegas Cantika.
"Males," jawab Abizar. Dia langsung bangkit dan kembali ke kamarnya.
Cantika menganggap Abizar seperti anak kandungnya. Dia sangat menyayanginya. Bahkan dia percaya diri rasa sayangnya melebihi Ibu Arum.
"Jujur saja aku berencana membuat Nana meminta cerai pada Abizar. Aku bakal mencarikan pasangan yang sempurna buat keponakanku. Aku pergi, bang, kak."
Cantika langsung keluar dari rumah.
Di sisi lain, Nana sedang duduk di halaman depan rumah sambil bermain game di ponselnya. Cantika yang keluar dari pintu di dekatnya memandanginya dengan tatapan meremehkan. Nana tidak peduli.
Sudah sebulan ini, Nana merasa aneh dengan dirinya sendiri. Dia sadar tetapi berusaha tidak sadar dan menyangkalnya. Karena seharusnya memang tidak ada situasi apapun yang berakibat perasaannya pada Abizar menjadi menginginkannya.
Nana menghela napas. Dia keluar dari gamenya kemudian menundukkan kepalanya ke lutut. Angin malam terasa dingin tetapi dia tidak mempedulikannya.
"Rasanya nggak karuan. Abizar," batin Nana.
"Nana. Masuk ke dalam yuk!" ajak Ibu Arum.
Nana menoleh kemudian mengikuti Ibu Arum ke dalam. Dia, Ibu Arum, dan Pak Danang duduk di ruang keluarga.
"Selama ini Abizar ngasih kamu uang nggak?" tanya Pak Danang.
Nana diam. Tidak tahu harus menjawab jujur atau bohong.
"Kamu masih punya uang?" tanya Pak Danang lagi.
"Nggak perlu ditanya kasih aja," sahut Ibu Arum.
Pak Danang mengambil uang di kamarnya kemudian memberikan 20 juta pada Nana.
"Kamu pasti selama ini pakai uangmu kan? Ini terima. Anggap saja semuanya dari Abizar," kata Ibu Arum dan semakin menyodorkan uang di atas meja ke Nana.
"Nggak perlu ma, yah. Aku ikhlas membelanjakan uangku buat keluarga ini. Dan juga...mulai besok aku bakal nyari kerja," kata Nana.
Ibu Arum dan Pak Danang terperanjat. Tetangga mereka yang mengetahui Nana bekerja pasti sangat heboh. Abizar benar-benar akan dicap sangat buruk.
"Kebetulan di restoran Apel merah di dekat sini lagi membuka lowongan. Kamu bisa daftar," kata Pak Danang.
"Nggak. Kamu nggak boleh kerja!" tegas Ibu Arum.
"Aku ngerti ma. Tapi aku kerja bukan cuma demi Abizar. Bahkan kalau dia udah kerja, aku tetap bakal kerja mumpung aku masih sehat, masih muda!" tegas Nana.
"Tapi kamu jangan pernah ngomong ke orang-orang soal Abizar yah. Awas kamu!"
Ibu Arum berkata tajam sambil menunjuk wajah Nana. Nana langsung menunduk.
"Bu, turunkan tanganmu!" perintah Pak Danang tenang.
Ibu Arum menurunkan tangannya.
"Ambil tuh semua uangnya!" perintah Ibu Arum.
Nana ingin mengakhiri situasi ini jadi dia mengambil semua uang yang diberikan mertuanya.
"Kalau gitu aku ke kamar ya ma, yah," pamit Nana.
Nana kembali ke kamarnya. Dia bertekad, mulai sekarang, dia akan bersikap baik kepada Abizar. Berbicara seolah-olah tidak terjadi apapun. Biarlah Abizar tetap berperilaku seperti yang diinginkannya.
Nana jadi mengingat waktu itu, dimana Abizar mengatakan masih ingin melakukan apa yang ingin dia lakukan. Nana berjanji untuk tidak membuat masalah lagi. Tidak akan mengatakan keburukan Abizar kepada siapapun lagi.
Saat memasuki kamarnya, Nana melihat Abizar sedang bermain game. Suaranya lebih keras dari biasanya. Tampaknya suasana hatinya sedang buruk. Dia menaruh uangnya di dalam tas.
Dia mendekati Abizar yang sedang duduk di atas karpet dan berhenti di belakangnya. Dia menarik napas.
"Mau aku buatin jus alpukat?" tawar Nana.
"Masakin aku mie sama es teh," kata Abizar tanpa menoleh ke Nana.
"Oke."
Abizar baru menoleh ke belakang saat merasakan gadis itu sudah pergi. Dia bertanya-tanya kenapa gadis itu jadi berubah menjadi lebih lembut?
Tidak membutuhkan waktu lama Nana menyiapkan apa yang diinginkan Abizar. Dia menaruhnya di dekat Abizar lalu pergi ke kasur. Hatinya masih tidak tenang. Ditambah memikirkan Ibu Arum yang sangat jelas membencinya. Dia memikirkan berbagai macam kemungkinan terburuk dalam kehidupan pernikahannya. Termasuk dibenci oleh mertuanya. Tetapi dia tidak mengira rasa sakitnya sepeti ini.
Abizar memberikan Nana selimut saat malam pertama mereka karena Nana keluyuran seperti setan. Tetapi tidak dengan bantal gulingnya. Padahal Nana selalu tidur menggunakan bantal guling. Jika tidak ada, kurang nyaman, bahkan sulit tidur.
"Abizar kamu gamer ya?" tanya Nana sambil memperhatikan Abizar. Jika ada bantal guling dia bakal menutup separuh wajahnya.
Malam ini mereka sama-sama mengenakan kaos berwarna hitam dan celana hitam.
"Ya," jawab Abizar dingin.
Nana diam sejenak kemudian memejamkan matanya.
"Aku menyukaimu," bisik Nana. Sangat lirih, supaya Abizar tidak mendengarkannya.
Nana tersenyum senang. Tanpa dia tahu, Abizar mendengarkan bisikannya.
Jam dua malam, setelah memastikan Nana tertidur nyenyak, Abizar mendekatinya. Perasaannya pada Nana tidak berubah.
"Inikah betinaku?" batin Abizar. Dia mencium pipi Nana lalu bermain-main dengan rambutnya yang indah.
"Mencintaiku katamu?" Abizar berkata dengan dingin.
Abizar mendengarkan percakapan istrinya dengan orang tuanya mengenai Nana yang akan mendaftar kerja di restoran dekat tempat tinggalnya besok. Jika Nana mencintainya, seharusnya malam ini mereka membahas persoalan ini.
Abizar memutuskan untuk tidur dan memasang alarm jam lima pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Miss Yukii
Betina betina.. lu kata ayam
2023-06-10
0